• 03 •

7 2 0
                                    

Playing Now
Natalie Taylor | Surrender

⏪⏸⏩

I'm not tired

I'm not tired

I'm not tired

Gumaman itu terus menerus keluar dari bibirnya, tangannya dengan erat memeluk kedua lututnya, matanya menatap kosong ke depan, dimana lorong gelap yang terlihat tak ada ujungnya itulah yang menjadi teman bicaranya.

I'm not surrender

Faktanya apa yang diucapkan oleh bibirnya berbanding terbalik dengan apa yang dia alami saat ini, rasa putus asa, lelah, ingin menyerah dan yang lain bercampur menjadi satu dalam hatinya.

Sepasang mata yang menatap kosong ke depan itu mengeluarkan air mata perlahan, satu tetes dua tetes dan disusul tetesan seterusnya.

"Kau bilang kau tidak lelah? Tapi aku melihat sinar lelah dimata mu." Suara seseorang menggema di ruang gelap itu, hingga dia yang tengah menatap kosong ke depan mengedarkan pandangan, mencoba mencari siapa yang berbicara.

Dia bangkit dari posisinya, matanya menatap nyalang pada lorong tak berujung di hadapannya. "Jangan coba-coba mengejekku." Ucapnya geram.

Suara kekehan terdengar menyambut, membuatnya mengepalkan tangan. "Kau ingin menyerah? Kau lelah? Kau mau berkhianat? Kau mau menjadi sosok yang paling kau benci? Menjadi orang munafik hah?! Ingat apa yang kau janjikan padanya! Ingatlah!"

Nafasnya memburu dengan jantung berdetak cepat, emosinya meningkat, perasaannya bimbang, antara ingin kembali dan tidak. "Tapi jika aku kembali, kau akan meninggalkan ku." Dia berucap parau dengan tubuh yang kembali meluruh, suara isakan tangis makin terdengar keras dan menggema.

Namun tangisan itu malah disambut tertawaan yang terkesan mengejek. "Kau takut sendirian hah?! Biasanya kau selalu melakukannya sendirian kan?! Kau tak butuh bantuanku! Jadi untuk apa aku ada disini jika kau saja tak membutuhkan ku?!" Suara yang menggema itu menyaut dengan penuh kegeraman yang membuat dia menggelengkan kepalanya. "Aku membutuhkan mu Andreas, aku tidak mau sendirian." Balasnya dengan parau.

Hingga ahirnya sosok yang dipanggil Andreas itu menampakkan wujudnya, membuat dia terperangah melihat wujud Andreas, terlihat anggun dengan sinar kejam dimatanya yang berwarna hitam pekat, khas mata iblis.

"Kembalilah, cari jalan keluar, mereka benar-benar kehilangan dirimu." Ucap Andreas dengan lembut, dia perlahan berjalan mendekati Andreas dan memeluknya erat yang dibalas oleh Andreas tak kalah erat. "Tapi kau harus berjanji padaku, jangan pernah tinggalkan aku." Mohonnya yang langsung diangguki oleh Andreas, mereka mengurai pelukan. Andreas menangkup wajahnya lembut, dia berkata.

"Aku akan selalu ada untukmu, kembalilah! Mereka menunggumu. Aku tak bisa menunjukkan jalan keluar, jiwa ku terkurung diruang yang paling pekat, kau harus berusaha keluar sendiri." Perlahan Andreas menjauhkan tangannya dan menghilang bagai disapu angin.

Dia menunduk sejenak dengan tangan terkepal, lalu sedetik kemudia mendongak dengan mata yang memancarkan sinar dingin dan kejam bersamaan. "Baiklah, aku kembali."

Sebuah suara menyaut. "Bagus ...

... Aya!"

...

Prang

Decakan keras keluar dari mulutnya, terlalu banyak melamun membuatnya tak sadar melepaskan gelas hingga berakhir jatuh di atas kakinya. Dengan tak sabaran dia mencabut beberapa pecahan beling yang menancap dipunggung kakinya, tanpa ada raut kesakitan sama sekali, wajahnya terkesan datar.

Ketika selesai dengan pecahan beling dikakinya, kepalanya mendongak, atensinya teralihkan kala melihat kotak musik yang terpajang dilaci meja kaca miliknya.

Dengan pelan tangannya membuka laci dan mengambil kotak musik itu, jarinya memutar kunci yang ada di samping kotak musik, hingga kotak musik itu mengeluarkan suara seseorang yang sangat dia kenal.

Bersamaan dengan itu pula, permukaan kotak musik yang terbuat dari kaca mengeluarkan cahaya dan terlihat kata-kata yang diucapkan.

Bunda ..
Bunda adalah wanita terkuat yang aku lihat setelah Nenek buyut dan Nenek, Bunda adalah wonder woman buat aku.
Jika aku pergi apa Bunda akan mengikhlaskan kepergianku? Apa Bunda tak keberatan jika aku pergi? bahkan untuk selama-lamanya?

Maaf jika aku pernah berbuat salah pada Bunda, perkataan yang berarti membangkang, menyentak dan hal buruk yang menyakiti hati lembut Bunda, aku minta maaf.

Meski aku tahu, maafku tidak akan menghapus semua dosa yang telah aku perbuat.

Bunda ..
Aku mengucapkan terimakasih atas semua yang telah Bunda berikan padaku selama ini, aku menyesal karena tak bisa membalasnya dengan hal apapun.

Bunda ..
Aku minta maaf jika mempunyai kesalahan yang tak termaafkan, sampai juga maaf ini pada Ayah yang suka marah-marah karena Aku.

Aku pamit Bunda, assalamu alaikum ..

Wanita itu terisak hebat dan memeluk kotak musik dengan erat di dadanya, mendengar pintu kamarnya terbuka, wanita itu tak peduli dan tetap menangis, menumpahkan semua yang dia rasakan dengan air mata.

Merasa beberapa pasang tangan kecil memeluknya, tangisnya semakin keras, wanita itu terisak hebat.

"Kita berjuang sama-sama Bunda." Ucap salah satu dari mereka dengan senyum tipis yang terkesan dipaksakan, karena saat ini wajah mereka penuh dengan air mata.

Mereka yang tak lain adalah Astaroth, Asrael dan Azazel yang mendengar semuanya dari balik pintu. Melihat Bunda mereka menangis membuat mereka tak tega dan menghampiri Bundanya, memeluk wanita itu dengan erat.

Mereka menangis bersama, menumpahkan apa yang mereka rasakan dalam hati mereka.

Jika bisa berharap, aku ingin Kakak kembali lagi kedalam pelukan kita.

...

Kakinya melangkah menghampiri seseorang yang tengah tertidur di ranjang, tubuhnya merangkak menaiki tubuh seseorang itu, seseorang yang tak lain adalah kekasihnya.

Matanya memindai wajah Septi yang terpahat sempurna, hidung mancung, bulu mata lentik dan bibir merah yang selalu memancing nafsunya.

Perlahan wajah Aya mendekat dan mendaratkan kecupan-kecupan kecil dibibir Septi, membuat si empunya terusik sebentar dan kembali tertidur lelap.

Dengan nafas yang mulai memberat, tangannya menyusup masuk, meraba punggung Septi tanpa halangan sedikitpun, wajahnya mendekat perlahan. Aya membuka mulut dan melumat dan mengulum bibir Septi dengan penuh nafsu, hal biasa yang selalu dilakukan gadis itu akhir-akhir ini.

Hal itu membuat Septi membuka matanya, laki-laki itu berusaha melepaskan diri dengan cara menggelengkan kepalanya kekanan dan kiri. Tak kehabisan akal, Aya menahan belakang kepala kekasihnya dengan jarinya, tangannya sedikit mengangkat kepala Septi dan gadis itu memperdalam kulumannya, tak peduli dengan kekasihnya yang megap-megap kehabisan nafas.

"U-udah.. Hah-"

Missing You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang