12

13 3 0
                                    

Aziz terus menatap Cesha hingga gadis itu duduk di tempatnya tadi. Menghela nafas pelan lalu mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang untuk menghentikan pencarian kakaknya, untung saja kakak satu-satunya itu aman.

Memang dalam keluarga mereka hanya Aziz yang sibuk mencari Ashima, sedangkan yang lain bahkan orang tuanya pun tidak peduli, mereka berpikir kalau Ashima akan pulang dengan sendirinya karena tidak bisa hidup tanpa bantuan mereka.

Aziz kecewa, mungkin keluarganya yang lain memang tidak peduli, tetapi orang tuanya? Seharusnya mereka khawatir karena kehilangan anak gadisnya, namun tidak ada rasa khawatir itu sedikit pun. Orang tuanya selalu menuruti keinginan sang nenek, Aziz tidak menyangkal kalau itu memang harus dilakukan, tetapi jangan sampai seperti ini. Biarkan saja mereka melakukan apa yang diinginkannya, Aziz mencoba tidak peduli.

Aziz kembali melirik Cesha yang kini duduk bersama Fira, Aziz akui gadis itu sangat baik, bahkan Fira saja mau dia jadikan teman. Entah karena tidak tau atau pura-pura tidak tau, hanya gadis itu yang memahaminya. Emm, dan juga kenapa dia mau menerima Ashima? Apa hanya karena kasihan? Kini Aziz yang kasihan pada Cesha karena dia sangat polos.

"Ngapain lo ngeliatin Fira terus?" Aziz menoleh, ternyata temannya Bima yang kini duduk di sebelahnya.

"Bukan Fira, tapi Cesha." Sungguh Aziz juga sangat jujur, dia bahkan tidak memikirkan resiko atas jawabannya itu.

"Loh, ngapain lo ngeliatin Cesha?" Bima kembali bertanya, dan kini netra pria itu juga menatap Cesha.

"Kenapa dia mau temenan sama Fira, ya? Yah, you know." Bima mengangguk lalu menyandarkan tubuhnya sebelum menjawab.

"Paling nggak tau apa-apa." Aziz tidak setuju dengan itu.

"Udah ada yang ngingetin dia, gue juga. Tuh cewek nggak nganggap serius omongan kami," bantah Aziz.

"Siapa yang akan percaya, sih? Dia murid baru dan dapat peringatan dari kalian, dia nggak akan percaya semudah itu. Gimana sih, lagipula menurut gue Fira nggak menakutkan, kalian aja yang lebay." Bima memang tidak setuju dengan orang-orang yang menganggap Fira seram, baginya Fira tidak seperti itu. Gadis itu sebenarnya baik, hanya karena satu kesalahan dia justru dianggap seram dan dijauhi, sungguh tidak adil.

"Lo suka Fira?"

"Pikiran kayak gini yang harus dimusnahin, selalu ngambil kesimpulan tanpa pikir panjang. Pikirkan dulu lah Ziz, cuma karena gue mengutarakan pendapat tentang Fira, malah gue dianggap suka sama dia." Bima tak habis pikir, kenapa orang-orang selalu mengambil kesimpulan sesukanya?

"Yang ngebela Fira, cuma lo doang."

"Tambah satu, Cesha. Dia selalu berteman dengan Fira, gue yakin pertemanan mereka awet." Kali ini Aziz yang tertawa.

"Kenapa?"

"Lo bilang, gue jangan ngambil kesimpulan sesuka hati, padahal lo juga, ngambil kesimpulan kalau pertemanan mereka awet."

"Oke, gue salah." Bima mengalah. Tidak ingin berdebat lagi, rasanya tidak lucu kalau mereka bertengkar karena orang lain.

"Kakak lo udah ketemu?" Bima mengganti topik, pertanyaan ini muncul tiba-tiba karena dia keingat dengan kakak sahabatnya yang kabur.

"Belum, tapi hentikan aja semua pencarian." Bima mengernyit, tidak mengerti dengan keputusan Aziz yang tiba-tiba.

"Kenapa?"

"Gue rasa orang tua gue benar, Kak Ashima nggak akan kabur lebih lama." Kali ini Aziz berbohong, tidak ingin banyak yang tau kalau Ashima tinggal bersama Cesha.

"Ziz! Kak Ashima itu kakak lo, gue tau kalau lo sayang sama dia. Nggak mungkin tiba-tiba lo nggak acuh."

"Hm, nggak usah khawatir. Dia udah besar, tau yang baik dan buruk."

"Gue ke kelas duluan." Kabur, itu jalan terbaik untuk menghindari berbagai pertanyaan yang akan dilontarkan Bima, memang dia adalah sahabat Aziz dari kecil, makanya pria itu tau banyak tentang dirinya bahkan keluarganya.

Bukannya ingin menutupi keberadaan Ashima, tetapi dia tau kalau Bima itu tidak akan berhenti bertanya sampai rasa penasarannya hilang, takutnya Bima akan bertanya tentang Cesha dan Aziz tidak merasa dirinya berhak untuk menjawab pertanyaan itu. Cesha juga pasti tidak akan suka kalau dibicarakan, gadis itu sudah menolong Ashima dan Aziz cukup tau diri untuk tidak mengusik sang penyelamat.

🍀🍀🍀

"Lo nggak bicarain gue, kan?"

"Enggak sama sekali, Fira. Serius!" Untuk kesekian kalinya Cesha menjawab pertanyaan yang sama dari Fira, gadis itu merasa kalau dia yang dibicarakan, padahal nyatanya tidak.

"Jadi, kalian bicarain apa? Kasih tau gue." Cesha mulai tidak suka ini, tidak semua hal harus diberitau kepada orang lain, kan? Apa Fira tidak mengerti privasi?

"Fira, tolong jangan nanya terus. Aku benar-benar nggak ngomongin kamu, serius." Fira bungkam, Cesha terlihat sudah lelah menghadapi pertanyaannya. Mengangguk kemudian kembali sibuk dengan makanannya, itulah yang dilakukan Fira.

Sedangkan Cesha memperhatikan sekitarnya karena tidak tau harus berbuat apa, jika dia meninggalkan Fira maka itu bukanlah tindakan yang baik.

Cesha terpaku karena tiba-tiba melihat Aziz yang kini juga menatapnya, getaran itu kembali hadir dan membuat Cesha gugup. Ketika sebuah senyuman terbit di bibir Aziz, Cesha sadar kalau dia sudah jatuh ke dalam pesona pria itu, dan ini tidak boleh dilanjutkan.

Tanpa membalas senyuman yang diberikan Aziz, Cesha memalingkan wajahnya yang terasa panas. Jangan sampai hal ini terjadi lagi karena tidak akan baik untuk dirinya sendiri mau pun untuk Aziz, dan juga ... Fira yang seperti menyukai pria itu.

Cesha tidak akan melakukan hal yang membuat sahabatnya sedih.

🍀🍀🍀

CESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang