Hingga air mata Afifah sudah tak dapat terhitung lagi. Berapa banyak dan berapa kali ia harus menangis dan bertahan seorang diri. Tetapi di balik kepedihan itu, Armand selalu tahu akan perilaku dan sikap Ibunya.
Tanpa sepengetahuan Afifah, Armand selalu menegur sang Ibu. Walau terkadang di cekal dan di tolak mentah-mentah oleh sang Ibu, Armand berusaha apapun itu demi di terimanya Afifah di sini.
Hingga suatu ketika, di sebuah hari dimana semuanya tengah sibuk. Banyak orang berjalan kaki melewati rumah Armand yang mewah itu. Sesekali bertegur sapa, sesekali tersenyum.
Pagi itu tampak begitu cerah dengan cahaya mentari yang masuk melalui celah-celah jendela dan pintu rumah Armand yang begitu mewah.
Pagi itu juga, Afifah tengah masak dan sibuk di dapur seorang diri. Terdengar suara burung-burung beterbangan di angkasa lepas. Angin berhembus perlahan membawa dinginnya embun di malam tadi.
Tepat pukul 09:00 pagi, terdengar suara jam besar yang terpampang di dinding ruang tamu itu berulang kali. Tampak Armand bersiap-siap untuk pergi bekerja mengurusi perusahaannya.
Tangannya sibuk membuat simpul pada dadi yang ia kenakan. Sementara sang Ibu tengah berdandan rapi dan modis. Afifah masih tetap sibuk di dapur seorang diri.
"Afifah!" jerit Ibu Armand.
"Ya Bu! Tunggu sebentar!" ucap Afifah sembari buru-buru mendekati ruang makan.
"Afifah! Kamu bawakan kami makanan! Sudah masak? Masak apa kamu hari ini?" tegur Ibu Armand.
Armand menatap sikap sang Ibu yang keras dan kasar pada Afifah. Afifah menundukkan kepalanya. Armand tampak kasihan pada Afifah.
"Bu, jangan seperti itu bicara sama Afifah!" ucap pelan Armand.
KAMU SEDANG MEMBACA
꧁𒆜Sajadah Panjang𒆜 ✒The End☬꧂
Romance꧁☬𒆜*༆Sajadah Panjang༆*𒆜☬꧂ ________________________________________ Sajadah Panjang, bukan sembarang sajadah. Sajadah panjang, atau dalam arti sesungguhnya: Kehidupan dunia tidak akan digelar untuk kedua kali bagi kita. Selagi kita hidup, selagi se...