Selama perjalanan menuju sekolah, keduanya hanya terdiam. Batin Zetta bergejolak, merasa sangat bahagia tetapi juga takut Emillio marah pada dirinya.
"Leo," panggilnya yang tak mendapat balasan. "Sumpah gue gak ada apa-apa dan gak ngapa-ngapain sama Dika. Kaget aja liat dia yang sekarang dan juga ngerasa kasihan."
"Gak nanya."
Zetta membuka mulut lebar-lebar mendengar respon Emillio.
Hening lagi.
Hembusan napas panjang terdengar dari bibir mungilnya. Keduanya sampai di parkiran sekolah. Zetta segera turun dan berdiri di depan Emillio yang memarkirkan sepedanya.
Gadis itu berkacak pinggang lalu menunjuk wajah Emillio. "Kalau Lo gak marah terus kenapa Lo diemin gue?"
Emillio hanya menatap datar dan berjalan meninggalkan Zetta. Gadis itu mengekor di belakang sembari tak berhenti merecoki dengan pertanyaan.
"Oke gak papa." Pada akhirnya Zetta mengalah. Dia berhenti di lorong sekolah sementara Emillio terus melangkah.
"Seenggaknya sikap Lo sekarang bikin gue tahu." Pipi gadis itu memerah merona, ia tersenyum senang. "Perasaan Lo sama gue enggak main-main."
Zetta sedikit berlari untuk menyamakan langkah mereka. "Menyukai seseorang berarti selalu senang menyangkut apa pun yang berhubungan dengan orang itu dan sekarang kita sudah sampai di tahap sama-sama takut. Gue selalu takut ada cewek lain yang deket sama Lo selain gue dan Lo pun begitu. Lo mau tahu gue tahu dari mana? Tentu saja sikap Lo saat ngeliat kebersamaan gue sama Dika menjawab semuanya."
"Udah?" Emillio berbalik dan menatap mata Zetta. Gadis gila itu mengangguk semangat.
"Gue sama sekali gak cemburu." Emillio berdecih. "Terserah Lo mau deket sama siapa pun. Bukan urusan gue."
"Wah wah dasar cowok gengsian," monolog Zetta.
"Terus maksud Lo apa ngaku-ngaku kita pacaran di depan Dika?" Zetta menatap laki-laki di depannya kesal.
"Ya biar Lo seneng aja." Emillio berbalik. Tak lagi mau menatap gadis itu. "Bukannya selama ini Lo sering ngehalu kita pacaran? Padahal kita hanya sebatas teman, gak lebih."
Zetta mencaci maki Emillio dalam hati. Meskipun, apa yang diucapkan laki-laki itu benar adanya.
Di kantin setelah bell istirahat berbunyi. Di depan Keyla_mantan saingannya Zetta menunduk lesu. "Gue bener-bener gak bisa ngerti jalan pikirannya, Key. Dia ngasih kalung pemberian neneknya pertanda dia suka sama gue terus dia marah liat gue bareng Dika tapi tadi dia bilang, gue sama sekali gak cemburu, Lo deket sama siapa pun. Bukan urusan gue."
"Masa gitu aja Lo gak paham sih, Ta?" Keyla meneguk es teh manis di depannya. "Leo itu, apa yang diucapkan adalah kebalikan dari apa yang dia rasakan."
"Gimana? Gimana?" Zetta menatap serius ke arah Keyla.
"Gue sama sekali gak cemburu. Lo deket sama siapa pun, bukan urusan gue artinya gue cemburu dan gak mau Lo deket sama siapa pun selain gue," ucap Keyla sok tahu tetapi mampu membuat senyum Zetta terukir.
Melihat Zetta membuat Keyla penasaran. "Lo punya rencana?"
Zetta semakin mengukir senyum lebar. "Siap-siap bentar lagi Lo bakal jadi orang pertama yang tahu berita jadian gue sama Leo."
*
Baru saja Emillio sampai dekat sepedanya saat seseorang menepuk pundaknya dari belakang. Siapa lagi pelakunya kalau bukan mantan Queen of bullying.
"Hari ini Lo pulang sendirian aja, ya. Gue dijemput Dika soalnya." Kemudian, Zetta bersenandung senang meninggalkan parkiran dan Emillio yang berdecih.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMILLIO
Teen FictionEMILLIO hanyalah anak laki-laki malang yang menjadi korban kesalahan kedua orang tuanya. Author note: -Harap sedia tisu sebelum membaca✔✔ -1-10-2020 Cover by: @Defairalynn_art RANK 1 in #Fiksiremaja [12-05-2021] 1 In #Hurt [...