Zetta tidak pernah merasakan perasaan seperti ini selama hidupnya. Di mana, hanya ditatap intens laki-laki yang dulu ia benci membuat jantungnya berdetak tak karuan.
Mungkin ini yang dinamakan karma. Dulu, setiap melihat Emillio, dia sangat bersemangat membuat laki-laki itu menderita. Sekarang, setiap melihat atau pun mendengar apa pun tentang Emillio, hatinya merasa sangat senang dan terus berupaya membuatnya tertawa.
"Masuk gak lo." Emillio berupaya menghilangkan kekesalan saat melihat Zetta hanya berdiri di depan gerbang rumahnya.
"Emm Leo." Bukannya menurut, Zetta malah berbalik untuk mendekat.
Emillio hanya berdehem membalasnya.
Zetta memegang kalung yang Emillio berikan tempo lalu. "Kalung ini adalah tanda kalau Lo suka sama gue."
Telinga Emillio langsung memerah. Bola matanya berpendar gelisah, tak menampik tak juga langsung mengiyakan.
"Dan Lo juga udah tahu kan gimana perasaan gue sama Lo."
Zetta menggigit bibir bawahnya sebelum akhirnya memberanikan diri. Jari telunjuk tangan kanan dan kiri gadis itu saling menyatu "Kalau sama-sama suka, kenapa gak-"
"Kenapa gak?" Emillio mengulang pertanyaan Zetta karena gadis itu tak melanjutkan ucapannya.
"Itu ... " Wajah putih Zetta sudah Semerah kepiting rebus.
Emillio tertawa. "Kenapa? Biasanya Lo anti yang namanya malu."
"Dasar cowok gak peka," batin Zetta menggebu-gebu.
"Biasanya cowok sama cewek itu kalau saling suka terus mereka gimana?" tanya Zetta.
Emillio mengedikkan bahu acuh tak acuh. "Mana gue tahu. Gak pernah gue urus juga."
Zetta terdiam. Mungkin, timingnya tidak tepat apalagi mengingat hubungan Emillio dengan orang tuanya. Rasanya sangat tidak adil jika sekarang ia mementingkan perasaan di hatinya.
"Gue masuk," ujar gadis itu tiba-tiba sembari berjalan ke gerbang rumahnya.
Emillio mengerutkan kening merasa bingung tingkah aneh gadis itu. Sebelum menutup gerbang, Zetta menghela napas panjang.
Ada banyak ketakutan yang terpendam dalam dirinya. Dia mulai memikirkan hal-hal buruk semacam, bagaimana kalau Emillio punya gadis lain tanpa ia ketahui?
Pada akhirnya karena tak mau memiliki beban pikiran, Zetta kembali menghampiri Emillio untuk memastikan. "Lo beneran gak lagi deket sama cewek lain selain gue 'kan?"
Emillio mengangkat kedua alis lalu sedikit berjongkok untuk menyamakan tinggi mereka sembari menatap mata Zetta serius. "Kalau ada ... emangnya kenapa?"
Zetta memalingkan wajah. Cemberut. "Lo kenapa selalu bertingkah yang ngebuat gue semakin ngerasa takut."
Gadis itu tanpa berkata-kata lagi pergi dari hadapan Emillio yang semakin merasa heran akan tingkahnya.
Dari kejauhan sebuah mobil hitam yang terparkir apik, pemiliknya tak berhenti menatap ke arah dua sejoli yang sama-sama sulit mengungkapkan apa yang mereka rasakan.
Dareen tersenyum kecil. "Dia bener-bener udah besar sekarang."
"Perasaan baru kemaren dia setinggi ini." Pria itu memegang kakinya. "Masih anak kecil yang polos dan bercerita semua yang dia alami."
Tak sadar, mata pria itu berkaca-kaca. Pak Anwar yang mendengarnya pun ikut terhanyut cerita majikannya.
Dengan mata yang berair, Dareen tertawa dibuat-buat. "Sekarang dia udah punya pacar. Rasanya waktu begitu cepat berlalu."
KAMU SEDANG MEMBACA
EMILLIO
Teen FictionEMILLIO hanyalah anak laki-laki malang yang menjadi korban kesalahan kedua orang tuanya. Author note: -Harap sedia tisu sebelum membaca✔✔ -1-10-2020 Cover by: @Defairalynn_art RANK 1 in #Fiksiremaja [12-05-2021] 1 In #Hurt [...