02

22 6 6
                                    

Di sinilah sekarang Cesha berada, di kelas barunya dengan berdiri di hadapan semua teman barunya. Tentu saja hal itu membuatnya gugup, menjadi pusat fokus dari semua pasang mata.

"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh, perkenalkan nama saya Cesha Bounze, semoga kita bisa menjadi teman yang baik." Semua murid yang beragama Islam menjawab salam dari gadis yang sedang gugup tersebut.

"Yasudah, kamu duduk di kursi yang kosong itu." Cesha mengangguk setelah mengucapkan terimakasih dan berjalan ke arah tempat duduknya, untuk pertama kalinya setelah lulus SD Cesha sekelas kembali dengan laki-laki, dan itu membuatnya ... risih.

Cesha mengeluarkan buku tulis barunya beserta kotak pensilnya. Maklum saja, Cesha masih suka menggunakan kotak pensil, bahkan dia mengoleksi lumayan banyak kotak pensil agar bisa diganti setiap harinya.

Gadis itu menyimak pelajaran dengan baik, fokusnya tidak teralih dengan apapun yang berada di kelas ini. Karena Cesha ingin belajar dengan sungguh-sungguh agar bisa membuat abinya bangga, hanya sang abi yang tersisa dalam hidup Cesha.

Ketika waktu istirahat sudah tiba, gadis yang menggunakan jilbab itu menjadi gugup, ingin menyapa temannya yang lain tetapi malu. Daripada sendirian, lebih baik melawan rasa malu itu.

"Hai," sapa Cesha dengan kikuk di depan seorang gadis dengan rambut sebahu.

"Hallo," balas gadis tersebut.

"Lo mau ke kantin? Ayo sama gue!" Cesha mengangguk lalu mengikuti teman barunya yang namanya saja dia tidak tau.

"Kenalin, nama gue Fira."

"Aku Cesha."

"Gue tau," jawab gadis itu seadanya, mereka berdua berjalan di Koridor yang lumayan ramai karena ini memang waktunya istirahat.

"Lo mau makan apa?" tanya Fira ketika mereka berdua sudah berada di kantin, Cesha yang tidak tau ada apa saja hanya menatap bingung.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Cesha balik.

"Gue mau bakso," jawabnya.

"Aku juga mau bakso," seru Cesha, akhirnya mereka memesan bakso yang sama dan mencari tempat duduk.

Fira meniup kuah baksonya yang masih panas, baru saja mau memasukkan kuah itu ke mulutnya, Cesha sudah menyela.

"Kamu nggak berdo'a dulu?" Sendok yang dipegang Fira mengambang di udara, kemudian gadis manis itu nyengir.

"Lupa, gue udah lapar banget soalnya." Setelah mengucapkan itu, Fira meletakkan sendoknya kembali lalu berdo'a. Jujur saja, Fira merasa malu, bahkan dia bukan anak TK yang seharusnya diingatkan untuk berdo'a sebelum makan.

"Fira, aku nggak bermaksud untuk menggurui kamu," ucap Cesha, dia merasa bersalah, padahal tadi itu hanya reflek.

"Santai aja sama gue, kalau gue ngelakuin kesalahan lagi. Jangan sungkan untuk negur gue, oke?" Cesha lega karena teman barunya ini tidak tersinggung, masa baru masuk sekolah sudah mencari musuh.

"Iya, Fira." Setelah itu mereka makan dengan tenang, karena tidak baik makan sambil berbicara. Cesha telah menghabiskan baksonya yang pedas, gadis itu pecinta makanan pedas. Karena dulu uminya— Cesha menggelengkan kepalanya, ini bukan saat yang tepat untuk mengenang masa lalu, kalau dia tiba-tiba menangis maka orang-orang akan menganggapnya tidak waras.

"Lo kenapa? Pedas banget, ya?"

"Nggak kok, kamu sudah selesai? Ayo ke kelas," ajak Cesha.

"Ayo!" Sepanjang perjalanan, Cesha menatap gedung di sekolah barunya ini. Ya memang megah.

CESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang