42| Kebenaran

10.9K 2.8K 1.7K
                                    

"Ini hari bahagianya Lo." Zetta berujar kacau. "Gak seharusnya Lo ngomong gitu. Gue gak suka Leo."

Emillio tak menimpali. Tatapan nya lurus ke depan, begitu banyak hal yang ia pikirkan.

"Gue capek," tuturnya mencoba jujur membuat Zetta meremat kuat tangannya.

"Gue mau tidur nyenyak kayak orang lain, Ta." Tatapan Emillio kosong. Suaranya serak dan lemah.

Melihat mata sayu itu membuat Zetta ikut merasa sesak.

"Gue harus bisa ngatasin ini semua," lanjutnya. Kemudian, menjatuhkan kepalanya di bahu Zetta. "Gue harus lawan rasa takut gue."

"Lo tahu, gue selalu berjalan di samping Lo buat ngedukung Lo," balas Zetta. Emillio tersenyum kecil.

"Gue tahu," katanya.

"Hidup gak selalu berjalan seperti apa yang kita inginkan. Karena nya kita harus mencoba berdamai dengan keadaan dan menjadi lebih baik dari hari ke hari." Zeta menyatukan jari jemari mereka.

Dengan tangan kiri yang tak memegang apa-apa, Zetta mengambil sebuah kado di belakangnya. "Selamat bertambah usia, Leo. Gue harap Lo selalu bahagia di mana pun Lo berada. Terutama saat kita lagi berdua."

"Wait," seru gadis itu membuat Emillio menjauhkan diri. Zetta bangkit, berjalan menjauh. Selang beberapa menit muncul dengan sebuah kue dan lilin di atasnya.

Menyodorkan pada Emillio yang memejamkan mata, berdoa dan membuka kelopak matanya hendak meniup lilin tetapi_

"Semoga kita jodoh. Aminnn," seru Zetta lalu dengan segera meniup lilinnya.

Emillio menatap datar asap yang keluar dari lilin yang sudah mati dengan Zetta cengengesan tak berdosa.

"Lo bisa gak, sekali aja gak bikin gue emosi?" Emillio kesal. Yang ulang tahun siapa, yang semangat tiup lilin siapa.

"Lo marah?" Zetta mencebikkan bibirnya. "Masa gitu doang marah," cibirnya.

"Ish Leo gue kan gak sabar mau makan kuenya berdua sama Lo." Zetta mengedipkan matanya beberapa kali. Mencoba bertingkah imut.

Emillio mencabut lilin di atas kue itu kemudian mengambil beberapa kue di tangannya dan mengoleskan kue itu dari kening ke hidung Zetta yang langsung berteriak histeris.

Anak laki-laki itu tertawa seraya berlari menghindar dari Zetta yang semangat empat lima ingin balas dendam. "Sini gak Lo. Sini! Leo!"

Terjadi aksi kejar-kejaran bertabur tawa di sana.

Zetta terduduk di pinggir danau sembari membasuh muka dan tak berhenti menggerutu. Emillio duduk diam memperhatikan.

"Gara-gara Lo riasan wajah gue kehapus," kata Zetta kesal.

Emillio tersenyum tipis. "Bagi gue, Lo lebih cantik kalau gak pakai apa-apa."

"Hah?" Zetta melotot. "Dasar cowok mesum!"

Emillio blank. " Maksud gue tuh kalau Lo apa adanya. Gak pake make up. Lo mikir apa sih?"

Zetta diam tak mau menjawab. Lebih tepatnya malu. Ia kenapa menjadi sensitif seperti ini sih.

"Eh Leo, gimana kadonya? Lo suka?" tanya Zetta mengalihkan pembicaraan.

Emillio membuka kotak kado di depannya. Menemukan sebuah syal berwarna merah di sana. Ia tersenyum. Namun, segera memasang wajah datar saat Zetta berbalik memandangnya.

"Lo suka?" tanya Zetta memastikan.

"Enggak," jawab laki-laki itu sekenanya.

Zetta langsung berkacak pinggang. Jika di dunia kartun, sudah tumbuh tanduk di kepalanya.

EMILLIOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang