•Happy reading!•
>,<
Wahai, Anakku!
Serupa wajah yang mirip daku
Tumbuh besar dalam asuhan Ibu
Tiada kekurangan kasih sayang Ayahandamu
Anugerah Tuhan melengkapi keluarga utuhKu penuhi kenangan bahagia akan masa kecilmu
Memastikan tawamu tetap terpadu
Pendidikan kami pastikan dalam asuhan tangan guru terbaik sebagai bekal masa depanmu
Tangisan dan rengekanmu yang selalu ku usahakan untuk tidak lagi sembiluBeranjak pada tangga remaja yang lebih berwarna
Dimana mulai tegas peraturan menjagamu
Kami tahu kau terkadang merasa tidak leluasa
Namun, hati kami terlalu khawatir melepas mu
Kami wanti-wanti pergaulanmu
Hingar-bingar dunia fana ku takutkan menyeret mu
Kala kau mulai berontak,
Selangkah lebih maju kami bertindakIkutlah jalan yang lurus
Jangan terbawa arus
Jadilah kebanggaan Ayah-Ibu
Harumkan nama bangsa dengan semangat mudamu
Kokohkan ajaran agama dalam setiap langkahmu
Ulurkan tanganmu menolong sesama
Janganlah terbuai dengan kebodohan asmara
Banyak patah hati hanya karena gegabahSampai umurmu menjelang dewasa
Ku harap kau senantiasa dalam gapaian do'a
Di tengah kerasnya dunia
Pantang untuk berputus asa
Sempurna dalam rencana
Sukseslah kamu menjadi manusia
Tetaplah kuat meski beban berat kau sanggaMungkin suatu saat nanti tanpa bisa ditunda,
Aku akan tiada
Meninggalkan mu sendiri pada perihnya kehidupan
Ketahuilah, Nak...
Kala itu aku sudah sedikit lega
Melepaskan beban penuh lara
Dunia terlalu seru untukku cari kedamaian
Ingatlah, Nak...
Ceritaku yang habis di sana
Harapanku pada dikau terus mengingat aku yang tiada lagi bisa menegur mu dalam sapa•
•
•
Suasana menegangkan sedikit mencair saat Estu perlahan membuka matanya setelah beberapa menit kehilangan kesadarannya. Tara tersenyum lega menatap lekat Mamanya yang mengedarkan manik kembarnya menelusuri ruang kamarnya. Raut wajah pucat itu tampak bingung dengan apa yang tengah terjadi pada dirinya. Ia ingin bersuara menanyakannya kepada sang anak satu-satunya yang sedari tadi menggenggam tangannya erat, akan tetapi sangat ironis tidak ada suara yang mampu keluar dari labium bibirnya.
"Mama sudah bangun?" Tara menyeka sisa-sisa lelahan air mata yang membekas membentuk anak sungai pada pipinya.
"A-air... A-air... T-tolong a-air..." Pinta Estu yang memerlukan unsur kehidupan itu untuk mengembalikan fungsi suaranya.
Tara yang paham kebutuhan Mamanya langsung mengambilkan segelas air putih yang tersedia di atas meja nakas. Gadis itu juga membantu punggung Mamanya untuk lebih tegak agar memudahkan untuk menelan air. Tidak sampai seperempat dari isi gelas yang masuk ke dalam mulut Mamanya, tapi itu terlihat cukup memberikan perbaikan dalam kerongkongannya.
Setelah dirasa cukup untuk menyembuhkan dehidrasi Mamanya, Tara kembali membantu tubuh lemas itu kembali berbaring. Tubuh Mamanya masih terlalu lelah dan membutuhkan banyak waktu untuk pemulihan.
"A-apa yang terjadi pada Mama, Ra?"
"Mama tadi pingsan." Tara kembali memfokuskan perhatiannya kepada Estu seusai mengembalikan gelas pada tempat sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tubby, I Love You! (Selesai)
Teen Fiction"Jikalau tubuh yang terlihat jauh dari kata sempurna, maka hati yang ku rasa sangat dekat dengan kata luar biasa." -Jodhi Saga Ginanjar Prawira. "Tidak ada yang bisa aku sombongkan, tetapi tidak semua harus aku sesalkan." - Tara Aponi Beatrice * * *...