•Happy reading!•
\^_^/
' Cinta tidak bisa dipilih berdasarkan siapa yang paling dekat dengan kita, karena cinta bukanlah zonasi. Cinta juga tidak bisa bisa dihadirkan sesuai lamanya waktu kita berkenalan, karena cinta tidak harus menggunakan durasi. Cinta juga bukan ajang seleksi mencari nominasi yang terbaik sesuai dengan keinginan kita. Cinta tidak selalu memberikan solusi, karena cinta sendiri juga penumbuh komplikasi. Cinta adalah sebuah hal yang diproduksi dari hati dalam bentuk misteri untuk didistribusikan kepada pemilik hati yang bernurani dalam bentuk relasi membangun mimpi.'
~Tara Aponi Beatrice.•
•
•
Minggu pagi tampak kelabu dalam dekapan hunian keluarga Beatrice yang hanya terdiri atas empat orang penghuninya termasuk sang supir.Turun dari tangga lantai dua, Tara telah rapi dengan busananya menuju tempat makan. Sejumlah makanan dengan menu yang baik untuk sarapan telah tersedia di atas meja panjang itu. Tara menghela nafasnya dalam-dalam setelah netra matanya mengedar tanpa menemukan satu manusia pun.
Tatapannya beralih pada dapur yang biasanya merupakan sumber bising kesibukan Mamanya berkutat dengan bahan masakan serta bumbu dapur untuk dimatangkan. Dan biasanya sang Papa sudah siap bersama secangkir teh hangatnya menemani kegiatan membaca berita di koran tengah duduk tenang di sofa ruang tengah yang hanya terpisah oleh sekat ruangan.
"Ma..."
Tidak ada sahutan.
"Pa..."
Hanya angin pagi yang melintas penuh abai.
Jika pada hari-hari sebelumnya sekali suara Tara mengudara, kedua orangtuanya akan bersiap di sisinya. Biasanya akan ada kata-kata manis saling bersahutan di sini.
"Good morning, sweetheart! Segeralah bersiap dan bergabung ke meja makan untuk menyicipi percobaan pertama koki dunia ini membuat maha karya makanan Itali."
"Princess Papa sudah rapi. Kau terlihat sangat cerah hari, Ra. Seperti wanita yang melahirkan mu."
Semua memori manis itu berputar epik pada otak Tara. Rumah ini sebelumnya terasa hidup dalam nafas cinta. Kini rasanya hanya kehampaan melanda. Dua orang yang terlibat pertikaian itu jelas tengah melancarkan aksi saling menghindar.
Terjadi lagi.
Tara menarik nafasnya panjang mengisi ruang dadanya yang mulai menyesak. Tubuh gadis itu berjalan tanpa gairah kehidupan mengambil salah satu kursi untuk duduk. Pagi ini ia sarapan tanpa keluarganya lagi. Sabtu kemarin juga dimulai tanpa kegiatan rutin keluarga itu.
"Pak... Pak Jauhari..." Panggil Tara dengan teriakan mengudara di ruang hampa itu.
Orang yang dipercayakan jasanya sebagai pengemudi kendaraan pribadi keluarganya itu muncul sembari berlari kecil menghampirinya. "Ya, Non? Apa Nona Tara memerlukan sesuatu?" Pria setengah baya itu tergupuh mempersiapkan dirinya untuk sebaik mungkin melayani majikannya.
Beruntungnya ia masih diberikan sisa manusia untuk menghindari dirinya merasa terasingkan sendiri.
"Dimana Mama dan Papa?"
"Nyonya pergi tadi pagi-pagi sekali, Non. Katanya sedang ada janji bertemu dengan teman. Kalau Tuan baru beberapa saat keluar untuk mengurus pekerjaan mendesak," papar Jauhari.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tubby, I Love You! (Selesai)
Teen Fiction"Jikalau tubuh yang terlihat jauh dari kata sempurna, maka hati yang ku rasa sangat dekat dengan kata luar biasa." -Jodhi Saga Ginanjar Prawira. "Tidak ada yang bisa aku sombongkan, tetapi tidak semua harus aku sesalkan." - Tara Aponi Beatrice * * *...