***
Tiga hari kemudian, akhirnya Salsha bisa menapak kembali ke dalam apartemennya yang nyaman bersama Muti yang ikut serta.
Mereka berencana menginap selama dua hari di sini karena si ibu mertua tidak mengizinkan menginap terlalu lama tanpa pengawasannya.
Apartemen tetap bersih dan terawat karena Salsha tahu Endra lebih sering berada di sini dibanding di kosan kecil miliknya sendiri. Terbukti dari beberapa barang milik pria itu yang tergeletak di dalam kamar mandi milik Salsha, seperti sikat gigi, alat cukur, dan lain-lain.
"Jadi yang nungguin apartemen Non tuh, laki ya?" Muti yang pertama kali menemukan alat-alat pria di kamar mandinya langsung bertanya. Umur mereka hampir sama, menyebabkan Muti dengan berani mengkonfirmasi kekepoannya.
"Iya, punya sepupu saya, Mut." Salsha menjawab sambil membilas beras di wastafel. "Kenapa? Kamu ngira saya kumpul kebo sama cowok lain? Bisa diseruduk tuan muda mu saya kalau begitu."
Mendengar itu Muti cengengesan. Wanita kurus itu sudah mengganti pakaiannya dengan daster batik yang longgar. "Mana saya ada ngomong gitu, Non. Tuan muda kan, kalau ngamuk serem, mana kemarin pake nendang kursi segala."
Salsha menghela napas berat saat kejadian beberapa hari lalu kembali terulang dalam benaknya. "Kayaknya dia belum tahu deh, kalau Endra itu sepupu saya."
Muti yang sibuk mengelap kitchen island dari tumpukan debu langsung menghentikan kegiatannya sejenak. "Emang Non nggak kasih tau? Padahal Tuan Muda udah sensi gitu bawaannya tiap Non nyebut-nyebut Endra. Mana ngintilin terus seharian lagi. Keliatan banget cemburu berat."
Kening Salsha mengernyit heran. "Bukan cemburu itu namanya, Mut. Alasannya aja pengin bikin saya sebel."
"Mana ada bikin sebel tapi Tuan Muda juga ikut sebel. Itu tuh, lagi cemburu, Non. Mau saya kasih tips buat membuktikan?"
Salsha yang selesai memencet rice coocker berbalik, menatap Muti penasaran. Asisten rumah tangga milik Subrata itu mendekat dengan ekspresi super serius.
"Pertama, jangan kasih tau Tuan Muda dulu tentang status Non sama si Endra-Endra sepupu Non itu. Terus, sebut aja terus namanya. Kalau Tuan Muda sebel bahkan sampe marah, artinya Tuan beneran cemburu. Tapi kalau cuma sebel-sebel biasa, ya ... Non Chacha bisa tarik kesimpulan sendiri lah."
Salsha meringis mendengar tips ala Muti. Kok sepertinya norak sekali, ya? Pakai ngetes-ngetes segala lagi. Dan memang seandainya nanti Abhi beneran marah, tapi kembali menendang kursi atau bahkan tubuh Salsha, bagaimana?
Dan sebelum dia memikirkan konsekuensi-konsekuensi tips ala Muti lebih lanjut, bel apartemennya berbunyi. Salsha bergerak ke depan dengan langkah lebar.
Itu pasti teman-teman kantornya.
Sudah lama dia merindukan kegaduhan dan obrolan seru mereka yang seringnya mengibahkan para atasan.
Dirinya membuka pintu dan sudah siap menyambut teman-temannya dengan senyum lebar penuh antusias-sebelum semua itu lenyap kala di antara orang-orang yang dirindukannya, Salsha menangkap sosok lain yang ikut dalam rombongan itu. Tersenyum tenang saat menemukan wajah Salsha yang berubah masam.
***
"Pak Abhi baru tau kalau lo udah beberapa hari nggak masuk, Cha. Jadi dia mau ikut jenguk bareng kita. Nggak apa-apa, kan?"
Seharusnya Cici tidak lagi perlu bertanya di saat orang yang mereka bicarakan sudah duduk tenang bersilang kaki di sofa ruang tamunya.
Salsha mencoba tersenyum meski terkesan dipaksakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Second Wedding [SELESAI]
Romance[PART MASIH LENGKAP] *** Menurut Salsha, hal yang paling berharga setelah dia kehilangan harta, warisan, atau bahkan orang tuanya adalah Nia. Adik semata wayang dan juga keluarga satu-satunya yang dia miliki. Saat usianya 20, kehidupannya jungkir b...