45. Surat

155 18 1
                                    

Normal pov...

Pemuda berkaca mata hitam dan berjaket itu membalik badannya ke arah Bening.

Bening berdiri mematung menyadari siapa pemuda itu, pemuda itu melepas kaca mata hitamnya dan tersenyum lembut pada Bening.

Ke-dua iris mata mereka bertemu dan saling memandang, pemuda itu menatap Bening penuh Cinta dan kerinduan sama seperti sebulan lalu saat mereka terakhir kali bertemu.

" Seharusnya aku menyadari kalau pangeran Ilusi adalah kamu" ucap Bening lirih.

" Kenapa kamu lakuin ini? Kenapa kamu seperti berpura pura kalau kamu bukanlah Pangeran Ilusi?" Lanjut Bening.

" Aku selalu menyakinkan diriku bahwa kamu bukan lah Pangeran Ilusi yang sangat aku kagumi"

Air mata Bening turun begitu saja.

" Kenapa kamu lakuin ini ke aku Kak Fajj? Kenapa?"

" Kenapa kamu kirim bunga dan surat saat hari kita di jodohkan yang seakan akan kamu lepasin aku buat orang yang di jodohkan sama kamu? tapi suami aku dan Pangeran Ilusi itu satu orang yang sama, kenapa? Keapa? Hiks..." Tangisan Bening pecah saat itu.

Fajj menghampiri Bening dan memegang ke dua bahu Bening.

" Pangeran Ilusi hanya ilusi dan aku adalah kenyataan" ucap Fajj lembut.

" Bagi aku Pangeran Ilusi buka ilusi semata, kamu udah bohongin aku, maksud kamu apa?"

" Pada awalnya aku mengirimkan surat atas nama PI itu untuk menyadarkan mu kalau kamu tidak akan bisa mengejar orang yang kamu cintai, agar kamu sadar kalau dia bukan takdirmu, yang kamu rencanakan bersama Raissyi itu salah" Bening menatap Fajj dengan linang air mata dan sorot mata yang penuh kekecewaan.

" Entah sejak kapan aku mencintaimu aku tak tahu, aku fikir apa yang aku lakukan padamu pada awalnya karena kasian, tapi lama kelamaan kamu menyimpan sesuatu yang misterius, gadis nerd yang ternyata anak konglomerat"

" Jangan bertele-tele" Bening menatap jengah ke arah Fajj.

" Aku mengirim bunga pada waktu itu karena aku tidak tahu tentang perjodohan kita dan saat aku mengirim bunga yang ke dua kalinya itu karena aku ingin mengetahui seberapa besar kamu mencintai sosok Pangeran Ilusi"

" Kamu sudah mendapat jawabannya kan? Boleh aku pergi sekarang? Aku gak tahu mau ngomong apa lagi ke kamu, jangan ganggu aku sementara waktu" Bening meninggal kan Fajj.

Bening berjalan dengan pandangan kosong dan Fajj hanya melihat kepergian sang istri.

' Bening kenapa kamu bodoh banget? Kenapa kamu gak yakin dari awal kalau Kak Fajj itu Pangeran Ilusi? Aku benar-benar merasa di bohongi sekarang.... Hiks.. hiks...'

Bening berjalan pelan sambil mengelus perutnya yang buncit, Bening menyebrang jalan tanpa melihat kanan kiri dan...

"BRAK"

Bening ke serempet sepedah motor dan dengan sigap Fajj menolong Bening.

" Bening, kamu gak papa?" Tanya Fajj kawatir pada Bening yang ada di dekapannya.

" Sa.. sakit... Sakit Kak" rintih Bening memegangi perutnya.

Fajj melihat ke arah paha Bening yang terdapat cairan berwarna merah.

" Iya tahan ya.. kita ke Rumah Sakit sekarang, kamu jangan tutup mata kamu" Fajj mencoba untuk tidak panik.

" Sakit Kak.. hiks.. hisk..."












A Melancholy Peak Of Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang