Epilog || Life Goes On

418 23 37
                                    


•Happy reading!•

Dia hanya sosok rapuh yang berjalan di atas panggung hiburan
Memerankan karakter penuh tangisan
Terbungkus rapi oleh topeng pencitraan

Kaki penuh darah memijak pecahan kaca pengkhianatan
Kedua tangannya sendiri yang menghancurkan kepercayaan
Menghancurkan benda yang menjadi cermin kebahagiaan
Membutakan semua pandangan yang menatapnya sebelah mata
Menulikan telinga terhadap hujatan buruk manusia
Membisukan bibir untuk berucap penuh duka nestapa

Biar dirinya yang menjalani peran sedihnya
Sebuah peran yang memberikan perbandingan dengan kehidupan aslinya
Sebuah cerita yang memberikan ending terbaiknya
Meski tidak bersama dalam lingkaran bahagia
Hanya berakhir mengenang tanpa bisa lagi saling menyapa

Kisah indah yang hanya sesaat dengan efek menyayat

(* /^3^)/

Sudah terhitung tiga tahun lebih peristiwa buruk itu terjadi. Saat dimana Jodhi harus direlakan untuk kembali ke sisi Tuhannya. Rasa kehilangan itu masih ada. Melekat menutupi bahagia. Tapi, air mata sudah enggan turun untuk membasuh muka. Hanya hati yang mulai mati rasa.

Seorang gadis dengan kain panjang membalut kepalanya berjalan masuk ke dalam tempat dimana banyak narapidana mempertanggungjawabkan kejahatannya. Kerudungnya bergerak-gerak tertiup angin seirama dengan langkah kakinya. Tidak ada senyuman yang menetap pada wajah sendunya.

Setelah mendapatkan izin untuk menjenguk- ah, kata menjenguk kurang pantas digunakan untuk menemui seorang kriminal, bukan? Lebih tepatnya, dia kemari untuk memastikan salah seorang kriminal itu benar-benar mendapatkan hukuman setimpal atas kejahatan yang dilakukannya.

"Bagaimana kabarmu?" Sapaan datarnya itu hanya dibalas dengan decihan oleh pria yang duduk di depannya dengan terhalang pembatas kaca tembus pandang.

"Apa aku harus menjawabnya? Tidak ada yang menyedihkan daripada hidup dalam jeratan seperti ini," jawabnya dengan desisan sinis.

Gadis itu tertawa sampai garis matanya tertarik seakan menemukan hal lucu. Tawa yang membuat pria berpenampilan berantakan itu bingung.

"Aku tahu rasanya. Sama seperti yang kau lakukan padaku dulu. Tapi, bedanya aku saat itu berada dalam sisi baik sehingga Allah membebaskanku untuk kebahagiaan. Sedangkan, kau tidak akan ada yang menjadi penolong seorang bajingan sepertimu." Terdapat api kebencian yang terkandung dalam ucapannya, sekali lagi ia akan mengingatkan betapa jahatnya orang di depannya ini.

"Anak sialan!" Makian itu bukan pertama kalinya yang terdengar di telinga gadis itu. "Menyesal aku tidak membunuhmu waktu bayi. Aku merawatmu saat kecil, tapi kau membalasnya dengan menjebloskan ku ke penjara." Gadis itu hanya bisa memejamkan matanya berusaha tidak mendengar apapun. Pria tua di depannya hanya bisa berbicara omong kosong. Dia bisa hidup sampai saat ini bukanlah karena keputusan pria ini, melainkan izin pencipta semesta alam lewat tangan seorang keluarga baik hati yang menjadikannya seperti putri sendiri.

"Ini belum seberapa jika untuk membalas perbuatan bejatmu. Orang sepertimu tidak pantas berkeliaran mencemari dunia dengan kejahatan. Nikmatilah hukumanmu di sini dan renungkan perilaku burukmu itu. Aku harap Allah akan memberikanmu kesempatan mendapatkan hidayah-Nya agar kau bisa sadar dan kembali ke jalan yang benar. Agar tidak ada yang bernasib seperti Jodhi." Tangan gadis itu terkepal kuat-kuat sewaktu menyebutkan sebuah nama pada akhir kalimatnya. Sakitnya masih sama menggerogoti hati Ayu tatkala mengingat kejadian kelam itu.

Tubby, I Love You! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang