꧁☬𒆜*༆BAB 17༆*𒆜☬꧂

14 1 0
                                    

"Terima kasih banyak!" ucapnya.

"Ya, sama-sama!" ucap Armand.

Akhirnya, Afifah berpamitan pergi meninggalkan pasar. Dari kejauhan, Armand menatap langkah pergi Afifah. Ia menunduk dan Afifah hilang begitu saja di balik tembok pasar.

Beberapa hari kemudian, telah berlalu. Setiap hari, Afifah berjualan walau harus selalu termenung ketika dagangannya mulai sepi. Ia tak bisa membayangkan bagaimana kehidupannya di masa depan.

Menikah dengan orang yang tidak ia cintai demi kesehatan sang kakak atau memilih hatinya. Semua itu selalu bentrok didalam dirinya. Sesekali ia sakit kepala memikirkan hal itu.

Hingga suatu malam yang begitu tenang, ia termenung menatap langit dari jendela kamarnya seorang diri. Sesekali air matanya menetes begitu saja.

Ketabahan hati, keikhlasan batin yang harus ia jadikan sumber kekuatan untuk melalui semuanya. Tak lupa dengan doa dan tangis menghiasi hari-harinya.

Di samping itu juga berkat bantuan dari Armand, pengobatan Ega berjalan dengan lancar. Tetapi tak seindah yang di bayangkan. Kondisi Ega justru sebaliknya. Semakin hari semakin memburuk.

Ega selalu menutupi semua keluh kesah dan sakitnya itu lewat senyuman di hadapan mereka semua. Kini, Ega tengah terbaring di atas tempat tidur pasien.

Afifah tampak sedih melihat kondisi Ega kini. Ia tahu bahwa Ega tengah menyembunyikan sesuatu dari dirinya. Tak ketinggalan sosok Armand yang selalu menemaninya di rumah sakit menjaga sang kakak.

Sementara itu, Aliyah tak mau menjaga sang kakak. Ia tampak sibuk dengan dunianya sendiri. Akhirnya, Armand lah yang turun tangan membantu Afifah untuk menjaga Ega di rumah sakit.

Ketika itu, terdengar suara tangisan di balik pintu. Benar saja, kedua tangan di angkat dan doa di panjatkan. Afifah menangis seorang diri di tengah hening nya malam.

"Ya Allah! Bantu Afifah!" ucapnya.

꧁𒆜Sajadah Panjang𒆜 ✒The End☬꧂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang