Cesha dan Fira berjalan di koridor, mereka akan menuju perpustakaan, tentu karena Cesha yang menginginkan hal tersebut untuk mencari buku-buku yang dapat menunjang pelajarannya. Sedangkan Fira, ia hanya ikut-ikutan saja, sekalian menjaga Cesha dari hasutan orang-orang yang tidak menyukainya.
"Kamu yakin nggak ke kantin aja? Kayaknya aku bakalan lama, aku suka di perpustakaan soalnya," tanya Cesha lagi. Jika ia sudah berada di perpustakaan dan sibuk dengan buku-buku, maka sudah pasti Fira akan terabaikan. Makanya untuk menghindari hal itu, Cesha memastikannya berkali-kali, mungkin saja keinginan Fira akan berubah.
"Nggak apa-apa, kok. Santai aja kali," balas Fira. Meskipun ia yakin jika nanti akan terabaikan, tetapi tidak masalah, daripada berada di kelas atau di kantin sendirian.
Cesha mengangguk pasrah, jika nanti ia mengabaikan kehadiran Fira, maka itu bukanlah salahnya, Cesha sudah memperingatkan Fira tadi.
Sesampainya di perpustakaan, Cesha mengisi absen lebih dulu baru kemudian Fira, dan benar saja, Cesha berjalan duluan setelah pamit kepada Fira. Meninggalkan temannya itu saat mengisi absen, entah apa yang akan dilakukan Fira nanti, Cesha tidak terlalu memikirkannya. Tujuannya saat ini adalah memilih buku dengan cepat lalu kembali ke kelas atau ke kantin.
Kini di tangan kiri Cesha sudah ada tiga buku, sedangkan tangan kanannya masih memilih buku yang ingin dipinjamnya. Kali ini yang dipilihnya adalah sebuah novel, buku itu akan menjadi hiburannya di saat jenuh tiba.
"Udah belum?" Bisikan itu membuat Cesha sedikit terkejut, hampir saja gadis itu melempar semua buku di tangannya ke arah sang pelaku yang menurutnya kurang sopan.
"Fira, kamu ngagetin," ucap Cesha tanpa menjawab pertanyaan Fira lalu kembali sibuk memilih buku.
"Kalian di sini?" Alifa bertanya sambil berjalan menghampiri dua teman sekelasnya.
"Iya, Fa." Tentu saja Cesha yang menjawab, Fira mana mungkin melakukan itu, mungkin tidak untuk saat ini.
Alifa berdiri tidak jauh dari Fira dan Cesha, ingin melihat apa yang dilakukan temannya itu, jika Fira melakukan hal yang tidak-tidak, maka Alifa sudah siap untuk berteriak.
"Lo pergi aja, deh. Nggak ada urusan di sini, kan?" sinis Fira karena merasa terganggu dengan kehadiran Alifa.
Alifa tidak menjawab dan menganggap ucapan Fira seakan angin lalu. Tidak penting.
"Eh, denger nggak?!" bentak Fira.
Cesha yang sedang meletakkan buku kembali ke raknya terkejut dan hampir menjatuhkan buku tersebut, Fira ini kenapa?
"Apa sih, lo? Lebay banget, kayak gini aja dipermasalahin," cibir Alifa. Menurutnya sikap Fira ini terlalu berlebihan, mungkin dia tidak punya pekerjaan lain makanya mempermasalahkan kehadiran Alifa.
"Makanya lo pergi!" bentak Fira.
"Tolong jangan berisik," tegur penjaga perpustakaan karena merasa terganggu dengan suara Fira yang besar.
"Udah, jangan berantem," lerai Cesha.
Mendapat teguran seperti itu membuat Cesha merasa tidak nyaman, meskipun bukan dia yang membuat keributan.
"Udah? Ayo."
Cesha mengangguk saja, meskipun sebenarnya dia belum selesai memilih buku yang akan dipinjamnya, tetapi lebih baik mereka pergi daripada Fira semakin membuat keributan.
"Alifa, kami duluan, ya. Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam, Hati-hati, ya, Cesha."
Fira menatap Alifa sinis yang dibalas dengan tatapan malas oleh Alifa. Fira dan sikap berlebihannya itu benar-benar membuat Alifa jengkel.
🍀🍀🍀
"Kamu jangan gitu, Fira. Alifa kan nggak ngapa-ngapain, kenapa kamu sinisin?"
Cesha bukannya tidak menyukai sikap Fira tadi, tetapi dia hanya merasa tidak enak, Alifa adalah teman sekelasnya, makanya Cesha tidak ingin mencari masalah. Ia hanyalah murid baru, mencari masalah dengan murid yang sudah lama, rasanya itu tidaklah benar.
"Gue nggak suka aja liat dia," jawab Fira cuek.
Cesha tidak menjawab, kepalanya terasa berputar mendengar jawaban Fira, jika itu akan terus berlanjut, maka Cesha tidak akan yakin jika teman-temannya yang lain tetap berlaku baik padanya.
"Dia itu terlalu aneh," ujar Fira.
Cesha diam saja, meskipun menurutnya Alifa tidaklah aneh, tetapi justru Fira yang aneh, dia malah menganggap Cesha sebagai miliknya. Itu tidaklah benar.
"Cesha, lo kenapa?" Fira menepuk bahu Cesha untuk menyadarkan temannya itu dari lamunannya sendiri.
"Nggak apa-apa."
"Lo nggak suka sama sikap gue, ya?" tanya Fira dengan sedih.
"HEH! Kalau jalan itu matanya digunain!" Bentakan itu membuat Fira mengangkat wajahnya. Bastiaan Yolard.
"Maaf, gue nggak sengaja." Sepertinya Fira tidak takut dengan cowok tersebut walaupun sudah dibentak.
"Maaf-maaf," gumam Bastiaan jengkel.
Tetapi cowok itu sepertinya tidak ingin memperpanjang masalahnya, dia berlalu dari hadapan kedua cewek itu dengan cepat. Tanpa sadar Cesha menghela nafas lega, jika Fira disalahkan maka sudah pasti ia juga akan terkena imbasnya.
Entah kenapa, kali ini Cesha merasa jika berteman dengan Fira hanya akan membuat masalah untuknya. Fira suka bersikap seenaknya sehingga Cesha takut jika akan terkena imbasnya.
Apa teman-temannya itu benar? Tetapi, Cesha tidak menjauh hanya karena gosip yang beredar, tetapi karena sikap Fira yang tidak sesuai dengan dirinya. Jika Cesha menjauh dari Fira, bagaimana dengan janjinya? Fira sudah sangat kesepian, dan Cesha pasti akan merasa bersalah jika temannya itu menjadi sedih.
Sikap Fira harus berubah, hanya itu jalan satu-satunya. Tetapi, apa Cesha bisa merubah sikap yang sudah melekat pada diri seseorang? Sepertinya, itu juga bukan hak Cesha.
🍀🍀🍀
KAMU SEDANG MEMBACA
CESHA
General FictionGadis riang bernama Cesha Bounze, hidupnya masih diselimuti kesedihan karena baru saja ditinggalkan oleh sang umi. Akibat kepergian dari orang yang sangat berarti tersebut membuat Cesha pindah sekolah agar lebih dekat kepada Abinya. Tetapi kesediha...