• 04 •

8 2 0
                                    

Playing Now
Clean Bandit feat. Demi Lovato | Solo

⏪⏸⏩

Baru saja lega karena bisa mengambil nafas, Septi dibuat gelagapan kala bibirnya kembali dikulum dengan begitu brutalnya oleh Aya. Ciuman itu berpindah kepipi, Aya menggigit pipi Septi pelan dan meninggalkan bekas samar.

Bibir gadis itu pindah, lidahnya terjulur menjilat telinga Septi dengan pelan, membuat sekujur tubuh Septi lemas dan panas dingin. Septi berusaha menahan erangan yang akan keluar dari mulutnya.

"Shhh.. Ahh.."

Tanpa bisa ditahan, desahan keluar dari mulutnya, membuat Aya semakin nafsu dan menggigit leher Septi dengan sensual, nafas Septi memburu cepat dengan badan yang menggelinjang geli.

Usapan tangan Aya dipunggungnya membuat Septi merinding dan geli, bulu kuduknya meremang, tangannya refleks terangakat dan mendekap tubuh Aya dengan erat.

Badannya menggelinjang geli kala Aya menghisap lehernya kuat, desahan kembali keluar dari mulutnya.

Puas dengan leher kekasihnya, mulut Aya beralih dan kembali mengulum bibir Septi, karena tak kunjung membuka bibirnya, Aya menggigit kecil bibir bagian bawah Septi hingga laki-laki itu mendesah dan membuka bibirnya, sehingga dengan mudah lidah Aya menelusup masuk dan mengabsen deretan gigi dan rongga mulut Septi.

Merasa sudah cukup Aya menghentikan kegiatannya, jarinya terangkat mengusap bibir Septi yang sedikit bengkak dan basah karena ulahnya. Septi meraup oksigen sebanyak mungkin untuk mengisi rongga dadanya, kelopak matanya mengerjap-ngerjap.

Tangan Aya berpindah dari punggung merambat meraba perut Septi, mengusap perut rata laki-laki itu dengan pelan, membuat badan Septi menegang. Tanpa berkata apa-apa tangan Aya menyingkap baju Septi hingga sebatas dada, bibirnya terbuka dan mengecup perut Septi dengan lembut, kembali Septi dibuat merinding geli.

"U-udah.. A-aku-" Perkataannya terpotong karena bibirnya kembali dilumat tanpa aba-aba, Aya tak akan pernah puas jika bersama Septi, lidahnya menerobos masuk dan membelit lidah Septi dengan penuh nafsu, nafas gadis itu memburu dengan tatapan mata yang terlihat sayu.

"Sttt! Nikmati permainan ini babe." Ucap Aya tanpa melepaskan tautan bibir mereka.

Sepasang mata hitam legamnya menatap flashdisk berwarna hitam dengan penasaran, Septi ingin melihat file apa yang ada di dalamnya, tapi dia terlihat ragu untuk melihat isinya.

Perasaannya campur aduk, ingin sekali dia melihat file yang ada di dalam flashdisk itu, tapi dia takut akan isinya, bisa saja itu adalah sebuah pesan yang akan membuatnya kembali menangis, dia tidak mau kembali menangis, karena gadisnya datang ke dalam mimpinya dan mengatakan tak boleh menangis lagi, itu hanya akan memperlihatkan kelemahannya.

"Em hem, aku takut .." Gumamnya pelan, menghembuskan nafas pelan tangannya bergerak memasangkan flashdisk ke lubang USB dan menekan tombol on/off di laptopnya.

Jarinya menggerakkan mos mencari file yang dimaksud hingga dia menemukan sebuah file berjudul darklife, langsung saja dia menekannya.

Yang pertama dia lihat adalah hanya layar hitam hingga tiba-tiba muncul sosok manusia bertopeng yang Septi tahu, keberadaannya sangat meresahkan dunia kepolisian dan aparat negara lainnya.

Sosok dengan topeng yang terpahat senyum lebar dan bercak darah disekitar bibirnya itu membuat Septi bergidig ngeri, namun dia masih penasaran dan ingin melihat apa kelanjutannya.

Glek

Septi menelan ludah ketika sosok itu menyayat dan memotong tangannya tepat di atas urat nadi, darah mengalir dengan deras, kelopak mata Septi tertutup sejenak dan terbuka lagi. Anehnya Septi tak melihat sosok itu jatuh dengan lemah, meski tangannya kini sudah buntung karena sosok itu yang memotongnya sendiri, sosok itu masih tetap hidup, darah yang bercucuran deras membuat jantungnya berdetak cepat.

"Halo Septi!"

Deg

'Kenapa dia tahu namaku?'

Tubuh Septi bergidig ngeri mendengar tawa yang menguar dan berasal dari sosok itu, meski begitu tatapannya tak teralihkan dari layar laptop, memperhatikan dengan begitu teliti, hingga Septi melihat sosok itu menghilang tiba-tiba, hanya tersisa kegelapan yang Septi lihat, karena layar yang hitam.

"Welcomeback to my channel guys! hehe, kembali lagi sama gue yang cantiknya melebihi bidadari ini. Okey! Salah server, sorry. Gue disini mau nyampein beberapa kata buat laki-laki yang gue cintai dan sayangi sepenuh hati.."

Septi menahan air matanya yang akan meluncur, matanya tak lepas memandang layar, dimana terdapat wajah yang sangat dia rindukan, gadisnya yang tengah mengoceh di depan kamera.

Haha! Dia merasa seperti tengah melakukan vidio call bersama gadisnya.

Mimpi! Desisnya dalam hati.

"Kamu pasti nangis ya liat aku pergi? Haha! Aku minta maaf ngga pamit dulu, tapi setidaknya aku udah ngucapin 'happy birthday' kan sama kamu? Jadi aku ngga terlalu berat untuk pergi."

Cairan bening yang dia tahan akhirnya meluncur tanpa diminta, kenapa gadisnya terlihat bahagia kala meninggalkannya sendiri disini? Apakah dia begitu senang melihatnya menderita? Tapi kenapa?

Hiks hiks

Isakan tertahan keluar dari bibirnya, kepalanya menunduk. "Aku tahu kamu sedih, tapi aku mohon jalani hidup kamu seperti biasa, aku juga ngga mungkin ninggalin kamu tanpa alasan kan?" Septi mendongak, menatap layar dengan berlinang air mata, wajahnya sangat menyedihkan.

Melihat gadisnya menjatuhkan air mata membuat rasa tak suka hadir dihatinya, baru kali pertama dia melihat gadisnya menangis. Matanya menatap layar dengan lekat, Septi merasa tengah menatap gadisnya secara langsung, tanpa penghalang apapun, tangannya terangkat mengusap layar dengan pelan.

Dan Septi melihat gadisnya juga memejamkan mata, seperti tengah menikmati elusan yang dia daratkan dilayar, tepat dimana wajah gadisnya berada.

"Kamu janji ya sama aku, kamu harus kuat! Kita hadapi semuanya sama-sama. Ini baru awal Babe, aku tidak tahu bagaimana akhir hubungan yang kita jalani, tapi aku akan berusaha untuk bertahan. Jika aku kembali, aku akan menepati janjiku. Kamu mau kan? Kita sama-sama berjanji."

Septi melakukan hal yang sama, mengacungkan jari kelingkingnya seperti tengah melakukan pinky promise, mengikuti gadisnya yang melakukan hal serupa, senyum tipis terukir dibibir merahnya.

"Baiklah, aku janji. Kita berjuang sama-sama."

Missing You [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang