BAB 24

447 31 0
                                    

Revan langsung pergi dari sana. Namun seketika, Diandra pingsan. Sebelum pingsan batinnya bertanya 'ada apa dengannya?' Lalu menggelap semua.

🍁🍁🍁🍁🍁

Jakarta, Indonesia

Seorang pria lengkap dengan setelan jasnya nampak serius menekuni pekerjaannya yang begitu banyak didalam ruang kerjanya yang tampak mewah. Kacamata baca bertengker di hidung mancungnya. Menambah kesan manly dari pria itu. Sesekali menghela nafas lelah. Ia terkenal sebagai pemimpin yang tegas dan workholic. Jadi tak mengherankan perusahaan yang ia pimpin berkembang pesat dan mulai merambat ke segala penjuru dunia. Ia meneruskan perusahaan keluarganya serta memulai merintis usaha baru di bidang perhotelan.

"Woww, rajin sekali anda." Cetus seseorang yang baru saja memasuki ruangannya tanpa mengetuk pintu. Tidak sopan memang. Namun itu sudah biasa bagi orang itu.

"Tentu saja. Ada apa kau kemari, jun?" Tanya pemilik ruangan kepada pria yang dipanggil Jun. Arjuna Evander.

"Biasa, bisnis Raf." Jawab Juna kepada Rafael Adelardo. Pemilik ruangan.

Mereka menjalin kerjasama di berbagai bidang. Bahkan usaha baru Rafael sudah bekerja sama juga dengan perusahaan Arjuna.

"Baiklah. Nanti tepat makan siang kita bahas. Aku masih sibuk." Jawab Rafael tanpa menoleh lagi kearah Juna.

"Baiklah. Baiklah. Nanti kita ketemu di restoran biasanya." Lalu berlalu dari ruangan Rafael.

Setelah Juna meninggalkan ruangannya. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi, memejamkan mata. Merilekskan pikirannya. Banyak sekali yang harus ia urus. Apalagi dikeluarganya ia yang diandalkan. Adiknya. Rio masih terlalu kecil untuk mengurus perusahaan papanya.

Membuka laci mejanya. Mengambil bingkai poto yang ada didalamnya. Nampak poto lamanya dengan gadis yang sangat ia cintai. Namun karena kesalahpahaman diantara mereka. Ia kehilangan gadisnya. Sudah 7 tahun lebih, namun rasa cintanya tak akan pernah pudar untuk gadisnya. Ia sangat merindukannya. Hanya poto ini yang bisa mengurangi rasa rindunya itu.

Beberapa tahun setelah gadisnya menghilang, ia hidup seperti mayat hidup tanpa gairah hidup sama sekali. Untung ada orang tua dan sahabatnya, juna yang selalu mendukungnya. Hingga ia bisa bangkit lagi namun sifatnya semakin dingin terhadap semua orang. Tak hanya itu ia juga gila kerja. Hampir setiap hari ia mengurus pekerjaannya, wakti tidur hanya 3-5 jam perhari.

"Sayang, kamu dimana? Aku kangen." Ujar Rafael sembari mengusap wajah sang gadis di poto itu. Ia tak boleh sedih, ia harus terus berusaha mencari gadisnya. Lalu ia mengembalikan bingkai poto tersebut daj melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

🍁🍁🍁🍁🍁

Suasana restoran tempat Rafael dan Juna berjumpa nampak begitu ramai. Apalagi sekarang saatnya makan siang. Pesanan sudah tiba sejak tadi, mereka sudah mulai membahasnya, tanpa basa basi. Ya sejak itu, Rafael selalu to the point tak mau basa basi yang gak penting. Semua rekan kerjanya mengetahui karakternya itu. Sehingga semua apabila membahas kerjasama langsung ke pointnya.

"Lalu bagaimana?"

"Jika tanggalnya pertengahan bulan ini gur gak bisa Raf, gue harus ke Jepang. Padahal pertemuan kali ini di Newyork. Jadi lo bisa gak?"

"Kenapa gak diwakilin aja?"

"CEO perusahaan disana gak mau diwakilkan, harus CEO-nya langsung gitu."

"Baiklah. Biar aku yang berangkat." Final Rafael, Mendengar itu tentu saja Juna senang bukan main. Sangat jarang sekali Rafael mau menghadiri meeting diluar negeri selain eropa. Kalo bisa diwakilkan pasti Rafael akan mengirim orang kepercayaannya.

RAFANDRA (COMPLETED)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang