Cesha mendengar ucapan Bu Frichila yang merupakan guru fisika dengan seksama, guru tersebut sedang membagikan kelompok untuk mengerjakan tugas.
Cewek itu melirik sekilas ke arah Fira, temannya itu terlihat gugup, tentu saja karena satu kelompok terdiri dari lima orang. Sudah pasti jika Fira akan mendapat teman yang lumayan banyak meskipun hanya untuk mengerjakan tugas.
"Kelompok tiga, Cesha, Dania, Fira, Gabriel, Haris."
Cesha mencatat nama anggota kelompoknya di halaman bagian belakang buku tulisnya, lalu menoleh ke samping ketika bisikan lirih terdengar olehnya.
"Untung gue satu kelompok sama lo."
Cesha mengangguk saja, toh ini bukanlah waktunya untuk berbicara panjang lebar.
"Susun meja menurut kelompok masing-masing, cepat dan jangan ribut," titah Bu Frichila, Cesha yang tidak tau harus melakukan apa hanya berdiri melihat teman-teman sekelasnya menyusun meja.
"Cesha, kita disini." Dania memberitahu dengan sedikit berteriak karena jarak kedua orang itu memang cukup jauh.
Cesha mengangguk lalu mengangkat buku yang sudah dipersiapkannya dan menuju ke arah Dania setelah mengajak Fira ikut serta.
"Males banget," gerutu Fira.
Cesha mengabaikan gerutuan itu, ia tau jika Fira sebenarnya senang dengan hal ini karena bisa berkumpul dengan teman-temannya meskipun hanya untuk mengerjakan tugas kelompok.
Fira mengambil tempat duduk di sebelah Cesha, merebut tempat duduk Dania sehingga pemilik awalnya memasang wajah jutek.
"Sini aja, Dan. Di sebelah gue," ucap Gabriel karena memang hanya di sebelahnya tempat duduk yang tersisa karena Haris memilih tempat duduk di tengah-tengah.
Setelah Dania duduk, semua anggota kelompok tiga hanya diam. Tidak ada yang berinisiatif untuk membuka pembicaraan, mereka lebih memilih untuk melihat teman-temannya yang masih repot.
"Cepat! Jangan kebanyakan pakai mulut," ucap Bu Frichila, guru fisika tersebut cukup kesal melihat murid-muridnya yang kebanyakan bekerja menggunakan mulut, jika seperti itu, bagaimana bisa pembagian tempat ini menjadi cepat.
"Sudah-sudah, semuanya duduk," titah Bu Frichila.
"Kalian sudah tau apa tugasnya, kan? Ibuk juga sudah menjelaskannya, tiap kelompok memegang materi yang berbeda. Ada yang ingin bertanya?"
"Tidak, buk," jawab semua murid, meskipun ada beberapa diantara mereka yang tidak mengerti, tetapi rasanya terlalu malas untuk bertanya.
"Sekarang kalian kerjakan, jangan ribut."
"Baik, Buk."
"Gue yang bagiin tugasnya, ya." Dania mengajukan diri, tentu saja karena dia ingin mendapatkan tugas yang ringan.
Teman sekelompoknya mengangguk menyetujui, bukan tidak berani membantah, tetapi mereka terlalu malas untuk menentang keinginan Dania.
"Gue sama Cesha cari poin penting bagian A sama B, Fira bagian C dengan D, Gabriel dan Haris yang presentasi," ucap Dania.
"Nggak adil! Gue sendiri nyari dua bagian," protes Fira.
"Yaudah, gue sama Cesha cari poin penting bagian A sama B, Gabriel dan Haris cari poin penting bagian C sama D. Lo yang presentasi," ralat Dania.
Fira memasang wajah jengah, tentu saja dia akan protes lagi.
"Yakali gue presentasi sendiri!"
"Fira, suaranya," tegur Bu Frichila karena suara muridnya itu sampai ke pendengarannya, Fira berteriak karena protes, Dania benar-benar mengajak ribut.
"Ya terus gimana? Emangnya siapa yang mau setim sama lo," gerutu Dania.
Cesha mengernyit. "Yaudah, aku yang buat bahan untuk presentasinya, Dania yang bagian A sama B, Fira yang C sama D."
Dania ingin protes, dia tidak ingin setim dengan Fira. Mendingan Fira aja yang membuat bahan untuk presentasi.
"Fira aja yang buat bahan untuk presentasi," saran Dania.
"Gue nggak bisa," bantah Fira kesal.
Gabriel memutar bola matanya malas, ketiga cewek di hadapannya sungguh ribet, padahal ia dan Haris sama sekali tidak protes dengan bagian yang diberikan kepada mereka. Jika begini terus, bagaimana tugasnya bisa selesai? Pembagian tugas aja lama.
"Yang Cesha saranin udah bener, cepat kerjain. Kita udah ketinggalan sama kelompok lain, kalian ini." Haris yang daritadi menyimak akhirnya turun tangan.
"Gue nggak mau setim sama dia." Perempuan satu ini, yang keluar dari mulutnya hanya protes.
"Yaudah, kalau gitu lo yang buat bahan untuk presentasi."
"Gue nggak bisa!"
"Astagfirullah." Haris tidak tau lagi harus bagaimana, mereka ini benar-benar ribet.
"Yaudah, kalau gitu gue sama Fira yang presentasi."
Haris mengangguk mendengar ucapan Gabriel, mereka sih setuju-setuju saja, siapapun itu yang menjadi timnya. Ini di sekolah, ada perlindungan untuk para siswa-siswi, jadi untuk apa takut? Apalagi sama Fira yang merupakan teman sekelasnya.
Cesha tersenyum tipis, ternyata tidak semua orang ingin menjauhi Fira. Masih ada orang yang tidak peduli dengan gosip dan menganggap Fira sebagai teman. Rasanya ini menjadi lebih mudah, jika Fira merasa bahwa dirinya diharapkan oleh temannya, maka Fira tidak akan minder dan bersikap sesuka hatinya lagi.
"Dia nggak bisa presentasi, nanti nilai kelompok kita rusak. Lagian kenapa dia harus sekelompok sama kita."
Fira menggebrak meja membuat semua orang yang berada di dalam kelas mengalihkan perhatian terhadapnya.
"Lo pikir gue mau sekelompok sama lo?!"
"Fira, ada apa?" Bu Frichila bertanya seraya menghampiri anak muridnya yang bersikap seperti anak SD, selalu bertengkar.
"Dia tuh, Buk, yang nyari masalah sama Saya," adu Fira.
"Gue? Justru elo yang nyari masalah!"
Fira tidak mau meminta pembelaan dari teman sekelompoknya, mereka pasti tidak akan mau, mungkin Cesha mau mengakuinya tetapi Gabriel dan Haris pasti akan membantah sehingga ucapan Cesha akan sia-sia.
"Dania yang mulai, Buk."
Dia ... Haris.
🍀🍀🍀

KAMU SEDANG MEMBACA
CESHA
General FictionGadis riang bernama Cesha Bounze, hidupnya masih diselimuti kesedihan karena baru saja ditinggalkan oleh sang umi. Akibat kepergian dari orang yang sangat berarti tersebut membuat Cesha pindah sekolah agar lebih dekat kepada Abinya. Tetapi kesediha...