46. Papa

11.2K 2.3K 710
                                    

Emilio menghapus darah yang keluar dari sudut bibirnya menggunakan punggung tangan.

Napasnya terdengar ngos-ngosan saat melihat tiga preman di depannya berhasil ia tumbangkan.

Ekor matanya melirik Rico saat menyadari dua dari preman yang tersisa mengeluarkan pisau.

Emillio bergegas membuka tali yang mengikat kaki dan tangan Rico yang keadaannya sudah babak belur kemudian menyeret laki-laki itu Kabur dari sana.

"Lo sengaja ngelakuin semua ini supaya gue hutang Budi kan sama Lo?" Rico melepas tangan Emillio secara kasar. "Denger, anak haram. Apa pun itu Lo bakal tetep sama di mata gue."

Lalu, mendorong keras tubuh Emillio dan hendak berlari pergi tetapi naas, ia tersandung sebuah akar yang muncul ke permukaan tanah dari pohon besar hingga terpeleset sampai tubuhnya nyaris terjun ke dalam jurang yang dalam kalau saja Emillio tak segera menahan pergelangan tangannya.

Mata Rico melotot. Tubuhnya gemetar hebat. Seperti satu-satunya harapan ia bisa hidup sekarang ada di tangan Emillio.

"Jangan." Pelan, Rico menyingkirkan segala ego yang ada dalam dirinya hanya untuk memohon pada orang yang sumpah mati dibencinya. "Jangan dilepas. Gue mohon."

"Dengar." Napas Emillio berhembus berat. "Gue gak ingin nyelametin Lo demi siapa pun. Sama sekali enggak. Gue ngelakuin ini semua karena dosa Lo sama gue udah terlalu banyak."

Dengan sekuat tenaga yang ia bisa Emillio mencoba menarik Rico ke atas. "Lo harus tetap hidup untuk menebus semuanya. Gue gak Sudi liat Lo mati secepat ini."

Keringat bercucuran di wajahnya saat  Emillio menatap langit malam di atas sana dengan Rico yang sudah berhasil ia selamatkan terbaring berwajah pucat pasi di sampingnya.

"Sekarang gimana caranya kita keluar dari hutan ini?" tanya Rico memecah keheningan.

Emillio tak membalas apa-apa selain berdiri dan berjalan tetapi ia menghentikan langkah saat tak ada seorang pun yang mengikuti. Ia menoleh ke belakang dan mendapati Rico tengah menatap kosong kaki kanannya yang berlumuran darah.

"Ayo." Anak itu memapah Rico berjalan pergi dari sana.

Selama perjalanan pulang setelah berhasil keluar hutan. Hanya diisi dengan keheningan. Bahkan selama di dalam taksi yang mereka tumpangi.

"Biar gue sendiri," ucap Rico saat keduanya sampai di depan pintu utama rumah bertepatan dengan Milly membuka pintu.

Menatap terkejut keadaan kedua putranya. "Kalian?" Lalu menjatuhkan pandangan ke kakinya Rico yang terluka. "Oh astaga. Apa-apaan ini hah?"

Suaranya yang meninggi membuat Rossa dan Dareen menghampiri.

Dan Rico pada akhirnya tetap menjadi orang yang egois dengan berkata pada semua orang. "Emillio yang ngelakuin semua ini."

Hingga tatapan semua orang jatuh pada Emillio seorang dan tanpa berpikir panjang, Milly melayangkan tamparan.

Pada Emillio yang menatap tak percaya ke arah Rico yang sama sekali tak berani menatap wajahnya.

Sementara Dareen mencoba menenangkan sang istri yang tadinya memukul mundur dada Emillio sembari menangis kencang.

"Ini biasa terjadi sama anak laki-laki. Kamu gak harusnya memihak salah satunya," kata pria itu.

"Harusnya gue sadar hal semacam ini bakal jadi ucapan terima kasih Lo," ucap Emillio pada Rico sebelum akhirnya pergi.

Rossa menatap Rico dalam sebelum akhirnya ikut beranjak dari sana.

EMILLIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang