꧁☬𒆜*༆BAB 3༆*𒆜☬꧂

58 2 0
                                    

Rambut coklat bergelombang dan tubuh yang tinggi. Kaki jenjang dan kulit yang mulus. Itulah sosok yang menggambarkan dirinya. Mereka tumbuh dewasa bersama di berkat ketekunan dan kesabaran yang di miliki sosok kakak laki-laki mereka.

Ya, ia bernama Ega. Ia adalah kakak tertua dan anak pertama dari keluarga mereka. Kedua orang tua mereka telah tiada. Mereka hidup di sebuah rumah yang sederhana beralas daun pandan anyaman.

Keseharian mereka begitu berbeda. Afifah merupakan seorang pengajar anak-anak yang ingin mempelajari ilmu agama secara mendalam. Sementara itu, Aliyah senang dengan berbelanja dan menghamburkan uang.

Sikap Aliyah membuat Ega tak bisa melakukan apapun. Setiap kali ia melawan, Ega hanya diam dan Afifah selalu membela Ega. Ega adalah seorang kakak yang sabar dan penyayang.

Kini usia Ega sudah memasuki 30. Tapi tak semuanya membuat Ega menjadi sempurna. Akibatnya penyakit yang begitu parah, ia harus kehilangan kakinya.

Hal itu membuat Afifah harus berjuang lebih keras untuk mendapatkan uang demi pengobatan sang kakak. Aliyah hanya bermalas-malasan di rumah dan tak memperdulikan mereka berdua.

Hingga suatu ketika, di pagi hari yang cerah.

"Ayo di beli! Di beli! Mari minumnya Mas! Mari Mbak silahkan di coba kuenya!" terdengar sayup-sayup suara jeritan seorang wanita.

Ya, langkah kakinya tampak memasuki pasar. Banyaknya orang yang berlalu lalang. Menjual dan membeli. Begitulah keadaan seisi pasar.

Dengan semangatnya, Afifah berjualan kecil-kecilan. Minuman dan kue, tak seberapa. Baginya itu adalah berkah. Demi membantu pengobatan sang kakak, Afifah rela melakukan apapun itu.

Langkah kakinya kini sudah memasuki pasar. Banyak orang yang menghampiri dirinya. Dengan sebuah kain yang menyelimuti sebagian wajahnya, ia tersenyum dan tegur sapa terhadap siapapun.

꧁𒆜Sajadah Panjang𒆜 ✒The End☬꧂Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang