Emillio sampai rumah yang ditinggalinya bersamaan dengan sebuah mobil berhenti tepat di pekarangan rumah besar Dareen dan Milly. Sosok Rico keluar dari mobil itu sembari tersenyum miring ke arah Emill. "Ngapain lo liat ke sini? Gak pernah liat mobil mewah ya?"
Rico berjalan menghampiri Emil lalu bersedekap dada. "Gue mau tahu, apa sih yang lo lakuin sampe Zetta berubah sama gue dan yang lain."
Emil berdecih, dia melangkah membuka pintu tak mau meladeni ucapan Rico tetapi tangannya ditarik kasar kemudian tubuhnya terdorong membuat punggung Emil membentur tembok cukup keras.
"Lo gak seharusnya bersikap kayak gini di saat orang tua gue udah ngasih kebaikan dan biarin lo numpang tinggal di sini!" bentak laki-laki itu marah karena Emil mengabaikannya.
"Terus mau lo apa hah?" Emil mendekati Rico dengan tatapan tajam. "Lo kayaknya gak ganggu gue sehari, gak tenang hidup lo kali, ya."
"Ya gimana? Sampah yang hidupnya cuman beban buat orang lain kayak lo itu emang gak pantes tenang ngirup udara bebas," ucap Rico tertawa remeh.
Emil memalingkan wajah. "Terserah." Mencoba kembali masuk tetapi lagi-lagi tangannya ditarik kasar.
"Gue bilang gue gak suka diabaikan kayak gini!" teriak Rico kehilangan sabar.
"Terus gue harus apa?" tanya Emil mendorong kasar tubuh Rico. "Ngeladenin cowok lemes kayak lo? Gak guna cuih. Lo gak usah berlaga jadi orang kalau berantem lawan gue aja masih perlu bantuan tangan bokap lo."
Satu pukulan melayang ke rahang Emillio.
"Itu buat lo yang berani ngerendahin kemampuan gue," ucap Rico.
Emil terkekeh geli lalu meludah ke sampingnya. "Tersinggung? Bukannya itu kenyataannya? Coba gue tanya, apa yang lo bisa tanpa merengek sama kedua orang tua lo?"
Rico mengepalkan tangan hingga kuku jari-jarinya memutih. Ia menatap Emillio seperti akan membakar laki-laki itu. Dia kemudian berlari ke arah rumahnya membuat Emil mengernyitkan dahi karena tumben-tumbenan Rico seperti itu.
Tetapi saat Emillio memasuki rumah, tiba-tiba dua orang bertubuh kekar datang memegangi kedua tangannya. Rico berjalan di belakang sembari tersenyum miring. Anak itu menutup pintu rumah Emil lalu bersedekap dada. "Lo mau liat kemampuan gue?"
Satu tendangan ia layangkan ke perut Emil. "Ini untuk lo yang udah berani ngehina gue."
Emillio tertawa. Benar-benar tertawa. "Liat? Bahkan buat lawan gue aja lo perlu bantuan orang lain. Ckck sekalipun gue mati di tangan lo, gue tetep akan jadi pemenangnya karena lo cuman pecundang rendahan tanpa bantuan orang lain!"
"Diem!" teriak Rico kembali melayangkan pukulannya bertubi-tubi ke perut Emil. "Gue bakal bunuh lo, sialan!"
Emillio mencoba memberontak. Menginjak kuat kaki bawahan Dareen lalu menendang selangkangan salah satu dari mereka yang memeganginya membuat tangan kanannya terbebas. Itu ia gunakan untuk pria yang memegangi tangan kirinya, ia memukul kuat wajah pria itu menggunakan tangannya yang terbebas hingga ia lepas.
Laki-laki itu kemudian menatap Rico dengan murka sebelum akhirnya menyerang Rico. Perkelahian tak terhindarkan. Dua bawahan Dareen dan Rico melawan Emillio sendirian.
*
Dareen menendang meja di hadapannya dengan murka. Ia juga membanting semua benda yang ada di hadapannya. "Aku bisa gila, Milly!"
Milly terus menangis sembari menggenggam tangan Rico yang tak sadarkan diri dengan wajah dan tubuh penuh luka. Anak itu sudah diperiksa dokter dan sampai sekarang belum sadar, kejadian malam yang sungguh ingin Milly lupakan terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMILLIO
Teen FictionEMILLIO hanyalah anak laki-laki malang yang menjadi korban kesalahan kedua orang tuanya. Author note: -Harap sedia tisu sebelum membaca✔✔ -1-10-2020 Cover by: @Defairalynn_art RANK 1 in #Fiksiremaja [12-05-2021] 1 In #Hurt [...