• Happy reading!•
>,<' Mungkin Negara memiliki batas-batas teritorialnya yang menunjukkan wilayah kekuasan dibawah pemerintahan, tapi aku hanya punya garis tangan yang ku harapkan Tuhan menyertakan namamu untuk menemani ku menjalani kehidupan bernaung di bawah rasa yang sama.'
~ Jodhi Saga Ginanjar Prawira.•
•
•
Cerahnya sang mentari pagi di kala Senin ini belum juga mampu menembus mendung kelabu yang merundung SMA Wijaya Kusuma.
Agenda upacara bendera pagi ditiadakan untuk hari ini. Jam kosong tidak terhindarkan. Kabar duka yang datang menyita tawa hadir ditengah-tengah kegiatan awal sekolah.
"Kepada seluruh siswa, di sini ibu akan menyampaikan kabar duka. Telah berpulang ke sisi Tuhan teman kita, Ananda Giska Paulina dari kelas 12 IPA 4."
Suara dari speaker pemberitahuan terdengar mengelegar ke seluruh kelas sekolahan. Murid-murid terdengar ribut dengan kabar yang sebenarnya sudah sedari tadi beredar yang masih dalam status gosip belaka. Dan dalam sekejap ini pihak yang lebih akurat mengonfirmasikan kebenarannya.
"Marilah bersama-sama kita mendoakan almarhumah agar mendapatkan tempat yang dekat dengan Tuhan. Berdoa mulai!"
Secara serempak di dalam kubu kelas masing-masing mereka menundukkan kepalanya dalam-dalam. Untaian kata-kata terbaik berupa pengharapan dihaturkan kepada sang pemilik nyawa.
Senakal-nakalnya anak remaja seperti mereka, tetaplah hati nurani masih terbuka lebar yang jika diberikan ketukan kecil akan menyambut hangat kembali kebenaran. Mereka semua sama-sama merasakan kehilangan. Dan hanya doa yang menjadi persembahan yang tidak akan terputus untuk menyertai perjalanan panjang manusia yang sudah berpindah ke akhirat. Apapun kepercayaan yang telah melebur pada fitrah manusia, keyakinan bahwa sang Esa selalu melihat dan mendengarkan setiap hambanya tidaklah bisa terbantahkan.
"Berdo'a selesai. Dan untuk selanjutnya, ibu harapkan untuk anak-anakku semuanya agar dengan ikhlas mengeluarkan uang kebersamaan. Sekian, terimakasih."
Berakhirnya suara Ibu Tri merupakan titik permulaan kembali hadirnya kericuhan hampir seisi kelas yang memiliki banyak topik untuk pembahasan. Salah satunya adalah sebab-musabab merenggangnya nyawa kakak kelas tingkat akhir itu.
Sang bendahara kelas mulai beroperasi sebagai pihak mengumpulkan uluran tangan untuk membantu meringankan beban kesedihan keluarga yang ditinggalkan. Menjadi salah satu peraturan tambahan jika ketika ada salah satu kabar duka dari warga sekolah ataupun keluarga mereka, pihak sekolah mengumpulkan uang seikhlasnya yang didedikasikan kepada pihak yang berduka.
Apalagi secara memprihatinkan karena Kakak kelas mereka itu menjadi salah satu korban tabrak lari. Takdir memang tidak pernah terduga selama dimensi waktu masih berotasi pada porosnya, setiap manusia bisa saja mengalami rangkaian peristiwa yang terjadi secara tiba-tiba, yang namun itu semua sudah merupakan garis takdir yang Tuhan berikan.
“Aku titip bayarkan ke bendahara ya, Nggi. Soalnya, aku memiliki jadwal bertugas di UKS. Bisa, 'kan?” ucapnya seraya memberikan selembar uang yang bernominal sama dengan kebanyakan yang teman-temannya berikan nantinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tubby, I Love You! (Selesai)
Teen Fiction"Jikalau tubuh yang terlihat jauh dari kata sempurna, maka hati yang ku rasa sangat dekat dengan kata luar biasa." -Jodhi Saga Ginanjar Prawira. "Tidak ada yang bisa aku sombongkan, tetapi tidak semua harus aku sesalkan." - Tara Aponi Beatrice * * *...