•Happy reading!•
;]'Memaafkan memang tidak mudah, tetapi mendendam juga hanya membawa luka. Tidak perlu mengingat seberapa banyak kesalahan yang dilakukannya agar kita maafkan, jauh lebih baik ketika kita bisa melihat seberapa tulus kata maaf terlontarkan."
~ Tara Aponi Beatrice.•
•
•
Matahari semakin lengser membawa panasnya yang digantikan dengan kehangatan. Langit didominasi oleh sinaran jingga. Suasana area Kota lama tidak lagi seramai satu jam yang lalu. Para pengunjungnya memilih menarik diri mereka untuk pulang terlebih dahulu. Begitu juga mobil-mobil yang sudah memberikan ruang di parkiran. Kota lama tidak akan bersedih hati ditinggalkan para pengunjungnya. Ia yakin jika setelah malam menjelang dan acara utama digelar, mereka pasti akan kembali dalam keadaan jauh lebih segar setelah menyelesaikan kepentingan pribadi di rumah mereka.
"Apa kau ingin membeli makanan lain?" Pemuda yang sedari tadi mendampingi Tara berjalan bertanya.
"Ini sudah cukup, Jod," tolak Tara cepat. Akan lebih merepotkan jika tentengan plastik berisi makanan bertambah lagi di tangan mereka.
"Kau yakin?"
"Hmm."
Sudah ada 8 macam jajanan yang mereka beli. Sepanjang perjalanan memang banyak sekali makanan yang seperti menghipnotis Tara. Tapi, gadis itu mencoba mengendalikannya. Bukannya ia ingin terlihat anggun atau sebagainya. Ia hanya tidak mau merepotkan Jodhi lebih banyak lagi. Ditambah lagi dengan penolakan dari Jodhi ketika Tara berniat membantu membayar semua itu. Ah, dia bukanlah benalu.
Di sini benar-benar indah. Pemandangan dengan nuansa kuno juga penuh sejarah merupakan alasan keduanya masih bertahan menemani senja menghampiri malam di sini. Tidak tahu karena efek festival yang hanya diselenggarakan setahun sekali, atau memang kota bersih ini memang indah. Apalagi setelah disulap menjadi surga kuliner seperti ini. Rasanya Tara semakin malas untuk beranjak pulang.
Pantas saja meskipun mengandung unsur zaman dahulu, tempat ini tetap menjadi salah satu tempat kunjungan favorit. Banyak juga remaja datang untuk mendapatkan latar belakang foto yang aestethic ataupun sekedar nongkrong. Dari yang good looking sampai yang agak sinting banyak berceceran, dari yang gandeng tangan sama pasangan juga yang baru jadi selingkuhan mengisi populasi disini.
"Kau duduklah disana dulu, ya. Aku akan mengambil beberapa gambar disekitar sini." Jodhi menuntun Tara menuju salah satu bangku yang menghadap ke sebuah taman kecil dekat dengan Gereja Blenduk.
"Tunggu di sini, ya." Sejujurnya Jodhi tidak tega bila harus meninggalkan teman berkelana sorenya itu sendirian. Namun, ia juga tidak bisa menahan dirinya agar menggunakan kamera yang berkalung di lehernya itu. Kamera yang dipinjamnya dari Bondan. Ah, lebih tepatnya ia sewa dengan menggunakan contekan tugas selama seminggu ke depan.
"Iya, Jod." Tara mendudukkan dirinya senyaman mungkin. Tangannya menata aneka jajanan yang Jodhi taruh di samping Tara.
Tara tersenyum diam-diam memandangi Jodhi yang bergerak menjauh menuju spot yang akan menjadi objek fotonya. Pemuda itu tampak lincah bergerak. Wajah seriusnya terlihat lebih menarik saat membidik sudut terbaik dari pemandangan. Pandangannya tidak lepas dari Jodhi hingga memburamkan objek lainnya. Bukan ia takut ditinggal Jodhi, hanya saja sulit mengalihkan tatapan dari Jodhi ketika sudah masuk daya tariknya.
Hanya dengan mengagumi keindahan Jodhi dari jauh, siapa sangka efeknya membuat wajah Tara memerah malu. Gadis berkulit putih itu membuang wajahnya ke arah lain. Tidak baik bagi jantungnya jika ini lama. Disedotnya dengan haus es dawet yang sisa setengah gelas itu guna menghilangkan efek panas pada wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tubby, I Love You! (Selesai)
Teen Fiction"Jikalau tubuh yang terlihat jauh dari kata sempurna, maka hati yang ku rasa sangat dekat dengan kata luar biasa." -Jodhi Saga Ginanjar Prawira. "Tidak ada yang bisa aku sombongkan, tetapi tidak semua harus aku sesalkan." - Tara Aponi Beatrice * * *...