BAB 27

455 32 1
                                    

Bagaimana puasa kalian????? Gak kerasa bentar lagi udah mau lebaran aja ya........ Semoga puasa kalian lancar sampe lebaran nanti🤲

Oh ya,,, bagimana pendapat kalian tentang cerita ini???? Comen ya.....

Semoga kalian have fun!!!!!!

Next paarrtt......
.
.
.
.
.
.

Diandra menunggu Rafael di restoran yang telah dijanjikan. Ia sudah menunggu lebih dari 1 jam dari kesepakatan, namun Rafael belum muncul juga. Diandra hanya bisa menggerutu, mengumpat dan mengabsen binatang di kebun binatang. Kesal sekali dia. Emang hanya dia saja yang memiliki urusan dirinya juga memiliki urusan. Ia harus mencari tau apa yang terjadi dengan papanya, penyebab Dea bekerja di kantor Rafael.

"Maaf menunggu lama." Sapa Rafael mendudukkan dirinya didepan Diandra dan bersebelahan dengan sekretarisnya. Dea.

"Ya. Bisa kita mulai sekarang?" Tanya Diandra sembari mengeluarkan berkas-berkas yang dibutuhkan. Sebelum itu Dea memesan makan.

"Bu Diandra ingin memesan apa? Saya sudah memesankan pak Rafael kesukaan pak Rafael." Ucapnya berusaha memanas-manasi Diandra. Rafael acuh, ia tetap memeriksa berkas-berkas.

"Tidak. Terima kasih." Akhirnya mereka melanjutkan pembahasan yang lebih terhadap kerjasama mereka. Sesekali Diandra dan Rafael beradu argumen. Akhirnya pertemuan tersebut membuahkan hasil setelah 1 jam 30 menit. Dea sejak tadi terus saja melakukan pendekatan terhadap Rafael, membuat Diandra cemburu. Memang Diandra cemburu namun ia harus tetap menahannya agar ia tetap dianggap ingatannya belum kembali. Sedangkan Rafael menerima, semua perlakuan Dea, ia pikir itu memang pekerjaan seorang sekretaris. Jadi ia terima-terima saja.

Diandra membereskan barang-barangnya. Mengambil ponsel di meja. "Kalau begitu saya pamit dahulu. Saya masih ada urusan. Selamat siang." Pamitnya lalu mulai beranjak dari kursinya.

"Di aku antar."

"Tidak. Terima kasih. Saya membawa mobil sendiri." Lalu meninggalkan Rafael yang akan mencegahnya. Diandra sudah tak kuat lagi melihat Dea yang selalu berusaha berdekatan dengan Rafael. Dan Rafaelnya tak menolak itu. Sedangkan Dea tersenyum smirk di tempat duduknya. Melihat penolakan Diandra, ia merasa berhasil membuat Diandra cemburu, meski tak kentara tapi tetap saja. Diandra pernah memiliki perasaan dengan bossnya itu, jadi kemungkinan ia akan tetap merasakan sakit meski tidak mengingatnya.

Rafael menatap nanar punggung Diandra yang semakin menghilang. Ia hanya bisa menghela napas berat. Apa ada yang salah dengannya?

"Pak, kembali ke kantor?" Tanya Dea menenteng tasnya menghampiri Rafael yang berdiri tak jauh dari meja tadi.

"Tidak, saya akan pergi. Kau ke kantor duluan. Saya nanti nyusul." Lalu mengambil tas kerjanya meninggalkan Dea yang sudah mencak-mencak ditinggalkan Rafael seorang diri. Menyebalkan sekali.

Dea baru beberapa hari diterima menjadi sekretaris Rafael. Sekretaris lamanya selalu bertingkah yang memuakkan untuk Rafael. Sehingga tak segan ia memecat sekretaris tersebut dan meminta HRD mencarikan yang baru.

🍁🍁🍁🍁🍁

Diandra melajukan mobilnya entah kearah mana. Ia tak tau ia hanya mengikuti kemana tangannya akan menyetir mobil ini. Ia masih memikirkan kejadian tadi tentang kecemburuannya. Ia harus menenangkan pikirannya. Dia berhenti.

Pantai.

Ya. Ia butuh udara segar. Udara pantai yang menenangkan, sambil menunggu senja muncul. Sekarang sudah pukul 5 sore. Sebentar lagi akan sunset. Ia ingin mengabadikan moment itu kedalam memorinya. Ia sangat menyukai sunset. Melihat sunset perasaan dan moodnya membaik. Sunset merupakan obat paling ampuh untuknya.

RAFANDRA (COMPLETED)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang