5| Emil dijual

21.3K 4K 584
                                    

Setelah melihat Milly berdiri di depan pintunya dengan raut kaku, Pak Tarjo segera menutup pintu membuat Milly menautkan alis bingung.

Pak Tarjo sendiri dengan cepat menghampiri istrinya. Saat ia melihat Dina tengah melayangkan rotan pada Emillio, ia segera menghentikannya.

"Ibunya datang. Kita bisa hancur," paniknya membuat Dina menatap Emillio yang napasnya putus-putus dengan darah keluar dari mulutnya.

"A-m-puni E-mil, Bi-bi." Hanya itulah suara yang terdengar dari Emillio sebelum anak malnag tak berdosa itu menutup matanya.

Dina dan Tarjo saling menatap kemudian Tarjo dengan segera menghampiri Emillio dan membawa anak yang tubuhnya sudah lemah itu ke gendongannya dan menepuk-nepuk pipi Emillio. Namun, anak laki-laki itu tak kunjung membuka mata.

"Bagaimana ini?!" frustasi Dina. Ia mengusap wajahnya kasar dengan tubuh gemetar.

Sementara di luar rumah Milly menoleh ke sana kemari sembari memegang dadanya. Entah kenapa ia ingin menangis saja rasanya sampai seorang anak kecil tiba-tiba datang menghampirinya.

"Kakak nangis?" tanya anak itu membuat Milly memaksakan sebuah senyum di bibirnya sembari bergerak cepat menghapus air matanya.

Wanita cantik itu berjongkok di depan anak kecil tersebut. "Hari ini hari paling membahagiakan buat Kakak karena hari ini Kakak akan ketemu sana anak Kakak."

"Anak Kakak siapa?" tanya anak itu membuat Milly tertegun, dia melihat tak ada satupun gelang berada di kedua tangan anak laki-laki ini yang berarti anak ini bukan anaknya meski ia yakin usianya seperti anaknya.

"Emillio," jawab Milli tersenyum. "Kamu kenal?"

"Ah ternyata Emil punya ibu juga." Anak itu tertawa membuat Milly membeku. Rasa sakit kembali menyerang hatinya, seperti ribuan jarum menusuk tepat ulu hatinya. "Ibuku bilang Emil anak haram dan gak punya Ibu bapak. Dia sendirian di dunia ini."

Milly meremat rok yang dikenakannya kuat dengan air mata perlahan kembali membanjiri wajahnya.

"Karena itu Ibu selalu mukul dia meskipun dia gak salah. Ibu bilang, dia jijik sama Emil karena gak pernah mandi juga hahaha." Dika mencoba menghentikan tawa kemudian menatap wanita di depannya dengan antusias. "Gak ada yang mau rawat dia karena Emil kotor."

Milly bangkit kemudian menggedor pintu di depannya kuat-kuat. Tak butuh waktu lama, pintu itu terbuka menampilkan Pak Tarjo yang terkejut melihat Dika berlari ke pelukannya.

"Kakak ini nangis setelah aku cerita Emil sering dipukul Ibu, Yah." Dika berkata dengan raut polosnya membuat Pak Tarjo melotot terkejut.

Pria setengah baya itu dengan segera menatap Milly yang terisak. "N-non Milly gak mungkin percaya ucapan anak lima tahun ini kan?"

Milly mencoba menghentikan tangis kemudian menggeleng membuat Pak Tarjo menghembuskan napas lega.

"Anak-anak emang sering terbawa apa yang ditontonnya. Dika sering menonton tentang penyiksaan seorang anak, salah saya sebagai orang tua tidak begitu memperhatikannya dan memberinya batasan hingga dia selalu terbawa apa yang dia tonton ke dunia nyata," kata Pak Tarjo sembari membawa Milly memasuki sebuah kamar kecil. Dalam kamar tersebut terdapat seorang anak laki-laki berwajah pucat tengah terlelap dengan selimut sebatas dada.

Air mata kembali jatuh mengaliri pipi Milly yang berjalan cepat menghampiri buah hatinya.

"Tuh liat Emil pasti pingsan habis dipukul Ibu," seru Dika yang mulutnya dengan segera dibekap oleh Pak Tarjo yang menatap tajam.

Milly memperhatikan dengan seksama puntranya. Rambut lepek karena keringat tetapi wajahnya anaknya begitu bersih kecuali ...

"Luka untuk anak laki-laki itu biasa, N-non. Emil sering berantem sama Dika dan yah namanya juga anak-anak, mereka saling melukai," jelas Pak Tarjo membuat Dika menatap ayahnya bingung. Bertanya-tanya dalam hatinya kenapa ayahnya berbohong.

EMILLIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang