09

15 3 0
                                    

Ashima berdecak kesal, siapa sih yang datang malam-malam begini? Cesha sedang tidur pula, tidak mungkin abinya Cesha yang datang karena katanya beliau masih di luar kota.

Ashima melangkahkan kakinya dengan malas, entah siapa tamu yang tidak tau diri ini.

"Sebentar!" bentak Ashima karena pusing mendengar suara bel terus-menerus.

Baru saja pintu terbuka lebar, Ashima terkejut melihat ini. Fira?

"Kak Ashima, ngapain di sini?" tanya Fira pelan, kepalanya mendongak melihat isi rumah. Mana tau ada Cesha.

"Lo yang ngapain? Nggak tau ini jam berapa?" Bukannya menjawab, Ashima malah membentak Fira karena sudah mengganggu tidurnya.

Fira mengedikkan bahunya acuh membuat lawan bicaranya mendengus.

"Kalau nggak ada apa-apa, sana pergi! Gue mau tidur," usir Ashima, tentu saja gadis itu menganggap ini sebagai rumahnya sendiri, lagipula Cesha yang menyuruhnya seperti itu.

"Gue mau ketemu Cesha, bukan kakak. Panggilin sana," suruh Fira seenaknya.

Karena rasa kantuknya sudah hilang, Ashima malah menjadi emosi dan menatap Fira dengan sengit.

"Cesha lagi tidur, lagipula lo nggak tau diri, datang ke rumah orang tengah malam. Udah sana pergi." Baru saja pintu itu akan ditutup oleh gadis yang memakai piyama itu, Fira melewati tangan Ashima dan masuk ke dalam rumah.

"Heh! Keluar sana!" Tetapi Fira malah berlari ke lantai atas membuat Ashima segera menutup pintu lalu mengejar gadis tidak tau diri itu.

"Heh—" Ucapan Ashima terhenti karena Cesha sudah bangun.

"Cesha, gue boleh nginep di sini? Boleh ya, please." Di belakang Ashima menggeleng supaya Cesha menolak permintaan Fira itu.

"Boleh." Tetapi peringatan yang diberikan Ashima tidak diperdulikan oleh Cesha, melalui kedua gadis di hadapannya ini sudah ingin tidur membuat Ashima mendengus. Sekarang dia tidur di mana?

Dengan langkah kesal, Ashima berjalan ke sofa dan tidur di situ. Tidak mungkin dirinya marah-marah karena Cesha membiarkan Fira menginap di sini, karena Ashima merupakan orang yang tau diri. Tuan rumah saja tidak masalah, kenapa dirinya yang hanya menumpang malah marah?

"Kakak bisa tidur di sini, masih muat kok. Atau mau tidur di kamar tamu?" tanya Cesha pelan karena tidak tega melihat Ashima tidur di sofa.

Pertanyaan itu hanya dibalas dengan gelengan, tidak mungkin Ashima membiarkan Cesha dan Fira tidur berdua. Entah apa yang direncanakan gadis licik itu, jangan sampai adik barunya itu terluka.

🍀🍀🍀

Ashima menatap Fira dengan pandangan jengah, entah dia memang baik atau hanya sok baik. Mana bisa isi hati seseorang diketahui.

Seperti pagi ini, dia bersikap sok manis membuat Ashima mual.

"Lo kenapa ke sini malam-malam?" Akhirnya pertanyaan itu keluar mulut Ashima, rasanya sudah gatal ingin menanyakan hal itu dari tadi, ah tidak, bahkan dari semalam.

"Gue males di rumah," jawab Fira dengan cuek.

"Oh, ya? Lo pikir gue percaya?" balas Ashima dengan sengit.

"Nggak masalah kalau lo nggak percaya, toh nggak ngaruh apa pun ke gue." Ashima berdiri kemudian menatap gadis yang lebih muda dari dirinya ini dengan pandangan meremehkan.

"Lo usir aja dia, Cesh. Nggak berguna juga." Cesha melihat kedua orang di hadapannya ini dengan bingung, kenapa mereka seperti musuh?

"Sadar diri, Kak. Gue tau lo itu juga numpang di sini, lagian lo kan suka minggat."

"Gue supir di sini, mau apa lo? Gue nggak asal numpang kayak lo." Jawaban yang diberikan Ashima membuat Fira terdiam. Seorang Ashima jadi supir? Luar biasa.

"Gue nginap cuma semalam lo nyinyirin, apa salahnya nginap di rumah temen?" Memang nggak ada salahnya kan kalau nginap di rumah temen? Ashima saja yang membesar-besarkannya.

"Udah, jangan ribut lagi." Akhirnya Cesha yang turun tangan. Fira merespon dengan anggukan sedangkan Ashima hanya diam.

"Ayo gue antar lo Cesh," ajak Ashima, sedetik kemudian dia membalikkan badan untuk menatap Fira.

"Lo nggak usah mikir untuk numpang karena gue ogah nyetirin, lo."

"Tapi, Kak—"

"Udah, ayo." Cesha menatap Fira dengan pandangan meminta maaf, sedangkan Ashima terus menarik tangannya.

"Awas aja, lo. Ashima," desis Fira sambil mengepalkan kedua tangannya.

Ketika teringat sesuatu, Ashima meninggalkan Cesha di dalam mobil kemudian masuk kembali ke rumah.

"Mau ngapain, lo?" Ternyata Fira duduk di sofa. Memang tidak punya malu.

"Ngapain masih di sini? Pergi sana. Ntar lo maling," ucap Ashima sambil

"Sembarangan, lo."

"Yaudah cepat keluar," suruh Ashima sambil tersenyum senang.

Ketika Fira sudah keluar baru Ashima menyusul dan mengunci pintu, gadis itu menghela nafas pelan, Fira Benar-benar membuat repot.

"Kenapa, Kak?" tanya Cesha ketika Ashima sudah duduk di kursi pengemudi.

"Kenapa emangnya?" tanya Ashima tidak mengerti, memangnya apanya yang kenapa?

"Kenapa kakak ngusir Fira?" Ashima hanya diam, setelah menghidupkan mesin mobil dan menjalankannya barulah gadis itu menoleh.

"Kenapa emangnya? Lo nggak paham juga maksud gue kemarin?" Ashima berdecak, gadis ini juga membuatnya pusing.

"Bukan nggak paham maksud kakak, aku cuma nggak mau su'udzon aja, lagipula Fira nggak ngelakuin hal aneh," bela Cesha kemudian menoleh ke belakang untuk melihat Fira yang sudah keluar dari gerbang rumahnya, sebenarnya dia merasa kasian. Tetapi, mau bagaimana lagi, Ashima tidak mau semobil dengan Fira.

"Dibalik hal biasa bisa terdapat hal luar biasa."

"Kakak jangan su'udzon terus, ayolah berpikir positif, Kak."

"Lo bisa terus berpikir positif, gue iri. Tapi mau gimana lagi, pikiran gue selalu negatif tentang orang lain, kebanyakan pengalaman buruk soalnya," ujar Ashima seraya terkekeh, menertawakan ucapannya sendiri, padahal semua itu memang benar adanya.

"Pengalaman buruk bisa diubah jadi pengalaman baik, kan?"

"Lo mau ngajarin gue untuk ngubah kenangan itu?"

CESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang