***
Salshabilla Munaf terlahir di dalam keluarga yang berkecukupan, bahagia, dan penuh kasih sayang. Ayahnya merupakan seorang pembisnis yang bekerja pada bidang ekspor tekstil. Merintis usahanya dari nol tanpa modal dari orang tua sama sekali kendati keluarga Munaf bisa dengan mudah mempersiapkan perusahaan sendiri kalau saja sang ayah mau.
Salsha ingat sekali, dulu, setiap kakek dan neneknya berkunjung, tak terhitung seberapa banyak hadiah-hadiah mahal yang dibawanya sampai menggunung. Bahkan di umurnya yang ke tujuh belas, dia sempat dibelikan sebuah mini cooper merah mentereng yang Salsha tidak bisa membayangkan berapa uang yang di keluarkan neneknya untuk membeli itu.
Ayahnya merupakan sulung dari tiga bersaudara. Beliau mempunyai satu adik kembar laki-laki dan adik perempuan yang sering kali Salsha panggil Tante.
Tidak heran kenapa sang kakek begitu membanggakan ayah. Pun saat ayah memutuskan untuk keluar dari lingkup keluarga dan ingin bekerja dengan kekuatannya sendiri. Bukan kecewa, Adibrata-sang-kakek, justru malah semakin bangga dan jumawa. Apalagi saat bisnis yang dijalankan ayahnya melesat pesat dan sang ayah bisa menduduki tahta atas kerajaan yang dibangunnya sendiri.
Dulu yang Salsha ingat, om Indra, kembaran Papa, adalah sosok dengan perawakan dan wajah yang sama persis. Sikap hangat dan murah senyum keduanya sama. Meski begitu, Salsha tetap saja bisa membedakan keduanya, karena tentu, bagi anak perempuan, pelukan seorang ayah akan lebih hangat dari pelukan siapapun di dunia.
Tentang Om Indra, dulu Salsha tidak pernah berpikir bahwa hubungannya dengan sang Papa sering kali terlibat persaingan, meskipun Salsha tahu ayahnya tidak pernah beranggapan begitu. Sebagai anak nomor dua (meskipun kembar), tetap membuat Om Indra merasa haus kasih sayang karena Kakek yang jarang memberi pujian.
Saat ditelaah lagi, kini Salsha mengerti kenapa Om Indra seringkali tersenyum namun dengan rahang terkatup rapat saat mendengar Kakek yang menyanjung Arjuna, sang Papa. Indra sering diam namun dengan sorot sulit di artikan saat melihat Adibrata menepuk-nepuk punggung Papanya dengan bangga.
Kini Salsha tahu. Kenapa di saat ayah dan ibunya tewas saat kecelakaan pesawat, yang Om Indra lakukan hanya bagiamana cara melanjutkan bisnis Papa untuk tidak bangkrut. Mendepaknya dari rumah mereka, lalu mengirim dirinya serta Nia ke Jakarta.
Salsha tidak diberi apa-apa saat itu meskipun harta yang ditinggalkan kedua orang tuanya tidak terhitung jumlahnya. Di tangannya hanya ada satu kartu berisi uang tabungan yang dimilikinya, yang akhirnya bisa membuat mereka menyewa apartemen kecil dan biaya semester kuliah Salsha. Nia masih SMA saat itu, Salsha kemudian memasukkan Nia ke sekolah negri yang tidak memakan banyak biaya.
Hidupnya ketar-ketir, setiap hari mencari ke sana-sini pekerjaan yang tidak menyita waktu kuliahnya. Dan dalam beberapa hari, beruntung dia diterima di sebuah butik yang memang memerluka karyawan.
Hidupnya miris sekali. Pun sampai saat ini, tidak ada kakek yang selalu tersenyum padanya, nenek yang selalu memeluknya dengan sayang, juga Tante Sinta, apalagi keluarga Om Indra yang mata duitan.
Mereka semua tidak pernah mencari keberadaannya maupun Nia. Sampai Nia meninggal sekarang pun, tidak ada satupun dari mereka yang sudi melayat. Menjijikkan. Salsha benar-benar menyesal terlahir di dalam keluarga menjijikkan seperti itu.
Sejak itu, dia tidak punya siapa-siapa. Tidak ada yang sudi menjadi tumpuannya. Berbeda sekali saat dirinya masih kaya, semua keluarga datang untuk menjilat, mengumbar senyum palsu untuk kemudian meninggalkannya saat tidak punya apa-apa.
Hidupnya menderita. Terlebih saat dia kehilangan adik semata wayangnya.
"Ngelamun?"
Salsha tersentak saat sebuah jentikan jari berbunyi di depan wajahnya. Dia yang sedang bersandar di kepala ranjang dengan selimut yang menutup sampai batas dada mendongak, menemukan sosok tinggi itu yang hanya terbalut handuk yang menutupi sepanjang perut sampai lututnya. Dengan handuk lain, pria itu mengusap rambutnya yang basah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Wedding [SELESAI]
Romance[PART MASIH LENGKAP] *** Menurut Salsha, hal yang paling berharga setelah dia kehilangan harta, warisan, atau bahkan orang tuanya adalah Nia. Adik semata wayang dan juga keluarga satu-satunya yang dia miliki. Saat usianya 20, kehidupannya jungkir b...