41| Berjanjilah

10.6K 2.7K 673
                                    

Emlillio membawa sepedanya hendak keluar gerbang, sebuah mobil berwarna hitam berhenti. Seorang wanita berhijab terlihat lebih tua dari Milly keluar dari sana.

"Assalamualaikum," sapanya.

Emillio membalas hangat. "Waalaikumsalam."

"Emillio kan?" tanyanya dibalas anggukan pelan empunya nama.

Wanita itu mengusap kepalanya yang sontak membuat Emillio merasa tak nyaman sebab ia tak kenal dengan perempuan di depannya ini.

"Ah maaf. Aku belum memperkenalkan diri." Wanita itu menjulurkan tangannya dengan senyum yang senantiasa terpatri. "Mella Kakak kandungnya Mama kamu."

Emillio mengangguk seraya membalas uluran tangan itu kemudian melepasnya.

"Boleh Tante bicara berdua sama kamu?"

Emillio terdiam sebelum akhirnya mengangguk pasrah karena merasa tak enak menolak wanita ini.

Di restoran yang tak terlalu ramai pengunjung, mereka duduk berdua. Emillio yang tak tahan dengan keheningan yang melanda, segera bertanya "Kenapa?"

"Sebelumnya maafin Tante karena baru bisa ketemu sama kamu," ucap Mella yang tak mendapat tanggapan.

"Tante ingin bercerita tentang Ibu kamu," lanjut Mella yang langsung membuat Emillio berdiri.

"Aku sama sekali gak menaruh minat tentang itu," kata anak itu berupaya menahan emosi.

Mella tak melunturkan senyum dengan lembut menarik tangan Emillio kembali duduk. "Sejak kamu menyetujui buat bicara sama Tante, kamu pasti udah menebak ke mana arah pembicaraan kita."

Sialnya Emillio tak bisa membantah.

"Sejak di mana wanita menjadi seorang Ibu. Di situ poros dunianya berubah. Yang hanya dipikirannya hanya anaknya. Semestanya." Mella masih menyunggingkan senyum.

"Sayangnya tidak semua wanita yang menjadi ibu menjadikan anaknya sebagai dunianya," balas Emillio membuat Mella tertawa kecil.

Wanita meminum segelas air untuk membasahi dahaganya. "Begitu pula dengan Ibumu."

"Yang hanya di pikirannya hanya kamu," tambahnya membuat Emillio berdecih.

"Tante gak tahu apa-apa," balas anak itu cepat.

Mella mengeluarkan sebuah potret lama. Seorang wanita tengah mencium seorang bayi.

Di belakang foto itu tertulis, "Namanya Emillio, Kak. Aku baik-baik aja selama ada dia. Sekarang, dia kekuatan, semangat, sekaligus kebahagiaan terbesar aku."

"Ibumu begitu menyayangimu," ucap Mella lirih.

"Dan dia membuangku demi membesarkan anak orang lain." Emillio menatap tepat mata Mella.

"Dia tidak membuangmu, Emil." Mella memegang tangan keponakannya. "Dia menitipkan mu."

"Sayangnya sama orang yang salah," lanjut Mella nyaris terdengar seperti bisikan. "Dia berkerja menghasilkan uang dan setiap bulan mengirim uang itu pada Pak Tarjo. Dia juga mengirim banyak mainan untukmu. Dia selalu berharap, kamu bahagia dan bisa menikmati kerja kerasnya."

Tatapan Emillio kosong.

"Sampai dia menyadari kalau semua jerih payahnya tak pernah sampai ke tangan anaknya. Ibumu seperti orang gila, Emil saat mengetahui Pak Tarjo dan istrinya ditangkap polisi atas tuduhan kekerasan pada anak di bawah umur."

"Kamu tahu alasan kenapa ibumu kembali sama ayahmu meskipun sudah disakiti berkali-kali?" tanya Mella yang lagi-lagi tak mendapat balasan. "Kamu."

"Apa tujuan Tante ngomong gini sama aku?" tanya Emillio dingin. Tanpa ekspresi sama sekali.

EMILLIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang