19| Nyaman

16.7K 3.1K 465
                                    

Emillio dalam perjalanan untuk pulang dari kantor polisi. Ia pergi melaporkan tentang pria bertopi dan menanyakan sebenernya apa motif pria yang bernama Darko itu melakukan rencana pembunuhan padanya dari saat ia kecil namun Emil tak menemukan apa-apa selain mengetahui kalau ternyata Darko kabur dari tahanan dan sekarang menjadi burunon polisi.

Anak laki-laki itu menghembuskan napas lelah. Tak henti bertanya sebenarnya apa yang mereka dapatkan jika berhasil membunuhnya?

Dari kecil Emil hidup pindah-pindah tempat, sebatangkara, dan penuh kekurangan. Ia tidak punya harta berharga yang bisa dibanggakan lalu apa alasan Darko mengincarnya?

Tubuh Emil menegang saat melihat sosok yang sedari tadi menguasai pikirannya berdiri beberapa centi di depannya. Tersenyum miring lalu memasuki mobil butut hitam dan mulai melajukan mobil itu kencang ke arahnya.

"Gila!" teriak anak itu seraya berlari berbalik arah dan mobil yang dikendarai Darko semakin ugal-ugalan mengejarnya.

Semakin cepat Emil berlari, semakin laju mobil itu mengikuti hingga Emillio memilih melempar tubuhnya ke sisi jalan membuatnya berguling-guling di sana. Bersamaan dari itu mobil putih datang dan berhenti disamping tubuh Emillio membuat Darko mengumpat dan mengendalikan mobilnya pergi dari sana.

"Leo." Zenna turun dari mobil putih itu dan menghampiri Emil dengan tubuh gemetar. "Leo, kenapa dia mau nabrak kamu?"

"Bukan urusan lo!" teriak Emillio seraya bangkit dengan napas terengah-engah. "Lo tahu? Lo sama jahatnya kayak dia."

Zenna tak memperdulikan, berkali-kali ia memegang lengan Emil dan berulang kali pun tangannya ditepis kasar.

"Kita ke rumah sakit sekarang," ujar gadis itu menatap khawatir. "Aku gak mau luka kamu makin parah. Ayo!"

"Gak!" Emillio sekali lagi membentak. "Atau ini rencana lo, apalagi yang ada di pikiran picik lo buat nambah beban gue hah?"

"Pak Rusdi bantuin. Ambilin kotak P3k di sana." Zenna malah memanggil supirnya membuat tatapan Emil kian nyalang pada gadis itu.

Pria yang dipanggil Pak Rusdi keluar dari mobil dan emosi Emillio kian teruji saat Zenna yang ia pikir Zetta meminta supirnya itu memegangi tubuhnya sementara gadis itu dengan lembut mengobati luka Emil.

"Gue tahu apa yang di otak cewek jahat kayak lo." Emillio berusaha memberontak tetapi Pak Rusdi memiliki tenaga yang lebih kuat untuk memegangnya. Di sisi lain, Zenna dengan telaten memasang perban di pergelangan kaki Emillio yang terluka.

"Apa ? Bilang sama gue rencana licik apa yang sekarang lo persiapin setelah ngobatin luka gue hah?"

Emillio melepaskan diri secara kasar dari cengkraman Pak Rusdi tepat saat Zenna menutup kotak P3k miliknya.

"Aku sama sekali enggak tahu seberapa besar Zetta udah ngelukain hati kamu, Leo. Aku mewakilinya, meminta maaf untuk itu." Zenna menyodorkan selembar foto pada Emil yang mengangkat kedua alis seraya menerima foto itu hanya untuk dibuat terkejut menatap potret dua gadis dengan pakaian yang tak sama tetapi memiliki wajah yang serupa dalam foto tersebut.

"Aku Kazenna Alexandra, kembarannya Zetta," ucap Zenna seraya tersenyum membuat Emil terkejut luar biasa.

Jadi selama ini ia marah-marah pada orang yang salah? Telinga Emillio memerah karena malu. Anak laki-laki itu bangkit hendak pergi tetapi denyutan di kakinya ia rasakan membuat limbung dan tak bisa menjaga keseimbangan hingga nyaris terjatuh tetapi Zenna segera memegangnya.

Tatapan mereka bertemu. Kedua pipi Zenna bersemu sementara telinga Emillio memerah.

"Lepas," titah Emillio dan Zenna menggelengkan kepalanya polos. "Kalau aku lepas nanti kamu jatuh."

EMILLIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang