47. Ruang

9.2K 2.4K 1.2K
                                    

Dear kamu, yang udah saya block beberapa kali tapi tetap muncul pakai akun baru cuman buat hate author di cerita ini. Sudah, ya. Saya capek. Saya nulis cerita cuman buat wujudin mimpi aja bukan buat cari musuh.

Tidak apa cerita ini gak ada yang mau nerbitin seperti katamu, tidak apa juga kalau engga ada yang mau beli seperti katamu juga, tidak apa.

Dan satu hal lagi, saya engga kena omicron, corona, dan sebagainya. Saya cuman sakit biasa. Ya Allah kenapa jahat banget tuduhannya😭😭Perasaan kalian baca cerita ini gak keluar uang sepeser pun yang bikin kalian rugi tapi ketikan yang kalian tinggalkan bahkan jauh lebih dari kata bikin 'rugi' buat saya yang notabene-nya masih sulit bangun kepercayaan diri.

***

Sepulang dari 'menghabiskan waktu' bersama ayahnya, Emillio langsung mengunjungi Zetta yang sudah menunggu di depan gerbang dengan bibir manyun.

Gadis itu menarik tangan Emillio sembari membuka suara dengan antusias. "Setelah memikirkan nya dari semalaman, gue ingin kita mengubah cara bicara kita supaya benar-benar kayak orang pacaran."

Emillio mengerutkan keningnya. "Harus banget, ya?"

Keduanya berjalan meninggalkan area rumah Zetta.

"Harus," balas Zetta. "Supaya ada bedanya sama yang lain ngomongnya."

"Terserah," komentar Emillio membuat Zetta mengangguk semangat.

"Oh iya, gu-"

"Aku," potong Zetta tajam membuat Emillio terdiam.

Hening beberapa saat. Emillio menatap mata Zetta kemudian mengangguk mengerti. "Jadi, pengennya aku-kamuan ni?"

Zetta mengangguk sembari tersenyum.

"Oke," lanjut Emillio. "Yang penting lo, maksudnya kamu senang."

"Kamu selalu bilang supaya aku enggak bergantung sama siapa pun tapi, sikap kamu malah bikin aku jatuh hati setiap hari," kata Zetta.

Emillio mengerjap beberapa kali. "Kok aneh, ya."

Zetta menatap berbinar-binar. "Baper kan?"

"Enggak, cara bicara kamu justru bikin aku ingat sama Zenna."

Bugh!

Akh

Emillio meringis kesakitan memegang kaki kanannya yang diinjak sekuat tenaga oleh Zetta. Sementara gadis itu malah berjalan dengan raut marah meninggalkannya.

Emillio mengejar dengan panik. " Ta ...."

"Zetta!"

"Masa gitu doang marah sih." Emillio mengekor di belakang Zetta persis seperti anak ayam pada induknya.

Zetta hanya diam dan terus melangkah sampai Emillio menahan pergelangan tangan gadis itu dan memaksanya berbalik.

Zetta menangis dan Emillio tak bisa menahan keterkejutan. "Ta-"

"Zenna itu suka sama kamu," ungkap Zetta menatap mata Emillio. "Kamu juga dulu punya perasaan yang sama kan?"

Emillio tak menjawab.

"Cara kamu natap dan bicara sama dia berbeda saat kamu natap dan bicara sama aku nunjukin semuanya," lanjut Zetta.

"Iya," jawab Emillio. Zetta berbalik dengan tangan terkepal kuat. Enggan lagi menatap kekasihnya.

"Dulu," lanjut Emillio. "Sekarang semuanya udah beda."

"Yah cuman status," gumam Zetta.

"Cuman?" Emillio menatap tak percaya.

EMILLIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang