BAB 16

316 24 0
                                    

Hai hai hai ..... apa kabar guys???
Lama sudah gak up. Masih nunggu kelanjutan ceritanya kan guys??? Harusssss...... dan perlu kalian tambahkan di perpustakaan kalian

Sorry banget ya guys,,, udah banget jarang up seperti dulu. Dulu masih liburan semester, sekarang sudah ada tugas yang menantiku wkwk

Padahal ini baru semester eh udah banyak ada tugas aja........

Kok malah curhat gini sih.. aduh aduh

Mungkin sekarang up-nya jarang jarang. Nunggu waktunya longgar batu bisa up

Terusss tunggu kelanjutannya sampai ending ya guys.......see you guys

HAPPY READING GUYS📖

🍁🍁🍁🍁🍁

Sederhana. Memang namun membuat Diandra bahagia.

"Bagus, dari pagi sampe sore." Sindir Dea setibanya Diandra rumah.

"Memang Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya."

"Maksudnya?" Bingung Diandra.

🍁🍁🍁🍁🍁

"Maksudnya?" Bingung Diandra atas ucapan Dea.

"Mama lo."

Diandra tau akan kemana arah pembicaraan ini. Menghina mamanya. Diandra tak apa jika dirinya yang dihina. Tapi Diandra tak terima jika mamanya dibawa-bawa apalagi menghina.

Tak ingin memperpanjang masalah Diandra segera berlalu ke kamarnya. Tapi baru beberapa langkah.

"Begitulah. Melakukan kesalahan tak mau mengakui." Ejek Dea lagi dan lagi

"Kesalahan apa lagi yang kamu maksud?" Malas Diandra

"Kelayapan."

"Bukannya tadi malam udah bilang kalo aku ke makam mama." Geram Diandra

"Gak usah nyolot deh lo. Kemakam kok ampe sehari. Ngapain aja kali." Seloroh Dea

"Iya Di, kamu kemakam kok seharian?" Alih Dina lembut. Diandra mendengus.

'Drama Dimulai.' Batin Diandra

"Ya terserahku lah. Anda tidak punya hak untuk mengatur saya." Dingin Diandra

"Tapi Di---"

"Udahlah mah, di kasih hati malah minta jantung. Udah dibaik-baiki malah begitu balasannya. Serakah amat." Cemoh Dea

"Bodo amat dengan kalian." Teriak Diandra lepas kontrol

"Jaga sikap kamu dirumah saya. Jika kamu masih mau tinggal disini. Bila kedepannya terulang kembali saya tak akan mentolerin lagi. Jadi jaga sikap kamu." Ujar Papa menengahi pertengakaran yang terjadi tapi tetap memojokkan Diandra.

"Iya pa." Lirih Diandra

Diandra berbalik dan berjalan menuju kamarnya. Tak terasa air matanya menetes mendengar perkataan papanya yang selalu memojokkannya.

Segera Diandra menghapus air matanya. Tak mau berlarut dengan kesedihan ini. Toh ini sudah hal yang biasa ia hadapi.

"Kalian jangan pernah baik-baikin anak sialan itu! Ngerti?" Peringat papa pada Dina dan Dea

"Iya pa." Jawab Mereka serentak dengan senyum yang terbit dibibir mereka.

🍁🍁🍁🍁🍁

RAFANDRA (COMPLETED)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang