•Happy reading!•
O×O
(0)
[] []' Kebohongan adalah kebenaran yang tersembunyikan. Saat kecil kita sudah terbiasa dengan petak umpet. Itu hanya tentang tempat yang aman, menangkap peluang, menebak posisi dengan benar, atau pilihan membongkar dengan tepat pada waktunya. Kemenangan dari persembunyian adalah lamanya waktu untuk ditemukan, sedangkan kekalahan dari persembunyian adalah saat kau harus menjaga tempat yang sama agar tidak kecolongan disamping kau harus menemukan dengan kerja keras apa yang terlihat menghilang.'
~ My•
•
•
Waktu bergulir terlepas dari kesadaran manusia yang disibukkan urusan hidupnya. Sekalipun untuk jam kosong yang tengah melanda SMA Wijaya Kusuma. Para muridnya tidak menyia-nyiakan kesenangan itu untuk melakukan hal-hal membahagiakan ala anak muda. Terlebih lagi beberapa waktu yang lalu kelas 11 IPA 2 baru saja terlepas dari masalah memusingkan.
Ayolah, siapa yang tidak menyukai jam kosong bagi anak sekolahan? Dimana waktu yang biasanya diisi dengan sesi mengembangkan kepintaran otak karena beberapa alasan harus diluangkan hingga membentuk kelonggaran. Mungkin sebagian dari kelompok orang-orang yang berpedoman pada waktu adalah emas, mereka akan merutuk saat-saat seperti ini yang dianggap mengurangi keseimbangan sistem pembelajarannya. Tidak heran jika ada beberapa anak yang memilih untuk memandang penuh cinta pada buku-buku tebalnya dibandingkan terbahak-bahak bersama teman-temannya.
"Tara, ayo!"
Tara mengernyitkan dahinya bingung dengan sebuah ajakan yang berasal dari Ayu tiba-tiba menghampiri dirinya juga menghentikan acara menertawakan lelucon lucu milik Widi juga kekesalan Anggi yang meluap-luap pada pemuda itu.
"Kemana?"
Tidak langsung menjawab, Ayu menunjukkan riwayat grup chat yang bersubjek PMR SMA Wijaya Kusuma. Dengan kata lain Tara diminta untuk mengais informasi sendiri dari gelembung chat yang terpampang schedule kegiatan Minggu ini.
"Ah, aku lupa."
Sifat dasar manusia jika tidak selalu mengingat apa yang ada. Terkadang bahkan Tuhan saja terlupakan sejenak.
Anggi dan Widi masih menatapnya menunggu untuk sedikit mendapatkan penjelasan. Tara cukup paham hal ini.
"Aku harus pergi untuk kunjungan ke Rumah sakit," celetuk Tara tanpa diminta.
Anggi membulatkan bibirnya sebagai respon ia mengerti. Berbeda dengan Widi yang mungkin otaknya sedikit memiliki beberapa perbedaan tanggap. "Apa parah banget sakitnya sampai kau harus ke Rumah sakit, Ndut?"
Jika sudah begitu, tangan Anggi dengan ringan dan baik hati tidak segan untuk mendarat darurat di kepala Widi. "Dia tidak sakit, bodoh! Dan berhenti memanggilnya seperti itu."
Sungguh jika bisa Anggi akan meminta malaikat agar menunjukkan catatan dosa yang telah Widi lakukan hari ini. Cengiran kecil pemuda itu sama sekali menutupi kebodohannya dengan sifat polos. "Maafkan bibirku. Aku sudah terbiasa dengan hal itu. Maaf ya, Ra?"
Tara mengulum senyum canggung. Telinganya cukup akrab jika hanya panggilan seperti itu yang menerobos masuk. Ia tidak akan menuntut untuk masalah sepele seperti itu. "Tidak masalah."
"Jadi, kau akan ikut atau tidak?" Tanya Ayu yang sudah yakin jika Tara cepat paham dengan apa yang dimaksudnya.
Gadis berponi itu menguraikan ekspresi wajahnya yang tengah berpikir. Ia tadinya lupa jika hari ini merupakan agenda untuk melakukan kunjungan rutin ke Puskesmas-puskesmas desa terpencil. Dan 10 menit kemudian adalah waktu yang diminta oleh pembina agar segera berkumpul.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tubby, I Love You! (Selesai)
Teen Fiction"Jikalau tubuh yang terlihat jauh dari kata sempurna, maka hati yang ku rasa sangat dekat dengan kata luar biasa." -Jodhi Saga Ginanjar Prawira. "Tidak ada yang bisa aku sombongkan, tetapi tidak semua harus aku sesalkan." - Tara Aponi Beatrice * * *...