• 19 •

1 1 0
                                    

Playing Now
Camila Cabello | Never Be The Same

⏪⏸⏩

Sring sring

Tring

Aya kecil menatap sengit pada Ayahnya kini menjadi lawannya dalam beradu senjata, tangan kecilnya dengan lincah terus mengayunkan belati kecil ditangannya, senjata ini jelas tak sebanding dengan Ayahnya yang memakai pedang.

Arno terkekeh remeh sambil terus menangkis serangan putri cantiknya itu. "Ayah yakin tidak ada laki-laki yang tertarik padamu."

Pandangan Aya tak teralihkan sedikitpun dari wajah sang Ayah, sedangkan belatinya terus menyerang pria itu dengan brutal.

Arno berusaha mengelak secepat mungkin, meski serangan putrinya itu terkesan acak, tapi mengincar semua titik kelemahannya. Pria itu sedikit kualahan karena putrinya bergerak lebih cepat dari perkiraannya.

"Laki-laki tidak akan suka pada gadis yang kasar."

Tring

"Laki-laki tidak suka gadis yang galak."

Trang

Meski sudah kualahan, Arno terus saja memanas-manasi putrinya itu, membuat Aya semakin meradang dan semakin gencar memberikan serangan.

Pertarungan sudah berlangsung dari satu jam yang lalu, tapi belum ada tanda-tanda dari keduanya yang akan menyerah atau kalah, membuat sang pengawas yang tak lain adalah Soemita Wijaya was-was, apalagi melihat tatapan tajam dari cucu perempuan satu-satunya.

Aya terkekeh sinis melihat sang Ayah yang kualahan menghindari serangannya. "Kenapa Ayah? Ayolah, beri serangan balik, tadi kau begitu sombong ingin menantangku, tapi sekarang kau malah sibuk menghindar." Remehnya dengan tangan yang menghunuskan mata belatinya pada pundak Arno.

Jleb

"Hei! Stop! Apa yang kau lakukan?!"

Di tepi arena, Soemita nyaris pingsan melihat bagaimana tangan kecil cucunya terus memperdalam tusukan di pundak anak bungsunya.

Sementara itu, Arno menatap putrinya datar. Meski dalam hati dia memaki karena tusukan di pundaknya begitu nyeri, rasa sakitnya membuat kepalanya hampir pecah.

Ini bukan tusukan biasa, Arno tahu itu, putrinya menyalurkan sedikit tenaga dalam hingga tusukan ini terasa menembus ke tulangnya.

"Huuftt, bersyukur kau tidak aku bunuh Ayah. Awas saja jika kau mengolokku lagi, lain kali matamu akan aku tusuk, dan hidungmu yang mancung itu akan aku patahkan." Ucap Aya ketus, setelah itu Aya jatuh ambruk karena Soemita yang memukul tengkuknya hingga pingsan.

Dan akhirnya, Arno pun jatuh ambruk juga. Rintihan keluar dari mulutnya, tangannya meraba pundaknya yang kini berlumur darah. Ekor matanya melirik sang Ayah yang membopong putrinya keluar.

Arno mendesis kesal. "Benar-benar iblis kecil itu." Rutuknya pelan.

"Sayang! Kau memikirkan apa?" Ria menyentuh pundak Arno dari belakang, sedikit heran dengan Arno yang diam dan memandang kosong pada layar laptop.

Karena sentuhan lembut itu, akal Arno kembali pada tempatnya, pria itu menoleh dan mengecup bibir istrinya sekilas.

"Aku teringat masa lalu." Ucap Arno pelan sambil melanjutkan pekerjaannya kembali.

Ria hanya mengangguk dan mendudukkan diri kembali di sofa, tatapannya tak teralihkan sedikitpun dari wajah suaminya yang tampan, Ria berdecak lirih.

Missing You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang