• 34 •

0 0 0
                                    

Playing Now
Europe | The Final Countdown

⏪⏸⏩

Broken Angel kembali.

Itulah yang Arno dengar dari anak buahnya, dan perkataan itu juga dibuktikan dengan penghuni hotel Mawar yang mati dalam satu malam.

Sial! Benar-benar sial!

Arno memaki dalam hati, kenapa juga Broken Angel harus kembali? Setelah bertahun-tahun lamanya menghilang bagai ditelan bumi, bisa-bisanya Broken Angel kembali dan membuat kekacauan-ciri khas Broken Angel.

Yang membuat Arno kesal bukan karena datangnya kembali Broken Angel, tapi bisa-bisanya Broken Angel yang tak dia ketahui wanita atau pria itu membunuh semua penghuni hotel Mawar dalam satu malam.

Hancur sudah semua rencana yang selama ini dia bangun!

Masalahnya salah satu penghuni hotel itu adalah orang yang membuat putrinya meninggalkannya, mati di hadapan mereka semua, dan Arno ingin membunuhnya dengan ganas dan tanpa ampun.

Tapi kedatangan Broken Angel dan ulah sosok itu menghancurkan semuanya.

Arno melempar dokumen yang ada ditangannya dengan geram.

"Ishh ...bangsat sekali Broken Angel itu!"

Mulutnya tak berhenti memaki, dan tak sadar jika makian itu terdengar oleh seseorang yang baru saja membuka matanya setelah beberapa tahun terpejam rapat.

Seseorang itu terkekeh sinis dan menatap ke atas dengan sorot kosongnya, sekilas matanya berkilat merah. "Ayah Bangsat!" Gumamnya.

...

Tidak ada yang bisa dia lakukan sekarang, rasa bosan tengah melandanya. Saat ini jam istirahat ke satu tengah berlangsung, tak seperti teman-temanya yang makan di kantin, Septi memilih tidak ikut karena masih kenyang.

Disinilah dia sekarang, dilapangan basket milik sekolah, tangannya senantiasa memantul-mantulkan bola dan men-driblenya hingga bola itu lolos masuk ke ring untuk yang ke-sekian kalinya.

Merasa cukup karena tubuhnya juga sudah berkeringat, Septi mendudukkan dirinya di pinggir lapangan. Hingga tak lama kemudian, sebuah botol terulur padanya, membuatnya mendongak.

Mata hitam legamnya menatap seorang gadis yang kini tersenyum manis padanya, membuat Septi diam-diam bersecih sinis dalam hati. Tak menghiraukan itu, Septi mengambil botol miliknya sendiri dan meminum airnya.

Seketika gadis itu merengut kesal. "Kok lo ngga nerima air dari gue sih?! Gue rela-rela ke kantin beli air buat lo." Sungutnya geram, gadis itu mendudukkan dirinya di samping Septi dan memperpendek jarak mereka. Spontan Septi menggeser tubuhnya menjauh.

"Ngga ada yang nyuruh lo beli." Balas Septi datar.

Septi beranjak berdiri dan hendak pergi dari sana, namun tertahan karena gadis yang tak dikenalnya mencekal tangannya dengan kuat, lagi-lagi Septi berdecih dalam hati.

Belum sempat menyentakkan tangannya, sebuah tangan mungil berkulit putih lebih dulu menyentaknya, membuat gadis itu meringis dan Septi yang berdiri diam di tempatnya tanpa melakukan apapun.

"Heh! Pergi sana lo! Jangan ganggu Adek kita!" Sentak sebuah suara, Septi menoleh dan sedikit menunduk, memandang Silvee yang kini ada di hadapannya, menatap ganas pada gadis yang tak di kenalnya itu.

Tak memperdulikannya, Septi beringsut berdiri di dekat Dani, kini posisinya diapit oleh Dani dan Anton yang ada di sebelahnya.

"Adek lo? Kalian bahkan ngga mirip sama sekali." Lily-nama gadis itu-membantah dengan kasar, sesekali ekor matanya melirik Septi yang hanya diam, membuatnya mendengus samar.

Missing You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang