•Happy reading!•
>,<
"Seberapapun besarnya menara rencana, badai cobaan yang datang akan mampu memberikan kerusakan struktur usaha. Semua tergantung bagaimana cara penanggulangan, bukan pengungsian tanpa ada niatan memperbaiki ulang."
~ Jodhi Saga Ginanjar Prawira.•
•
•
Sebuah kebohongan jika tidak ada perubahan setelah dua orang yang diketahui warga sekolah sebagai saudara itu setelah melakukan acara pergi bersama.
"Woahhh... Sayang saudara. Sayang saudara." Ledekan dari teman-teman dekat Jodhi kerap kali menggoda bentuk interaksi Jodhi pada Tara.
Beralibi sebuah afeksi, Jodhi memberikan perhatian pada dua sepupu yang satu sekolah dengannya itu. Sudah menjadi jadwal rutin baginya untuk memberikan minuman saat istirahat tiba pada Tara dan Ayu. Dibalik kenyataannya, Ayu yang juga menuntut agar disamakan dengan Tara.
Seperti saat ini, Tara senyum-senyum tersipu mendapatkan mango smoothies sebagai jatah hariannya. Jodhi membelikan ia minum dengan berbeda rasa tiap harinya, sehingga ia tidak akan pernah merasa bosan. Lagipula, apapun itu, jika Jodhi yang memberikan pasti akan saat enak untuk Tara juga baik untuk kesenangan hatinya.
"Kenapa punyaku rasa Alpukat, Jod? Aku 'kan tidak suka alpukat!" Protes Ayu sebagai orang berikutnya yang menerima bentuk kasih sayang Jodhi.
"Buah Anggur kesukaanmu habis. Minum saja dulu apa yang ada. Kau tidak akan keracunan hanya karena alpukat, 'kan?" Jawabnya setengah tidak peduli memilih duduk di samping Bondan.
"Tidak begitu begitu! Lidahku terlalu enek dengan rasanya. Aku bisa muntah-muntah, tahu!"
Tumbuh bersama dari bayi tidak membuat Jodhi lupa akan apa saja tentang sepupunya itu. Jodhi memutar bola matanya malas menanggapi ujaran kebencian terhadap alpukat. Berlebihan sekali Ayu itu. Dia hanya tidak pernah mencobanya, bukan berarti tidak bisa. Itulah yang Jodhi ketahui selama ini. Ini hanya alpukat, bukan pete campur terasi.
"Eee... Kita bisa menukar punya kita, jika kau memang tidak bisa." Tara menawarkan pilihan terbaik untuk mengantisipasi peraduan debat lebih lama lagi.
"Tidak perlu, Ra. Disini 'kan ada Jodhi." Ayu memang tidak sepenuhnya terbebani dengan minuman berbahan alpukat, tetapi untuk kesempatan sebagus ini mengerjai saudara sendiri, kenapa tidak?
"Pokoknya aku tidak mau tahu, Jodhi harus membelikan lagi aku minuman lainnya yang enak!" Sifat pemaksa gadis itu hampir mirip dengan Jodhi. Namun, entah dari seberang mana ia mendapatkan perilaku jahilnya yang akan menjerumus ke arah kejam jika melibatkan musuhnya.
Maaf saja, Ayu memang memiliki musuh, meskipun ia tahu jika tidak baik bermusuhan. Tapi, apalah daya ia melawan persaingan keegoisan manusia? Ia tahu meskipun tidak ada yang terang-terangan membencinya, pastinya ada yang tidak suka kepadanya.
"Tidak mau. Apa kau tidak kasihan padaku? Aku belum sarapan," tolak Jodhi tidak mau dirugikan.
Ia sudah berat hati jika harus menunda lagi untuk menyantap bekal yang dibawakan Tara untuknya hari ini. Terlalu lama hanya memandangi satu porsi uduk kuning merupakan penyiksaan lidah.
"Nanti 'kan bisa," bantah Ayu.
"Nah itu, aku juga bisa membelikanmu nanti saja. Biarkan aku mendapatkan energi sekarang ini." Jodhi membalikkan kata-kata Ayu. Jiwa pemuda yang melekat padanya tidak semena-mena membuatnya harus selalu mengalah. Ia bukan penganut paham 'Wanita selalu benar'.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tubby, I Love You! (Selesai)
Teen Fiction"Jikalau tubuh yang terlihat jauh dari kata sempurna, maka hati yang ku rasa sangat dekat dengan kata luar biasa." -Jodhi Saga Ginanjar Prawira. "Tidak ada yang bisa aku sombongkan, tetapi tidak semua harus aku sesalkan." - Tara Aponi Beatrice * * *...