15|| Plan

145 55 58
                                    

Happy reading!•
√|^_^√|

' Sesuatu yang selalu kita butuhkan tidak selamanya menjadi hal baik. Lingkungan sosial adalah tempat dimana kita bisa merasakan saling melengkapi. Dan dari lingkungan sosial juga kita bisa mendapatkan permasalahan berujung perpecahan. Dari sebuah harapan kita mendapatkan semangat baru kehidupan, dan dari harapan juga kita akan merasakan dijatuhkan.'
~ Tara Aponi Beatrice.

Suasana bahagia sedang meliputi SMA Wijaya Kusuma saat ini. Kebahagiaan akan datangnya nikmat yang ditunggu-tunggu para murid untuk mengistirahatkan otak mereka. Apalagi jika bukan tanggal merah yang akan datang besok.

"Pak, besok libur 'kan, Pak?" Tanya Agus yang mewakili siswa kelas 11 IPA 2 lainnya.

"Kamu mau nikahan minta libur segala?" Sarkas guru sejarah itu yang terkenal agak nyeleneh kadang.

"Besok 'kan ada coblosan, Pak." Kali ini bukan hanya Agus si incaran BK saja yang memprotes, akan tetapi hampir seluruh murid kelas ini mendesak segera diumumkannya libur.

"Memangnya kenapa kalau ada coblosan? Kalian mau ikut bantuin ngitung suara?"

"Kita mau ikut menyalurkan hak suara kita, Pak," koreksi Nando sedikit membanggakan dirinya jika umurnya sudah legal dan ikut andil lebih banyak dalam kebijakan pemerintahan.

"Memangnya umur kalian berapa?" Jelas sekali kandungan meremehkan dalam pertanyaan yang dilemparkan oleh guru yang stay santuy itu.

"17/18!!" Begitulah jawaban yang muncul di udara menyebutkan umur mereka masing-masing. Dua aneka umur tersebut lebih mendominasi warga kelas ini dengan umur 17 alias baru sekali masuk dalam kepemilikan Kartu Tanda Penduduk. Bagi yang masih berumur 16 di kelas ini hanya bisa menyimak perbincangan panas orang-orang dewasa itu.

"Seriusan sudah segitu? Kelakuan kalian terlalu seperti anak bau kencur yang norak banget, tapi wajahnya terlihat seperti umur 80 tahun-an."

Seluruh kelas menyeru tidak terima dicela begitu saja oleh guru yang memang dari segi fisiknya ia cukup sangar juga awet muda disampingnya memiliki sifat dewasa kalau sedang tidak eror.

"Baby face ini, Pak!" Sangkal Nila yang memiliki wajah yang terawat dan berkilau seperti ada minyak goreng yang melumuri wajahnya. Katanya dia dalam kategori gadis yang cantiknya diusahakan semaksimal mungkin dengan bantuan alat kecantikan juga diet rutin. Dan gadis seperti itu sensitif jika dirinya disinggung mengarah pada tuduhan jelek fisik. Bahkan selepas seminggu ini ia baru kembali ke sekolah, anak itu bertambah cantik saja.

"Ssttt... Sssttt... Bapak dapat pesan rahasia dari kepala sekolah," ujarnya sok serius yang berpura-pura tengah memfokuskan pendengarannya pada angin lalu. Percayalah itu sangat konyol untuk dunia yang terlampau nyata ini jika memiliki kelebihan-kelebihan seperti itu. Meskipun tidak mustahil jika ada yang memiliki kemampuan khusus di luar nalar.

"Tadi Pak kepala sekolah baru saja meng-update status baru tentang perkembangan hari esok. Kalian mau tahu, tidak?" Rangkaian kata-kata Pak Sugeng Pamudji ini terbilang boros melebihi sales yang tengah mempromosikan produk terbaru mereka.

Para siswa yang sudah terbiasa dengan kelakuan Pak Sugeng hanya menghela malas saja. Ada pula sebagian yang mengikuti permainan beliau hingga ikut antusias. "Mau, Pak!"

"Mau tahu aja apa mau tahu banget?" Katanya yang membuat murid semakin jengkel.

"Mau banget. Cepat katakan, Pak!" Desak para murid yang memiliki tebakan berita baik akan mengudara.

Tubby, I Love You! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang