• 28 •

0 0 0
                                    

Playing Now
David Guetta feat. Nicki Minaj, Bebe Rexha & Afrojack | Hey Mama

⏪⏸⏩

Bugh

Bugh

"Terus Titania! Anggap samsak itu adalah musuh kamu selama ini."

"Jangan mau menjadi perempuan lemah Titania! Jadilah perempuan tanpa belas kasihan jika pada musuh mu."

"Hidupmu masih panjang Titania, akan ada banyak ujian hidup yang harus kamu lewati, dan kamu harus mempersiapkan tenaga mu sejak saat ini."

Sesa melipat tangannya di dada, memperhatikan Tita yang kini terus meninju samsak dengan tubuh yang basah oleh keringatnya sendiri. Malam ini Sesa sengaja menyuruh Tita berlatih, agar gadis itu tak bersantai di dalam kamar dan gelisah tak karuan.

Sesa tahu apa yang dipikirkan oleh Tita, bagaimana bisa gadis sepertinya yang bukan apa-apa menjadi bagian dari keluarga ini. Tita mungkin bertanya-tanya tentang itu, tapi tanpa seorang pun ketahui Sesa tahu jawabannya.

Tita mengira dia adalah anak jalanan yang dibuang oleh keluarganya, kehadirannya di dunia ini tak diinginkan oleh siapapun, tapi status sebenarnya bukan sembarangan status, Sesa tahu itu.

Dia tak mungkin menerima seseorang tanpa menyelidikinya terlebih dahulu.

Anak ini sudah berada ditanganku, kalian tak akan bisa mengambilnya kembali. Sinis Sesa dalam hati.

...

Aku manusia yang ragu apakah diriku manusia atau bukan, dan hingga akhirnya aku menemukan jawaban, bahwa aku memang benar-benar bukan sepenuhnya manusia.

Sulit menerima jika aku bukan sepenuhnya manusia, aku tercipta dari hubungan yang sangat kotor, aku khawatir bagaimana keturunanku nantinya.

Soemita menghentikan bacaannya, hatinya dilanda rasa gundah gulana, saat membaca bait pertama saja rasa sakit sudah menghujam hatinya, kepalanya pening memikirkan jika dia bukan lah sepenuhnya manusia.

Tapi disatu sisi, dia penasaran, bagaimana bisa dia bukan manusia sepenuhnya? Apa yang terjadi sebenarnya.

"Ibunda.. Apa memang benar kau bukan manusia sepenuhnya?" Lirih Soemita sambil menatap sebuah lukisan yang terpajang di ruangannya.

Seorang wanita dengan wajah cantiknya, sebuah mahkota tersemat apik dikepalanya, memakai baju ala kerajaan dan senyum devil yang terpasang dibibirnya. Dan Soemita baru saja sadar jika ditangan sang Ibunda terdapat sebuah tongkat emas dan punggung wanita itu digambarkan sepasang sayap berwarna hitam.

Bertahun-tahun Soemita memajangnya, dan dia baru sadar akan keberadaan sayap serta tongkat emas itu, mungkin karena selama ini dia hanya fokus pada wajah cantik sang Ibunda.

Berkali-kali melihat dan menatap wajah sang Ibunda, ingatannya selalu kembali pada masa-sama itu, masa-masa dimana...

"Ahh ..sudahlah, memikirkan nya membuatku sakit hati kembali, lebih baik aku melihat Sesa yang tengah melatih Tita." Gumamnya lalu menganggukkan kepala.

Soemita menyimpan buku tebal itu di rak khusus dan berlalu keluar ruangan, setelah beberapa lama kemudian, lukisan yang selalu Soemita pandangi mengeluarkan asap hitam dan cahaya bersamaan.

"Bocah nakal itu sudah menjadi Kakek-kakek ternyata."

...

Septi melirik sekilas pada sang Ayah yang menatapnya dengan tatapan menyelidik, tak acuh dengan itu, laki-laki itu melanjutkan kegiatannya.

"Septi, kamu ngapain aja sama mereka? Kamu tidak diapa-apakan kan? Kamu tid-"

"Psstt!! Diam Ayah." Potong Septi yang membuat Raikan diam, karena penasaran dengan apa yang dilakukan anaknya, Raikan mendekat dan menatap layar komputer.

"My Sweet Audrina." Raikan mengaja huruf-huruf yang terpampang dilayar komputer, pria itu melirik putranya penasaran.

Septi hanya diam dan fokus. "My Sweet Audrina bukannya film ya, boy?" Tanya Raikan, Septi mengangguk sekilas dan memilah-milah bagian mana yang akan dia tonton.

Raikan akhirnya diam dan mengikuti putranya yang menonton, kegiatan ini berlangsung seru bagi Raikan, karena menonton dengan putranya.

Tapi tidak untuk Septi.

Pikirnya kondisi Audrina yang ada dalam film sama seperti dirinya, Audrina dipaksa dan dituntut untuk menjadi Audrina ke satu oleh orang tuanya. Sedangkan Septi dipaksa untuk kuat dan harus menerima keadaan dan kodisinya saat ini.

"Isshh! Itu Mommynya keguguran, tapi kenapa Audrina hanya diam dan tidak bertindak? Ini salah Audrina yang malah keluar dari rumahnya, padahal dia sudah dilarang."

"Emmhh Ayah tidak suka pada Vera itu, dia manusia tak tahu diri!"

Septi hanya diam menikmati ocehan sang Ayah yang berpendapat tentang film yang dia tonton, ada saja tindakan bodoh Audrina yang gadis itu lakukan tanpa pikir panjang.

Septi hanya bisa mendesah dalam hati ketika melihat adegan Audrina yang menikah tanpa memikirkan apa yang akan terjadi ke depannya, dia dibuat menggeleng ketika malam pertama pengantin baru yang seharusnya indah, justru berbeda pada Audrina.

Hidup Audrina dipenuhi bayang-bayang masalalu yang buruk, sama seperti dirinya. Pendapatnya dalam hati.

"Akhir yang cukup membahagiakan." Decak Septi malas melihat akhir film itu, hanya ada adegan kejar-kejaran tanpa adegan pembunuhan, Wahid menipunya, tapi tak apalah.

My Sweet Audrina cukup asik untuk ditonton ulang. Monolognya dalam hati.

"Ayah punya rekomen film bagus." Septi menoleh cepat, menatap Ayahnya dengan sorot penasaran. Melihat putranya yang tak sabar, Raikan tersenyum lebar.

"Film Bebas aja, rekomen banget tuh, coba tonton." Kelakarnya antusias, meski tak yakin karena judulnya yang terasa ambigu, Septi tetap mencarinya hingga menemukan yang lengkap, mereka menonton kembali.

"Krish-nya bar-bar banget, Yah." Raikan mengangguk setuju atas pendapat Septi, tapi melihat tujuannya yang positif, yaitu untuk melindungi teman-temannya Raikan oke-oke saja.

Sebenarnya Raikan hanya iseng menyebut film itu, lagipun dia tak tahu filmnya seperti apa, dan ini baru pertama kali dia menonton.

Film ini membuatnya kembali mengingat masa-masa SMA, penuh canda dan tawa walau ada bagian sedihnya.

"Ayah tidak suka pada watak Andra, tipe laki-laki cemen yang hanya berani menggoda perempuan beramai-ramai." Decih Raikan saat melihat adegan Andra yang menggoda Vina di toilet, bahkan hampir meraba-raba tubuh gadis itu jika saja Kris tidak datang dan menghajar Andra hingga babak belur.

Septi mengangguk-angguk dan melirik Ayahnya sekilas, sedetik kemudian dia tersentak dan kembali menoleh pada Ayahnya.

"Ayah kenapa? Kenapa Ayah nangis?"

Missing You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang