30

12 3 0
                                    

"Kalian itu niat nggak, sih? Apa yang kalian tulis ini? Ini penting menurut kalian? Hah? Jawab!"

Dania dan Fira saling menatap, mereka bingung dan Haris yang tiba-tiba marah, seolah-olah pekerjaan yang mereka lakukan itu sangat buruk. Padahal mereka sudah melakukan tugas bagian mereka dengan baik meskipun tadi drama yang lumayan lama.

"Apaan sih, lo? Marah-marah nggak jelas! Gue udah ngerjain tugas gue dengan baik, emangnya salah dimana?" Dania balas membentak. Tidak terima dengan Haris yang memarahinya.

"Menurut, lo?!" tanya Haris balik.

"Ini udah bener kali!" sinis Dania. "Iya, kan Cesh?" lanjutnya meminta bantuan kepada Cesha.

"Jangan minta pembelaan, lo! Gue tau kalau Cesha itu orangnya nggak tegaan, meskipun kerjaan lo jelek juga dia pasti bilang bagus. Hatinya lembut, nggak akan ngomong macem-macem, makanya gue yang nyampein," ucap Haris memotong Cesha yang akan menjawab.

Cesha tidak jadi menjawab meskipun menurutnya kerjaan Dania dan Fira itu memang benar, entah kesalahan seperti apa yang dimaksud oleh Haris. Mungkin saja temannya itu hanya bercanda.

"Kerjaan dia paling yang jelek, udah gue bilang kalau dia itu nggak pantas sekelompok sama kita! Malah ngeyel!" Dania malah menuduh Fira yang sama sekali tidak mengatakan apapun daritadi.

"Sembarangan aja lo nuduh-nuduh gue, kerjaan lo itu yang nggak benar!" Fira tentu tak mau kalah dengan Dania, tadi dia memang diam, tetapi ketika Dania malah menuduhnya, dia pasti akan membalas.

"Elo lah!"

"Elo!"

"Fira, Dania, kalian kenapa lagi?" tegur Bu Frichila karena merasa terganggu dengan keributan mereka lagi.

Bu Frichila menggeleng pelan karena tidak ada yang menjawab, akhirnya guru tersebut mengabaikan kelakuan mereka, jika diperpanjang maka masalahnya pasti akan semakin rumit.

"Ngapa lo ketawa?" tegur Fira karena Haris tertawa ngakak secara tiba-tiba. Bahkan Cesha sampai ngeri melihatnya.

"Haris, jangan ketawa lebar gitu." Cesha akhirnya berbicara setelah lama bungkam.

"Sorry-sorry, tapi ini lucu banget." Mulutnya meminta maaf lalu tertawa lagi.

Gabriel bahkan menutupi wajahnya dengan satu tangan, entah tertawa karena alasan yang sama dengan Haris atau justru tertawa karena suara tawa dari Haris itu sendiri.

Haris berbalik lalu menatap seorang temannya. "Aziz, mana handphonenya?"

Aziz mengoper handphone yang daritadi dipegangnya sambil tertawa, tetapi tidak seperti tawa Haris tadi yang benar-benar kelewatan.

"Thanks," ucap Haris ketika handphone itu sudah berada di tangannya.

"Nih liat tingkah konyol kalian," ucap Haris seraya memperlihatkan handphone di genggamannya yang menampilkan video perdebatan kedua cewek itu.

"Seharusnya kalau kalian yakin sama kerja kalian, nggak usah ngegas. Santai aja kali." Haris kembali tertawa, tetapi tidak seheboh sebelumnya.

Iya, Haris hanya bercanda, tadinya ia meminta Aziz untuk merekam perdebatan kedua temannya itu, ia hanya sekedar ingin bercanda. Tidak berniat buruk sama sekali.

Cesha tidak menghiraukan ulah temannya itu, ia sibuk menyelesaikan tugasnya sendiri, biarkan saja mereka mau melakukan apa, yang penting masih wajar.

"Lo ngerjain kami?" tanya Dania pelan, tetapi suaranya ditekan sebagai tanda dia sangat kesal.

"Gue cuma bercanda, nggak ada niat buruk sama sekali kok. Santai aja kali," kilah Haris, sepertinya dia sudah sadar jika yang dilakukannya tadi memancing kemarahan dua perempuan itu.

"Bercanda lo bilang?"

Fira langsung bangkit dan berjalan ke arah Haris membawa buku tulisnya lalu memukul punggung temannya itu dengan buku di tangannya, Dania juga tidak mau kalah, ia juga bangkit dan memukul Haris dengan tangan kosong. Mereka kesal dengan apa yang sudah dilakukan Haris.

Kelas kembali ricuh, mereka menyemangati Fira dan Dania yang sedang melampiaskan emosinya.

"Sudah, sudah. Kalian berhenti!" Bu Frichila kembali turun tangan, meskipun mereka sudah ditegur ternyata masih saja membuat keributan.

"Sakit tau!" keluh Haris setelah tubuhnya terbebas dari ancaman dua perempuan yang telah diganggunya itu.

"Kelompok kalian benar-benar bikin ribut, kalian berlima keluar dari kelas sekarang!"

Cesha yang daritadi sibuk mengetik langsung menghentikan pekerjaannya, padahal dia sama sekali tidak ikut campur dengan masalah yang dibuat teman sekelompoknya, tetapi kenapa dia juga ikut kena hukuman?

"Saya sama Cesha nggak ngapa-ngapain, Bu. Kenapa kami dihukum juga?" protes Gabriel, ia memang sempat mendukung Haris, tetapi sungguh, ulah Haris kali ini tanpa sepengetahuannya. Tidak adil jika ia juga harus menanggung akibatnya.

"Karena kalian nggak ngapa-ngapain makanya juga dihukum, seharusnya kalian melerai perdebatan mereka. Bukan hanya diam dan menyaksikan."

Oke, mereka memang salah karena tidak peduli dengan pertengkaran temannya.

"Cepat! Kalian di sini hanya mengganggu teman kalian yang lain."

Cesha bangkit lalu mengangkat laptopnya beserta kertas-kertas yang menjadi pedomannya.

"Aziz juga bantuin Haris, Buk. Dia juga harus dihukum," adu Dania. Jika bisa, maka dia akan membuat seluruh teman-teman kelasnya agar keluar dari kelas ini.

"Gue?" Aziz tidak percaya dengan Dania yang mengadu, seperti anak kecil saja.

"Benar itu Aziz?" Bu Frichila meminta jawaban kepada muridnya yang juga terkena tuduhan.

"Iya, Buk." Aziz mengaku saja, toh di luar nanti ia bisa bebas, lagipula tugas kelompok yang diberikan kepadanya juga sudah selesai.

"Kamu ikut mereka."

"Baik, Buk."

"Permisi, Buk."

Cesha langsung keluar dari kelas, lebih cepat maka semakin bagus, ia bisa menyelesaikan bagiannya dengan cepat.

"Thanks, Dan. Lo baik banget," bisik Aziz yang justru membuat Dania menggeram kesal.

🍀🍀🍀

CESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang