Isak tangis Diandra masih terdengar tetapi tak sekencang sebelumnya. Seraya menuju tepi jendela kamarnya. Diandra mengadahkan wajahnya menatap rembulan dan bintang yang berinar malam itu sambil Meratapi nasibnya yang kurang beruntung.
Lama kelamaan Diandra merasakan perih diperutnya. Ah ya, Diandra baru ingat bahwa seharian ini ia belum makan nasi. Hanya sebungkus roti yang masuk dalam perut Diandra saat jam istirahat.
Pandangan Diandra mulai meredup hingga akhirnya menggelap dan..........
🍁🍁🍁🍁🍁
Pandangan Diandra mulai meredup hingga akhirnya menggelap dan....
Brukk!
Pingsan. Diandra tergletak di lantai dekat jendela. Seragam yang masih melekat ditubuhnya.
Eggghhhhh.........
Diandra mengerjapkan matanya. Hal pertama yang dilihatnya langit kamar yang berwarna putih. Kamarnya. Mengingat-ingat kembali apa yang terjadi kemarin. Mengapa dia bisa dilantai dekat jendela?
Ah ya, kemarin setelah bertengkar, ia menuju kamar dan melangkah ke jendela dan pingsan.
Mana mungkin ada yang mengetahui ia pingsan. Bahkan dirumah ini tidak ada yang peduli padanya termasuk papanya. Miris.
Tidak mau terlalu memikirkannya Diandra segara bergegas membersihkan dirinya dan berangkat sekolah, wakti sudah menunjukkan 06.00 WIB. Meskipun badannya terasa sakit semua. Lebih baik ia pergi ke sekolah daripada di rumah.
30 menit kemudian Diandra Selesai membersihkan diri dan seragam telah melekat ditubuhnya. Diandra berdiri di depan cermin terlihat Disudut bibirnya kasih tampak memar bekas tamparan papanya kemarin. Ia akan memoles sedikit make up untuk menutupi memar di sudut bibirnya.
Seperti biasa, setiap hari di jam sekarang rumahnya sudah sepi hanya ada beberapa pembantu yang membersihkan rumah. Diandra bergegas menuju halte bus dekat rumahnya. Ya, hari ini Diandra akan menggunakan fasilitas kendaraan umum."Selamat pagi Bi. Diandra berangkat dulu ya." Pamit Diandra pada Bi Nani--pembantu yang telah bekerja dengan keluarga Altair sejak ia lahir hingga sekarang,
"Iya hati-hati Non." Teriak Bi Nani melihat Diandra semakin menjauh darinya.
🍁🍁🍁🍁🍁
Hari ini merupakan hari pertama pembelajaran tahun ajaran baru setelah dilaksanakannya MOS kemarin. Diandra dan Tasya duduk sebangku dikelas X IPA 4.
Tepat pembelajaran jam ke 4, Diandra meminta izin pada guru yang mengajar untuk pergi ke UKS. Wajahnya tampak pucat. Ia merasa badannya kurang fit, apalagi sejak kemarin dia belum makan sama sekali. Tetapi, baru sampai koridor kelas X IPA pandangannya berkunang-kunang. Ia berpegangan pada tembok disampingnya untuk menetralkan kondisinya agar stabil kembali.
Oh ya, Kelas X berada di lantai 1, kelas XI berada dilantai 2 dan kelas XII berada di lantai 3.
Disisi lain Rafael hendak turun dari tangga terakhir untuk menuju ruang OSIS. Melihat didepannya ada seorang gadis yang tidak baik-baik saja kondisinya. Gadis itu membelakangi Rafael. Bergegas membantu gadis itu.
Diandra merasa pandangannya semakin mengabur, mulai menggelap dan.......
Bruk!
KAMU SEDANG MEMBACA
RAFANDRA (COMPLETED)✅
Romance#AdelardoSeries1 Percayalah "Hidup penuh dengan teka-teki takdir. Tak terduga." - Diandra Altair Penasaran? langsung dibaca. mohon maaf apabila ada kesalahan ini merupakan cerita pertama saya. mohon dimaklumi bahasanya. mohon maaf apabila ada kesa...