•Happy reading!•
°*°*°*°
'Formalitas adalah kebohongan yang menetas di atas panggung pentas berlatarkan sosialitas.
Seperti permen kapas, manis namun hanya sekilas. Seakan tak pernah puas dengan sanjungan yang tidak terbatas.
Namun, semuanya memiliki hubungan kausalitas. Saat masalah melintas dengan antusias, barulah terasa betapa rumitnya realitas dengan karma sebagai fasilitas.
Karena, kuantitas cobaan akan menghadirkan kualitas terbaik kerja keras.'
~Jodhi Saga Ginanjar Prawira.'Banyak manusia yang seringkali menghakimi, tapi bukan berarti mereka bisa berbuat adil.'
~Tara Aponi Beatrice.•
•
•
Waktu bergulir begitu cepat tanpa manusia cegah. Padahal masih banyak rencana yang belum tepat sasaran, alhasil kerap kali membuat kita menjadi kecewa. Bahkan belum sempat kita berbuat lebih baik dari hari lalu. Seakan waktu tidak pernah memikirkan manusia yang terlalu mencintai dunia.Hari ini sebagai bentuk contohnya. Hari dimana pendidikan jenjang SMA termasuk SMA Wijaya Kusuma memiliki pengumuman bagi peserta didiknya agar mempersiapkan diri mereka untuk menghadapi ujian akhir semester genap.
Padahal Tara masih mengingat jelas seperti baru kemarin saja dia memasuki sekolah ini untuk pertama kalinya. Ia masih mengingat bagaimana menangis di mobil Jodhi. Okey, itu memalukan untuk diingat. Pokoknya tidak terduga dan belum siap sama sekali. Seakan waktu enam bulan kurang untuk penguasaan materi.
"Anak-anak, bagi nanti yang belum mendapatkan kartu peserta ujian, kalian bisa menghubungi pihak administrasi untuk mendapatkan kompensasi. Dan untuk yang sudah mendapatkan kartu, jangan pulang dulu, ya! Lakukan kerja bakti bersih-bersih kelas kalian. Baru boleh pulang setelah itu. Mengerti?" Instruksi sang wali kelas di hadapan semua murid kelas XI IPA 2 yang hari masuk semua.
"Mengerti, Bu!" Jawab para murid serempak.
Pembagian kartu ujian dimulai dengan menyebutkan nama anak murid satu persatu runtut sesuai dengan awalan huruf abjad mereka. Selembar kertas berwarna berisikan informasi umum identitas siswa dan jadwal itu yang disebut dengan kartu ujian. Dan itu merupakan benda penting bak piranti kehidupan melaksanakan ujian semesteran.
• • •
Hari beralih menuju siang. Penat dan peluh menempel tubuh sesuai melakukan pembersihan pada ruang kelas masing-masing. Pulang lebih awal merupakan bagian dari bonus besar bagi seluruh siswa yang di hari Seninnya di tunggu tumpukan soal-soal untuk dikerjakan.
Tara mendudukkan dirinya pada tempat biasa ia menunggu. Gadis bertubuh besar itu sibuk berkutat dengan ponselnya ketika lalu lalang murid berseragam mulai berhamburan keluar meninggalkan area sekolah.
"Kenapa tidak dijawab, sih?" Cemas Tara yang mencoba melakukan panggilan suara dengan supirnya. Ia tidak tahu jika akan pulang lebih awal, begitupun dengan Pak Jauhari. Jadi, supirnya itu tidak tahu jika Tara butuh jemputan sekarang ini.
"Apa aku harus naik kendaraan umum saja?"
Tapi, Tara dengan sesuatu yang berhubungan dengan fasilitas banyak orang adalah bukan kombinasi yang tepat. Membayangkan bagaimana sulitnya menyesuaikan diri bersama banyak orang lain saja sudah membuat dirinya ketakutan. Ia tidak yakin bisa mengatasinya. Tapi, apa ia harus rela menunggu lebih lama hingga waktu dirinya biasa dijemput tiba? Masih butuh beberapa jam lagi agar hari bisa menghampiri sore.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tubby, I Love You! (Selesai)
Teen Fiction"Jikalau tubuh yang terlihat jauh dari kata sempurna, maka hati yang ku rasa sangat dekat dengan kata luar biasa." -Jodhi Saga Ginanjar Prawira. "Tidak ada yang bisa aku sombongkan, tetapi tidak semua harus aku sesalkan." - Tara Aponi Beatrice * * *...