•Happy reading!•
;3*
'Hidup memang mengorientasikan tentang pentingnya berjuang, tapi bukan berarti mewajibkan kita untuk mengadakan perang.'
~Tara Aponi Beatrice.•
•
•
Tara mengakhiri masa libur yang diizinkan sekolah padanya pada hari Kamis ini. Totalnya ada 5 mata pelajaran yang harus ia kerjakan dalam hari yang dikhususkan untuk ujian susulan nantinya setelah masa ujian bersama ini selesai. Semuanya terlihat berat dalam bayangan Tara. Seharusnya tidak masalah jika satu hari ini ia menambahkan hari untuk kembali tidak masuk. Peraturan yang diterapkan untuk tidak masuk sekolah dengan izin maksimal adalah 3 hari.
Jujur saja, ia masih ingin menjaga sang Mama. Namun, wanita itu sendiri yang menyakinkan jika Tara harus sekolah. Tara mana mampu menolaknya. Ditambah lagi dengan nasehat Papanya yang berjanji akan menjaga sepenuh hati Mamanya. Papanya bahkan sudah mengajukan cuti kerja untuk dua Minggu ke depan. Lagipula, dibumbui kedatangan kerabat dari pihak Mamanya yang sudah datang sejak kemarin sore ikut mendesaknya.
Jadilah ia di depan pintu kelas ini. Gadis itu menarik nafasnya dalam-dalam. Ada keraguan yang menahannya untuk tidak memasuki kelas itu. Gadis itu memegang kedua tali tasnya erat-erat sambil mengadakan acara pemungutan suara dengan dirinya sendiri.
"Permisi, kau menghalangi jalan masuk." Suara seorang gadis yang berada di belakangnya membuat Tara tersentak kaget. Dengan gelagapan gadis itu menarik dirinya menjauh segera dari pintu.
"M-maafkan aku," sesal Tara kemudian.
"Apa hari ini kau berniat untuk membolos?" Tanya Ayu yang merupakan lawan bicara Tara itu dengan nada menyelidik.
Tara terhenyak kaget mendengar pertanyaan seperti itu. Darimana datangnya pemikiran seperti itu disandangkan dengan siswi seperti Tara. Jangankan bolos, tidur saat pelajaran saja dia tidak berani. "A-aku tidak!" Elak Tara dengan cepat.
"Benarkah? Gerak-gerikmu mengatakan demikian."
"A-aku hanya gugup saja."
"Gugup kenapa? Kau hanya akan memasuki kelas, bukan akan pergi lamaran. Masuklah bersamaku jika kau mau."
Tara sendiri tidak tahu mengapa ia harus merasa gugup. Dia juga tidak memaksakan agar Ayu mengerti dirinya. Ayu bukanlah Tara yang merasakan apa yang ia rasakan.
Tara melangkah perlahan mengikuti Ayu dari belakang. Gadis di depannya itu kembali menampilkan wajah dinginnya saat sudah memasuki wilayah yang dihuni banyak orang itu.
"Tara!" Baru saja gadis itu berjalan menuju bangkunya, suara teriakan menyerukan namanya sudah memenuhi ruang kelas yang baru menampung 10 murid. Anggi seakan kegirangan melihat kehadiran Tara.
Gadis itu bahkan mencampakkan buku yang tengah dipelajarinya demi bisa berdiri dan berjalan menghampiri Tara yang sudah pasti akan menuju ke arahnya.
"Kemana saja dirimu? Kenapa baru masuk, hah? Kau juga tidak bisa dihubungi. Aku merindukanmu."
Anggi berbicara tanpa menggunakan jeda. Tara hanya bisa pasrah saja saat tubuhnya dipeluk lalu diguncang- guncangkan oleh temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tubby, I Love You! (Selesai)
Teen Fiction"Jikalau tubuh yang terlihat jauh dari kata sempurna, maka hati yang ku rasa sangat dekat dengan kata luar biasa." -Jodhi Saga Ginanjar Prawira. "Tidak ada yang bisa aku sombongkan, tetapi tidak semua harus aku sesalkan." - Tara Aponi Beatrice * * *...