44. Cinta pertama

11K 2.5K 1.5K
                                    

Zetta tidak bisa tidur. Terus terbayang dalam benak bagaimana mata itu menatapnya. Mengucapkan kata-kata yang tak akan pernah bisa ia lupakan. Emillio, cinta pertamanya.

"Mami! Zetta mau pingsan!" teriaknya menendang udara ke atas. Di tempat tidur, ia seperti cacing kepanasan dengan wajah memerah seperti kepiting rebus.

Matanya menatap ponselnya yang tergeletak tak berdaya di atas nakas. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 2 malam.

"Nyebelin! Baru beberapa jam aja udah bikin kangen," kesalnya meraih ponsel itu lalu mengetikkan sebuah pesan di WhatsApp.

"Dia pasti udah tidur," gumamnya.

Zetta mengirimnya. "Malam pacarnya Zetta."

Lalu kembali mengetikkan sesuatu. "Leooooo kangeennnnn ;))"

Tak lama sebuah balasan muncul.

"Lebay."

Mata Zetta melebar membacanya. Benar-benar! Bahkan setelah mereka meresmikan hubungan, sikap Emillio tak juga kunjung berubah?

"Yak!" Zetta mengetik dengan kesal kemudian mengirimnya.

Tak kunjung ada balasan. Sementara ia tak bisa menahan kekesalan terlebih setelah 15 menit menunggu dengan mata melotot ke arah  roomchat mereka. Namun, meskipun Emillio online, laki-laki luar biasa menyebalkan itu tak juga mau membalas.

Zetta kembali mengetik dengan perasaan jengkel yang tak tertahankan.

"Tuhkan mulai deh."
"Ish Leo! Nyebelin!"

Sudah setengah jam berlalu. Emillio masih tidak membalas. Entah kenapa hati Zetta menjadi panas.

Terlebih kata 'online' yang tertera di bawah nama laki-laki.

"Online tapi gak dibalas."
"Pacar kangen dibilang lebay."
"Sabar banget gue tuh."
"Cape." Emoji nangis.

Setelah 55 menit berlalu, kata online yang tertera di bawah nama Emilio berubah menjadi mengetik dan rasa kantuk Zetta langsung menghilang. Matanya menatap layar dengan antusias terlebih saat pesan Datang.

"Gue di luar rumah Lo. Ayo ketemu."

Zetta langsung melempar ponselnya ke segala arah dan melompat turun dari ranjang lalu bergegas ke jendela kamar. Membuka tirai dengan cepat kemudian tersenyum lebar melihat kekasihnya yang mengenakan Hoodie putih kebesaran dan menutup kepala nya dengan tudung Hoodie mendongak ikut tersenyum menatapnya sambil menunggu di bawah.

Gadis itu langsung ke meja rias. Menata rambutnya yang berantakan kemudian memakai riasan di wajah dengan gerakan cepat lalu memegang dadanya yang di mana jantungnya tak berhenti berdegup kencang sebelum akhirnya ia berlari keluar.

Zetta membuka pintu utama rumah dengan tergesa dan menghampiri sang kekasih hati yang setelah melihatnya langsung mengeluarkan tawa.

Ia bertanya-tanya dalam hatinya, ada yang salah dengan dirinya?

"Kenapa?" Meskipun begitu, ia tetap mengulas senyum terbaiknya.

"Duh gimana ya bilangnya." Emillio bingung dan Zetta bertambah penasaran.

"Ada apa? Jawab gak!" Zetta tak suka dibuat kebingungan.

Emillio menggaruk tengkuknya yang sama sekali tak gatal. "Ini gue lagi berusaha menjaga perasaan Lo."

"Leo!" Zetta cemberut.

"Lo cantik." Emilio tersenyum membuat Zetta mencubit kedua pipi laki-laki itu dan menggoyangkannya ke kanan dan ke kiri.

EMILLIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang