Dareen memasuki kamar. Waktu sudah menunjukkan larut malam tak heran saat kakinya menapaki lantai kamar, ia terkejut mendapati Milly masih terjaga_tengah berdiri di jendela sembari terus menatap ke luar rumah.
"Di bawah kok berantakan banget terus kenapa kamu belum tidur, Sayang?" tanya Dareen bertambah terkejut saat istrinya itu berbalik ke arahnya dan menatap dengan mata sembab dan pipi masih berurai air mata.
"Mill?" Dareen mendekati Milly lalu memeluk erat wanitanya itu sementara Milly sudah sesegukan di dada Dareen.
Suara wanita itu bergetar hebat saat berkata, "tadi kacau. Pestanya hancur."
Milly melepaskan pelukan hanya untuk kembali menatap mata Dareen. "Leo sama Rico berantem hebat."
"Lalu?" tanya Dareen tak mengerti kenapa istrinya begitu kacau. Bukankan pertengkaran antara anak muda biasa terjadi?
"Aku membela Rico," balas Milly dengan liquid bening yang lagi-lagi mengalir deras ke pipinya. "Dan aku menyesal, Reen."
"Maksudmu, kamu menyesal sudah membela anak kita?" Dareen mengangkat dagu Milly, memaksa wanita itu kembali menatapnya.
"Rico salah, Reen dan aku membelanya di depan umum tapi yang lebih bikin aku sakit adalah_"
Milly menghapus kasar air matanya. "Tatapan Leo. Dia terluka karena aku. Melihat tatapan itu, hati aku sakit banget."
Wanita itu beralih memegang kedua tangan Dareen. "Kamu laki-laki, Leo laki-laki. Aku pikir, dia bisa lebih terbuka dan kalian akan nyambung pas bicara. Aku mohon, Reen. Tolong kasih pengertian ke Leo supaya dia gak benci aku."
Dareen tidak mengerti kenapa Milly begitu terpengaruh akan perasaan Leo padanya. Kenapa wanita itu begitu peduli atau bahkan terlihat lebih sayang pada Leo dari Rico yang mereka rawat dan besarkan.
"Aku akan bicara berdua sama dia," ucap Dareen membuat Milly mengulas senyum.
*
Masih sangat pagi bagi Dareen untuk berdiri di luar pintu rumah Emil dan menunggu sekitaran tiga menit, Emillio keluar dengan seragam sekolah yang sudah melekat rapi di tubuhnya.
Raut wajahnya langsung berubah tak suka. Laki-laki muda itu menatap Dareen sembari tersenyum pahit. "Apa Anda akan benar-benar membunuh saya karena sudah berani menghajar mulut kotor anak kesayangan anda?"
Dareen menarik tangan Emillio keluar rumah. "Ikut saya."
"Enggak!" sentak Emillio melepas kasar tangan Dareen saat mereka sudah berada di pekarangan rumah.
Dareen tersenyum miring membuat Emillio menatap tajam. Di pikiran anak itu terus berputar, apa yang Dareen tengah rencanakan?
Tiba-tiba mata Emillio melotot saat seseorang dari belakang membekap mulutnya lalu gelap sempurna datang menjemput. Ia tak sadarkan diri di pelukan Dareen yang mengukir senyum pada Pak Anwar.
Hari yang tak pernah Emillio bayangkan sebelumnya. Ia kira, setelah pertengkarannya dengan Rico, ia hanya perlu menghindar dari keluarga itu dengan berangkat pagi-pagi supaya tak perlu bertatap muka sayangnya Dareen lebih dulu bangun untuk menjegal langkahnya yang hendak pergi sekolah lalu menyuruh salah satu anak buah pria itu memberikannya bius.
Dan di sini lah Emil sekarang, terbaring di ruangan serba putih dengan bau obat-obatan yang menyengat masuk indra penciuman. Matanya menatap tajam seperti akan menguliti tubuh Dareen hidup-hidup lewat tatapan. "Apa yang anda inginkan? Apa ini cara anda mengantarkanku ke jurang kematian? Racun apa yang sudah anda berikan?"
"Rico anak angkatku," ucap Dareen tanpa diduga tanpa menjawab satupun pertanyaan Emil.
Sementara Emil, matanya yang melotot berubah. Cenkramannya yang kuat pada kasur melemah. Ucapan Dareen benar-benar fakta yang membuatnya merasa tak percaya sebab Dareen dan Milly terlihat sangat menyayangi Rico bahkan melakukan segala cara untuk melindungi anak itu sekalipun Rico salah.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMILLIO
Teen FictionEMILLIO hanyalah anak laki-laki malang yang menjadi korban kesalahan kedua orang tuanya. Author note: -Harap sedia tisu sebelum membaca✔✔ -1-10-2020 Cover by: @Defairalynn_art RANK 1 in #Fiksiremaja [12-05-2021] 1 In #Hurt [...