BAGIAN 11

319 28 1
                                    


_JIA_

Edgar melengkungkan sudut bibirnya. Menegur Jia? Alasan apa itu tidak logis.

"Alah ngomong aja mau nyamperin karena khawatir." Gumam Edgar menyusul Vero.

Bella sedikit berdecak kesal. Hari ini Vero memperlihatkan kekhawatirannya untuk Jia. Dan Jia dia bisa saja mencari muka didepan banyak orang.

"Ngapain lo berhenti? Lanjut!" Tegas Vero berlari kecil mendekat.

"Bentar, Jia pusing." Ucap Jia yang tertunduk dan memegangi lututnya.

Perlahan Jia mengangkat wajahnya. Wajah Jia juga terlihat sangat pucat seperti menahan sakit.

"Bentar ya, plis ini pusing banget."

Kakinya seakan tidak mau menuruti mulutnya. Jia kembali berdiri tegak dan siap berlari melanjutkan hukumannya.

Saat langkah ke tiga, saat itu sang empu langsung roboh.

"Jia!"

Vero dan Edgar langsung berlari mendekat. Keduanya tambah panik melihat cairan merah yang keluar dari hidung Jia.

"Lo si Ver maksa banget."

Tanpa mau meladeni marahnya Edgar, Vero segera menggendong Jia ala bride style untuk membawanya ke UKS.

Tidak akan ada habisnya kalau meladeni Edgar dulu.

Semua orang berteriak heboh. Yang dihukum pun langsung menghentikan aktifitasnya hanya untuk menjadi saksi pemandangan indah didepan mereka.

Baru kali pertama ini mereka bisa melihat Vero yang tampak panik hanya karena seorang cewek.

"Astaga Jia.." Michele menutup mulutnya tidak percaya. Bukan karena terpesona oleh Vero melainkan terpesona melihat kecantikan wajah Jia yang pingsan saja masih terlihat sangat cantik.

"Cantik banget ya dia, " gumam Michele diangguki kepala oleh Bella.

"Ayo ke UKS." ajak Bella menarik pelan tangan Michele.

***
Vero menatap wajah Jia yang masih terlelap. Tidak ada pertanda sedikitpun sang empu yang akan sadarkan diri.

Sudah tiga jam ini Jia tidak sadarkan diri. Dan sebentar lagi sekolah akan segera dibubarkan karena waktu sekolah hampir habis.

Tiba-tiba Leon, Edgar dan Ervin datang. Ketiga orang itu tersenyum jahil menatap Vero.

"Sepertinya gue mencium benih-benih cinta deh disini." Sindir Leon mendekat.

"Diem lo. Berisik!" Cetus Ervin.

"Tapi kali ini gue setuju sih sama Leon. Kayaknya Vero khawatir banget liat Jia pingsan." Tambah Edgar merangkul bahu Leon.

Kedua anak manusia itu kini saling tertawa. Suara berat mereka menggema seisi UKS.

"Kata Miss Vanya bentar lagi dia siuman. Gue mau pulang, lagi bertiga tungguin dia sampai sadar." Perintah Vero seenak jidat.

JIA [END]√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang