Wanita berhijab yang mengenakan gamis itu meletakkan lima lembar foto di meja lalu duduk di hadapan Dareen yang menatapnya.
"Meskipun dia besar di panti ini tapi setelah pergi, dia gak lagi mau berhubungan dengan kami." Wanita setengah baya itu tersenyum getir. "Salah saya juga yang membuat luka di hatinya hingga nyaris semua kenangannya di sini dia buang bahkan poto bersama anak-anak panti, dia mencoret wajahnya sendiri sebelum pergi. "
Wanita itu menunjuk foto anak kecil laki-laki yang wajahnya dicoret. "Jika Anda bertemu dengan anak itu, Emil. Tolong sampaikan permintaan maaf saya yang sebesar-besarnya."
Terlihat, wanita itu menahan mati-matian air matanya. "Saya telah membuat kesalahan yang mungkin gak bisa Emil maafkan."
"Maaf, tadi Anda bilang Emil?" Dareen mengeluarkan foto Leo. "Yang saya tahu nama anak ini Leo."
"Nama aslinya Emillio, nama itu diberikan oleh Ibu kandungnya melalui gelang besi bertulis yang dulu saat kecil sering dia pakai," jelas Ibu panti membuat Dareen tak mampu menahan keterkejutan.
"Nama anak kita Emillio, nama itu aku berikan karena sebagian terdapat namaku. Emillio dan aku, Emillyana."
*
Emill memainkan gelang yang sudah tak dapat dipakai di pergelangan tangannya sembari menunggu dengan bosan, Zetta yang ia pikir adalah Zenna yang tengah ke kamar mandi umum untuk buang air kecil.
Lama menunggu, tatapannya mendadak terpaku pada gelang yang bertuliskan huruf M love E dan jika diperhatikan lebih detail lagi, terdapat tulisan kecil di bawah huruf besar itu, Emillyana ♥ Emillio
"Lagi ngapain?" tanya Zetta yang spontan membuat Emil memasukkan kembali gelangnya ke kantung celana.
Laki-laki itu menaiki sepedanya. "Ayo."
Zetta mengedikkan bahu tak peduli pada pertanyaannya yang diabaikan Emillio.
Gadis itu memegang pundak Emill saat sepeda mulai dijalankan. Selama perjalanan mereka ditemani keheningan sampai tiba-tiba Emill menghentikan laju sepedanya.
Zetta turun hendak memaki tetapi urung saat melihat pemandangan di depannya. Banyak tumbuhan ilalang yang panjang dan bewarna kehijauan serta sebuah ayunan berwarna putih di dekat danau yang airnya berwarna kebiruan.
"Wow." Gadis itu menutup mulut terkejut, ia merentangkan tangan lalu memejamkan mata saat angin membelai lembut wajah dan rambutnya.
"Ini tempat terindah yang pernah gue- maksudnya ini tempat terindah yang pernah aku kunjungi seumur hidup," pekiknya senang. "Aaaaaaa bagussss banget."
Zetta berlari ke tengah-tengah tumbuhan ilalang sembari merentangkan tangan. "Aaaaaaaa Leooo!"
Emillio hanya mengangkat sudut bibir, tersenyum miring melihat gadis itu tertawa bahagia sembari menari, memutar-mutar tubuhnya senang.
"Ayo poto," kata Zetta menyerahkan ponselnya pada Emil sembari membenarkan tatanan rambutnya.
Sekitar empat kali Emil memotret gadis itu dan Zetta terus meminta lagi dengan memasang gaya berbeda-beda membuat Emil merasa jengkel. "Udah atau gue pulang?"
"Sekarang kita poto berdua," ujar Zetta senang menarik kasar kerah baju Emil mendekat ke arahnya.
"Senyum Leo," titah Zetta menatap ke sampingnya di mana Emil hanya memasang wajah datar. "Senyum atau aku cium?" ancam Zetta kesal.
Spontan mata Emillio melotot. Laki-laki itu kemudian menatap tak suka."Apaan sih lo?"
"Makanya senyum ih kaku banget," balas Zetta memelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
EMILLIO
Teen FictionEMILLIO hanyalah anak laki-laki malang yang menjadi korban kesalahan kedua orang tuanya. Author note: -Harap sedia tisu sebelum membaca✔✔ -1-10-2020 Cover by: @Defairalynn_art RANK 1 in #Fiksiremaja [12-05-2021] 1 In #Hurt [...