33| Sakit

13.2K 2.7K 1.6K
                                    

Darren sama sekali tak menyapa Ibunya saat ia mengikuti Emillio masuk ke dalam rumah.

Namun, ketika akan memasuki kamar Emillio, Rosa menahan pergelangan tangannya. Pria itu segera menghempas kasar. "Sampai kapan, Mom?"

"Aku kecewa saat Mom menyembunyikannya dariku," katanya dengan napas berhembus terburu. "Mom membuatku merasa menjadi penjahat di mata anakku sendiri."

Kemudian, berjalan memasuki kamar putranya meninggalkan sang Ibu yang menatap sendu punggungnya. "Semoga hubungan mereka segera membaik."

Darren menghembuskan napas panjang saat melihat anak itu tengah duduk di dekat jendela sembari menatap kosong jauh ke luar.

Perlahan tapi pasti ia mendekat, mengambil kursi belajar yang terletak di dekat ranjang kemudian membawa dan meletakkannya di samping Emillio. Ia ikut duduk di sana.

"Kenapa enggak masuk aja tadi?" tanyanya buka suara. "Setiap malam Mama kamu bilang kangen sama kamu. Papa sampe capek dengernya."

Hening. Anak itu sama sekali tak menimpali. Bagaimana lagi? Definisi orang tua adalah dari bagaimana sudut pandang seorang anak terhadap perilakunya.

Bagaimana bisa Emillio menerima Darren dan Milly di saat yang mereka lakukan selama ini hanya membuat kenangan buruk dengannya.

"Emil ... "

Kursi yang sedari tadi Darren duduki didorong ke belakang, pria itu menjatuhkan kedua lututnya ke lantai, menatap dengan sorot mata penuh luka. "Maafin Papa."

Maka Emillio sudah tak bisa diam saja, anak itu memundurkan tubuhnya dengan mata memerah menahan amarah. "Kesalahan mana yang harus ku maafkan?"

Darren membisu.

Emillio memejamkan mata lalu berjalan memasuki kamar mandi meninggalkan sang Ayah yang terduduk lemah.

Anak itu, wajahnya memang benar-benar mirip dengannya tetapi sipat keras kepala persis seperti Ibunya.

Darren berjalan lunglai menemui Ibunya yang tengah berkutat di dapur. "Mom," panggilnya lemah.

"Aku ingin lebih dekat dengannya." Darren melanjutkan. "Kalau kita tinggal bersama, itu akan lebih mudah memperbaiki hubungan kami."

"Lalu?" tanya sang Ibu sembari berhenti mengiris bawang.

"Jual rumah ini dan tinggallah bersamaku. Emillio akan ikut bersamamu."

Termenung beberapa menit, Rosa berbalik. "Aku baru saja mendapat kepercayaannya, Darren."

"Cuman Mom satu-satunya harapanku," balas Darren memohon. "Please ..."

Melihat tubuh kurus dan kantung mata sang anak yang menghitam membuat Rosa merasa kasihan. Pada akhirnya wanita itu mengangguk pelan, "akan aku usahakan."

Barulah seulas senyum terukir di bibir Darren.

💦💦💦

Emillio dalam perjalanan pulang dari apotik sehabis membeli obat untuk neneknya. Dalam mobil, mata laki-laki itu terus melihat ke arah ponsel.

"Tumben senyap," gumam Emil karena biasanya gadis gila maksudnya Zetta tak berhenti mengirim pesan dan menelpon.

Tunggu, apa itu berarti sekarang ia mulai terbiasa direcohin Zetta?

Emillio menggeleng pelan, ia memalingkan wajah ke arah jalan dan betapa terkejutnya ia melihat gadis yang sedari tadi ia tunggu kabarnya sekarang tengah tersenyum cerah sembari membagikan kotak entah berisi kue atau makanan pada orang jalanan.

EMILLIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang