46. Melebur Rindu

470 21 2
                                    

Normal pov...

Bening tengah berada di teras rumahnya.. rumah yang dia gunakan sebagai pelarian dan menikmati hidup sendiri.

Berdiri di teras sambil menatap langit yang cerah siang ini. Menatap langit berwarna biru dengan di hiasi awan-awan yang membentuk ilustrasi.

Bening pov...

14 Maret.. tepat hari ini... Dimana di tanggal ini aku menjadi istri dari sosok yang misterius yang sangat aku kagumi..

Saat itu hanya ada kebahagiaan dan keikhlasan dalam menjalani semuanya...

Tepat hari ini adalah aniversery satu tahun pernikahan kami, bukan kebahagiaan dan cinta yang ada melainkan sebuah kesendirian.

Dua bulan lamanya setelah putra kami lahir dan sejak itu aku tak bertemu dengannya lagi.. dia benar-benar melakukan permintaanku untuk jangan menggangguku sementara waktu..

Aku tak berani menghubunginya dan dia tak menghubungiku juga.. tapi dia selalu menanyakan kabarku pada Renan atau yang lainnya dan aku menanyakan kabarnya pada mertuaku juga Kak Almi...

Miris adalah definisi keadaan rumah tangga kami saat ini..

Apa ini semua benar?
Semakin kesini aku semakin merasa bahwa aku lah yang bersalah dan bukan dia..

Jika ku fikirkan kesalahan Kak Fajj adalah dia tidak mau terbuka dan jujur padaku.. aku hanya ingin dia terbuka dan jujur padaku walau dia tak mencintaiku sekalipun... Aku menaruh semua kepercayaanku padanya dan dia...

Aku merindukanmu kak.. cepat kembali..

Aku memberi nama putra kita seperti keinginanmu.. Muhammad Azarenka Maulana Al-Ahkamil... Azar adalah nama panggilannya, tapi Papah dan mamah memanggilanya Al, sedangkan Papih memanggilnya Lana, dan Kak Almi memanggilnya Renka. Aku ingin tahu kamu akan memanggil putra kita dengan nama apa..

Tiba-tiba Azar menangis.. aku segera masuk dan menggendongnya.. tadi dia tertidur... Dan ini sudah jam 4 sore.

" Aduh anak mamah yang ganteng udah bangun.. " aku langsung menggendongnya, setelah Azar berhenti menangis aku memandikannya.

Mamah sering kesini bahakan waktu awal-awal mamah dan papah nginep di sini dan bantuin aku ngurusin Azar, tapi sekarang aku udah terbiasa. Azar aku kasih asi eksklusif jadi belum mamam apa-apa.

Setelah memandikan Azar aku menggendong Azar dengan kain, aku mang lebih suka menggendongnya dengan kain. Aku ajak Azar jalan jalan keluar rumah.

" Aduh Azar makin ganteng aja" itu Mbak Mira tetanggaku yang baik.

" Iya dong Tante Mira" aku menirukan suara anak kecil.

" Mau kemana kamu sama Azar Ning?" Tanyanya.

" Emm... Jalan jalan aja mbak.. biar Azar gak di dalem rumah terus"

" Eh ya... Bukannya kepo atau gimana, kamu itu kerjanya apa? Semenjak tinggal di sini aku nggak pernah liat kamu kerja atau apa gitu"

" Aku kerja di kantornya ayah aku mbak cuman aku lagi kerja di rumah, kalau ada yang penting baru ke kantor"

" Aku tuh suka greget kalau denger ibu-ibu gosipin kamu yang enggak-enggak"

" Biarin aja lah mbak, yang penting aku nggak kayak gitu.. lagian aku juga biasa aja"

" Waktu ada mertua kamu mereka pada diem, udah fitnah kamu perempuan gak bener, eh... Ternyata kaku ada suami.. jelas malu tuh"

" Udah nggak usah gibahin orang nggak baik"

" Kamu baik banget sih Ning" aku cuman senyum buat naggepin.

A Melancholy Peak Of Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang