23. Maaf

116 14 8
                                    

Normal pov...

Terlihat beberapa Pemuda dan Pemudi menunggu di koridor rumah sakit, lebih tepatnya di depan UGD.

" Woy!! Renan kita balik duluan, kalau Fajj nanyain kita, lo tahu kan harus jawab apa" Haikal pamit. Sebenarnya Azka dan yang lainnya akan pergi termasuk Raissyi, sedangkan Fajj sedang di ruangan dokter.

" gue titip Salsa sama kalian" pinta Renan, Salsa menatap Renan tak suka.

" ayo Sal!!" Ajak Chathalia.

Salsa tetap diam tak memperdulikan ajakkan Chathalia.

" ayo" Chathalia sekali lagi mengajaknya.

" tapi..."

" PULANG!!" Jika susah seperti ini tak ada yang bisa melawan Renan kecuali Bening sang sahabat.

" Nan! Kalau Bening udah sadar kabarin gue" pinta Raissyi.

" lo tenang aja" jawab Renan seadanya.

Mau tak mau Salsa pulang bersama Azka dkk, setelah kepergian Salsa dan Aska dkk Renan melamun dan pandangannya kosong.

" yang lain kemana?" Sebuah suara menyadarkan Renan dari lamunannya.

" udah pulang, gimana keadaannya Bening?" Renan terlihat sangat kawatir dengan keadaaan Bening.

" gak papa, lo udah hubungin bokapnya?" Jawab Fajj sambil duduk di kursi yang berseberangan dengan Renan.

" gak papa gimana!! Bening sampek keluar darah dari telinga gitu, gue udah hubungin Om Bayu" Renan menjawab dengan sedikit ngegas.

" Bening nggak papa, kita bisa temuin dia setelah di pindahin ke ruang rawat" Fajj berkata setelah menarik nafas panjang.

***

Sekarang Renan dan Fajj sedang menunggu Bening sadar di ruang rawat.

" assalamualaikum " Bayu memasuki ruang rawat dengan raut wajah kawatir.

" waalaikumsalam" Renan dan Fajj serempak menjawab dan melihat ke arah pintu.

" gimana keadaan Bening?" Bayu bertannya dengan menatap Bening sendu yang tak sadarkan diri.

" nggak papa om" jawan Renan.

" Bisa anter om ketemu sama dokternya?" Pinta Bayu.

" mari om" dengan sopan Fajj mengantar Bayu ke ruangan dokter tadi.

Setelah kepergian Fajj dan Bayu, Bening sadar dari pingsannya. Bening menggunakan alat bantu pernafasan, karena ia banyak menghirup asap.

" Bening kamu nggak papa kan?" Tanya Renan dengan cemas dan Bening menggeleng sebagai jawaban.

" Hari ini aku tahu persahabatan kita tak begitu penting dibandingkan hubunganmu dengan Salsa" kata Bening dengan lirih dan penuh kekecewaan yang terpancar diiris gelap kecokelatannya. Renan terpaku dengan apa yang baru saja Bening katakan padanya, ia masih tak percaya Bening mengatakan itu padanya.

" jangan... bilang... gitu...." Renan berkata dengan terbatah batah dan ada rasa sakit di ulu hatinya.

" aku cuman sahabat kamu dan nggak lebih dari itu" Bening berkata sambil memalingkan pandangannya ke arah lain.

" Ning.... kamu... itu bukan sekedar sahabat buat aku... aku__"

" bisa kamu tinggalin aku sendirian, aku pengen sendiri" Bening memotong perkataan Renan.

Seseorang yang berada di depan pintu kamar rawat dan menguping pembicaraan Bening dan Renan segera pergi menjauh dari sana. Renan keluar dan duduk di kursi lorong rumah sakit. Renan terus memikirkan perkataan Bening padanya yang jika di lihat itu bukan lah Bening, Bening tak akan mengatakan hal seperti itu pada Renan.

A Melancholy Peak Of Love✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang