37

12 2 0
                                    

"Pagi, Cesha," sapa Fira dengan ceria.

"Pagi, Fir," balas Cesha dengan senyum tipis.

"Lo jangan gangguin Cesha, ya. Gue kejar lo kalau sampai gangguin dia," ancam Ashima.

Pagi ini dia yang mengantarkan Cesha ke sekolah, dan rasanya ia sedikit tidak suka dengan Fira yang mendatangi Cesha. Fira itu tidak bisa dipercaya, jangan sampai dia menyakiti hati Cesha.

"Apaan sih, lo. Mana mungkin gue gangguin Cesha, lagipula lo ngapain di sini? Kabur lagi ya?" sinis Fira.

Ashima menggeram dan hampir memukul Fira jika Cesha tidak menahan tangannya yang sudah terangkat.

"Jangan, Kak. Masih pagi, masa kakak udah emosi. Istigfar, Kak," ucap Cesha mengingatkan.

Ashima melakukan apa yang dikatakan oleh Cesha, meskipun begitu ia tetap menatap Fira dengan tajam. Pengganggu emang.

"Aku masuk dulu ya, Kak. Assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam."

🍀🍀🍀

"Shima kabur lagi, ya? Dia lari ke rumah lo lagi? Kenapa ya lo selalu didatangi sama orang-orang yang bermasalah, kayak gue misalnya," ucap Fira ketika mereka sudah tiba di kelas.

Cesha tidak menjawab, ia meletakkan tas hijaunya di kursi lalu berdiri di hadapan Fira. Karena hal itu Fira menjadi kikuk, Cesha tidak pernah seperti ini, apa ucapannya tadi salah sehingga Cesha marah?

"Temenin aku ke kantin ya," ucap Cesha.

Fira mengerjap lalu mengangguk, ternyata Cesha tidak marah, temannya itu hanya ingin ke kantin, tetapi caranya bicara membuat Fira khawatir.

"Ayo," balas Fira setelah meletakkan tasnya di meja Cesha, padahal tempat duduknya tidak terlalu jauh, tetapi tetap saja ia malas berjalan ke tempatnya sendiri.

Baru berjalan beberapa langkah, Aziz menghadang jalan Cesha dan Fira.

"Ini untuk lo," ujar Aziz seraya memberikan sebuah paperbag.

"Apa?" tanya Cesha bingung, tidak biasanya Aziz seperti ini, lagipula apa tujuannya?

"Makanan. Dari nyokap gue sih, lo belum sarapan, kan? Kak Shima mana bisa masak," jawab Aziz. Aziz tidak berbohong, memang mamanya yang memberikan itu untuk Cesha, ketika Aziz menjelaskan kenapa Ashima menginap di rumah Cesha, mamanya justru khawatir kepada gadis itu dan malah meminta Aziz membawa Cesha ke rumah mereka, tentu saja Aziz langsung menolak, mana mungkin Cesha mau.

"Eh, ngerepotin dong. Aziz gimana ya, aku jadi nggak enak."

Cesha tidak tau harus merespon seperti apa, lagipula kenapa mamanya Aziz malah memberikan makanan padanya, Cesha kan jadi bingung dan gugup.

"Nggak masalah, lagipula mama nggak ngerasa direpotin. Nih."

Paperbag itu diarahkan kepada Cesha, dengan ragu cewek itu mengambilnya, tangannya bahkan gemeteran karena gugup.

"Makasih, tolong sampaikan juga ucapan terimakasih aku ke mama kamu, dan maaf karena ngerepotin," ucap Cesha setelah paperbag itu berada di tangannya.

"Oke, nanti gue sampaikan. Gue masuk dulu."

Cesha dan Fira menatap Aziz yang sudah masuk ke kelas dan bicara dengan teman-temannya.

"Cesha, jadi ke kantin, nggak? Lo kan udah ada makanan," tanya Fira.

Jika Cesha sudah memiliki makanan, untuk apa lagi ia ke kantin.

"Ayo, makan di kantin aja."

"Oke."

🍀🍀🍀

"Lo lesu banget hari ini, makan lo aja nggak habis, padahal makanannya enak."

Fira tidak tau kenapa Cesha lesu, biasanya ketika belajar temannya itu akan bersemangat, tetapi kali ini tidak, bahkan ia mengabaikan kuis yang diberikan guru.

"Karena Shima, ya? Dia nambahin beban pikiran lo?" ucap Fira menuduh Ashima, padahal Ashima tidak melakukan apapun tetapi selalu dituduh tanpa bukti.

"Bukan Kak Shima, lagipula Kak Shima nggak ngapa-ngapain. Kak Shima nemenin aku di rumah biar nggak sendirian," jelas Cesha. Jika tidak dijelaskan maka sudah pasti Fira akan kembali menuduh Ashima tanpa alasan yang jelas.

"Lo sendirian? Kenapa nggak bilang sama gue? Gue mau kok nemenin lo, lo ada pas gue butuh, nggak mungkin gue nggak ada saat lo butuh."

Fira merasa kehadirannya tidak berarti bagi Cesha, ia pikir sama seperti dirinya yang menganggap Cesha sebagai sahabat, Cesha juga seperti itu, ternyata tidak.

"Lo nggak nganggap gue teman, ya?" lanjutnya.

"Bukan gitu Fira, kemarin aku panik, aku bahkan nggak bisa berpikir jernih," sanggah Cesha. Terkadang ia bingung, kenapa Fira selalu berpikiran buruk seperti ini?

"Kenapa?"

"Kemarin abi masuk rumah sakit, aku panik, terus Aziz tau makanya Kak Shima nemenin aku di rumah."

Fira merapatkan dirinya kepada Cesha, pantas saja daritadi temannya ini lesu, abinya sedang dirawat di rumah sakit, bagaimana Cesha bisa tenang jika begitu.

"Sorry gue nggak tau dan malah nuduh lo kayak gini."

"Nggak apa-apa."

Fira memegang bahu Cesha, mencoba memberikan semangat secara tidak langsung.

"Sekarang gimana keadaan abi lo?"

Bukannya ingin membuat Cesha menjadi semakin sedih, tetapi jika tau apa yang terjadi, Fira akan tau bagaimana cara menghiburnya.

"Alhamdulillah, sekarang udah lebih baik. Abi cuma butuh istirahat."

"Syukurlah, lo jangan murung terus dong. Gue tau lo pasti khawatir banget, tapi kan sekarang semuanya udah baik-baik aja, nanti juga lo jenguk abi lo, kan?"

"Iya, tapi disuruh pulang dulu sama sepupu aku. Baru ke rumah sakit, nggak boleh langsung ke sana."

Fajar memang memberikannya banyak peraturan, Cesha tau jika itu adalah bentuk perhatiannya. Tetapi, Cesha kan udah besar, udah bisa memahami keadaan.

"Nanti gue ikut ya, gue mau jenguk abi lo. Boleh?"

🍀🍀🍀

CESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang