25|| Unbelievable Truth

94 35 29
                                    

•Happy reading!•

>,<

'Awan tetap menerima uap air dari bumi tidak peduli meski dalam keadaan kotor. Dan ia terus terbang di atas langit tanpa mengeluh seberapa berat beban air yang ditanggungnya. Yang kemudian ia menurunkan kembali air ke bumi dalam bentuk bersih sebagai karunia untuk makhluk hidup.'
~Tara Aponi Beatrice.


Ruang keluarga yang terbiasa menjadi saksi tercurahnya cinta kasih antara anggota yang terikat hubungan darah. Kini ia juga menjadi saksi bisu pergolakan emosi antara dua raga yang diliputi air mata.

Seharusnya musyawarah bisa menjadi jalan tengah. Namun, apa daya saat ego merenggut kepercayaan di antara dua hati yang tidak lagi bisa sejalan?

"Kamu seharusnya bisa ngertiin aku, Es. Aku melakukan ini karena ingin menebus kesalahan aku," ucap seorang pria yang berusaha menggapai tangan wanita bertubuh besar yang berakhir ditepisnya cepat.

"Tapi, sekarang berbeda, Mas. Aku tahu kamu mulai ada rasa sama dia. Begitupun sebaliknya," tandas sang istri dengan air mata bercucuran.

Suami mana yang tega melihat belahan hatinya meneteskan air mata? Teringin Hendra mengusap air mata yang ia sendiri menyebabkannya terjatuh. Setelah sekian lama, Estu-nya yang kuat kini menitikkan air mata.

"Tapi, aku juga mencintaimu. Kedudukan kalian sama."

"Tidak, Mas. Tidak ada yang sama dalam kedudukan mencintai. Semua memiliki ukurannya masing-masing. Dan aku tidak bisa melihatmu mencintai orang lain." Estu terus berlinang air mata menatap kecewa wajah suaminya. Masih terdapat cinta yang begitu besar di antara keduanya. Andai saja keadaan mereka tidak menghadirkan sosok lain.

Suara Estu yang terdengar frustasi dan lirih berdebat dengan suara Hendra yang tidak menginginkan ini terjadi.

"Bukankah sebelumnya kita sudah sepakat? Aku melakukan ini semua karena bayi itu. Kau pun tahu itu."

"Aku tidak buta, Mas. Perlakuanmu kepadanya berbeda. Bahkan sekarang kau pun jarang di rumah. Aku tak kuasa ketika Tara menanyakan kapan kau pulang. Aku tidak sekuat itu harus terus membohongi diriku jika kau hanya milikku." Estu terus memojokkan sang suami dengan mengeluarkan semua beban hatinya.

"Dia membutuhkan aku. Kau tahu 'kan kalau kandungannya sudah sebesar itu?" Dan sang suami masih menyangkal jika dirinya disalahkan.

Manusia memiliki sudut pandang masing-masing yang memang tidak bisa disalahkan.

"Tapi, aku juga membutuhkanmu! Aku tidak kuat jika melihatmu terus-terusan memperhatikan dia. Aku juga rindu sosok kepala keluarga rumah ini. Dan seharusnya kau katakan pada ku saat kau mulai bosan. Lebih baik kita berpisah!" Lelehan air mata terus membasahi pipinya.

Nafas Estu naik-turun tidak beraturan menahan sesak yang membelenggu. Ia merasa sakit hati yang teramat sangat untuk dipendamnya dalam kurun waktu beberapa bulan ini.

• • •

Sosok gadis muda di ambang pintu itu terkejutkan dengan pemandangan kacau balau di hadapannya. Begitu pula dengan Jodhi yang baru saja berniat memasuki rumah besar itu. Sambutan panasnya pertengkaran yang memuncak sedang berlangsung menguras emosi.

Seluruh energi Tara serasa tersedot udara. Nafasnya tercekat dengan mata membola sempurna. Gadis itu masih belum bergeming dari tempatnya. Otaknya sedikit rumit mencerna apa yang tengah berlangsung.

Tubby, I Love You! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang