•Happy reading!•
~πoπ~'Kau terlalu sombong jika berpikir kau mampu dengan baik mengerti tentang orang lain dengan baik. Masih banyak lagi tentang dirimu sendiri yang belum kau mengerti. Seperti... Siapa nama cacing penghuni ruangan ususmu, contohnya.'
~ My.
'Terapkan tata krama mu sebelum karma menetapkan mu sebagai tujuannya.'
~Jodhi Saga Ginanjar Prawira.•
•
•
Jiwa Tara yang tiga hari lalu mengalami penurunan semangat karena alasan kekenyangan libur tapi minim aktifitas liburan, berbeda dengan jatuhnya libur pada hari terakhir pekan ini. Hari Minggu adalah hal hebat yang membuat Tara menjadi pemerhati baik angka jam yang terus berdetak.Hari ini juga tubuhnya mendapatkan perawatan berbeda dari biasanya. Tara sudah selesai membersihkan dirinya padahal hari masih memiliki sinaran matahari yang begitu terangnya tanpa semburat jingga. Jam tiga masih dalam kategori panas bagi tubuhnya, ia sudah selesai mandi bahkan memakai pakaian terbaik yang ia siapkan hampir tiga hari tiga malam.
Ding... Dong... Ding... Dong...
"Sepertinya ada tamu. Bisa kau lihat siapa itu yang datang, Ra?" Bukan tanpa alasan Estu melemparkan pekerjaan memeriksa tamunya pada Tara. Ibu rumah tangga itu tengah terlibat dalam kesibukannya mencetak adonan nastarnya saat ini.
"Baik, Ma." Tara bangkit dari duduknya yang mengeluarkan diri dari kewajibannya membantu Estu memasukkan kue kering yang sudah siap ke dalam toples.
Tergesa gadis itu keluar dari rumahnya dan menghampiri arah gerbang. Memiliki Pak Jauhari bukan berarti membebaskan dirinya dari kemandirian. Supir keluarganya itu tengah mengemban tugas lainnya membelikan beberapa bahan-bahan kue yang kurang sejak tadi.
Tidak susah bagi Tara membuka pintu pagar yang baru saja diperbarui warna catnya beberapa hari lalu. Berdiri seorang pemuda tinggi yang memunggunginya dan memilih memperhatikan mobil putihnya yang terparkir di depan rumah Tara. Topi yang menelungkup di sebagian kepalanya membuat Tara kesusahan mengenali pribadi berbaju kemeja warna navy yang berpadu dengan jeans senada.
"Maaf, mas nyari siapa, ya?" Muncullah kepermukaan inisiatif Tara untuk bertanya.
Pribadi di hadapannya itu berputar 180° menghadap Tara. Sebuah sunggingan kecil memberikan efek beku setelah penglihatannya menyampaikan hasil penyalinan data menuju pemrosesan otaknya.
"Tara Aponi Beatrice, ada?" Pemuda di depannya memiliki dandanan pakaian tidak kalah rapi dengannya. Rambutnya yang tertata pomade baru saja ia bebaskan dari topi hitamnya. Aroma parfum menenangkan yang sudah cukup akrab menyapa penciuman Tara menguar menjadi sebuah pembuktian efek kesegaran yang masih melekat.
"Jodhi? Bagaimana bisa kau tahu rumahku? Bukankah kau meminta ku untuk menunggu di dekat minimarket? Ini juga baru jam 3 kurang, kau bilang kita berangkat jam setengah 4, 'kan?" Jodhi masih tetap pada tampang kalemnya mencoba mencerna cercaan pertanyaan bertubi-tubi dari Tara.
"Apa kau tidak akan memintaku untuk masuk dulu, Ra?" Gadis itu secara langsung terdiam salah tingkah merutuki ketidaksopanannya. Memiliki kemungkinan besar jika ia akan mendapatkan teguran keras dari Mama dan Papanya karena membiarkan kejadian ini berlangsung. Kedua orangtuanya itu akan sangat berlaku tegas saat berhubungan dengan pengajaran norma dan tata krama.
"S-silahkan masuk."
Setelah melakukan gerakan mempersilahkan lewat tangannya, Tara secepat mungkin berbalik menghindari tatapan Jodhi lebih lama lagi. Tatapan Jodhi membuat degupan jantung Tara makin tidak karuan saja. Bahkan, sistem pergerakan tubuhnya sendiri agak melewati batas pengendaliannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tubby, I Love You! (Selesai)
Teen Fiction"Jikalau tubuh yang terlihat jauh dari kata sempurna, maka hati yang ku rasa sangat dekat dengan kata luar biasa." -Jodhi Saga Ginanjar Prawira. "Tidak ada yang bisa aku sombongkan, tetapi tidak semua harus aku sesalkan." - Tara Aponi Beatrice * * *...